Rabu, 19 September 2007

E-BOOK dalam perkuliahan


Perkembangan teknologi semakin cepat, apa yang sulit dengan informasi bahkan dulu setengah mati mencari informasi leteratur, maka sekarang ini semakin mudah sekali, serasa dunia ada dalam genggaman, bahkan dengan adanya internet kita bisa merubah sistem perkuliahan jarak jauh seeprti materi kuliah, tugas-tugas perkulihan bisa diakses lewat situs-situs sejenis weblog yang semakin marak, bahkan metode imla dan mencatat mulai tersisih, tapi jangan sampai hilang human relation antara dosen dengan mahasiswa yang tidak bisa diganti dengan teknologi, artinya teknologi untuk memudahkan kehidupan tapi kehidupan janganlah meninggalkan unsur manusiawinya yang kerap hilang dari pesatnya sebuah teknologi, tapi kita akan tertinggal jauh kalau tanpa terus mengikuti keuniversalan dunia cyber yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun, walau dirasa masih terlalu mahal di Indonesia.

E-book sebagai alternatif
E-Book adalah secara sepintas dapat diartikan sebagai bentuk elektronik dari buku ( book in electronic version ) Kata "E-book" berasal dari bahasa Inggris, singkatan dari electronic book, dalam bahasa Indonesia artinya adalah buku elektronik. Buku elektronik bukanlah buku yang mempelajari tentang elektronik, melainkan berupa data-data atau informasi yang tampilannya dibuat seperti buku kemudian direkam secara elektronik agar dapat dijalankan E-book adalah tulisan fiksi atau nonfiksi yang disampaikan dalam bentuk digital. 

Biasanya dalam komputer atau alat pembaca e-book. Karena e-book dapat dibuat dengan biaya yang rendah karena dapat mencakup seluruh dunia dalam pendistribusiannya lewat internet dan tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar ( tidak memerlukan tempat buku, lemari buku dan sebagainya), e-book memiliki potensi yang besar di masa depan untuk menggantikan buku cetak konvensional. Alat yang dapat menyimpan dan menampilkan (e-book viewer) biasa disebut e-book oleh kebanyakan orang. 

Tulisan yang ada dalam e-book diambil dari sumber ke komputer atau e-book viewer dengan perantaraan modem atau dengan koneksi internet yang lain. Beberapa e-book viewer tidak dapat mendownload teks dan harus terkoneksi dengan komputer dalam rangka mengambil e-book ke dalam memory. Setelah e-book terambil dari komputer atau dari sumber, maka memerlukan sebuah software untuk membaca atau menampilkannya ke dalam e-book viewer atau dalam layar monitor. 

Kebanyakan dari e-book viewer bertenagakan baterai, sehingga dapat dibawa-bawa ke mana saja, sama seperti buku konvensional. Teks dalam e-book ditampilkan dalam betuk halaman, yang dapat di kontrol dengan tombol UP untuk ke atas halaman DOWN, untuk ke bawah halaman, FORWARD untuk lanjut ke halaman berikutnya atau tombol BACK untuk kembali ke halaman sebelumnya. Beberapa e-book viewer dapat tahan hingga 40 jam atau lebih untuk mode baca sebelum baterai diisi ulang. Dapat anda lihat situs e-book free di internet seperti 

(sumber: berbagai sumber)
Experientalism learning versus verbalism learning

Berbicara mengenai perkuliahan jelas bagi sebagian mahasiswa sangat membosankan kalau didalamnya tanpa didasari target yang jelas dan kegiatan pendukung yang bisa membuatnya sebuah perkualiahan sebagai fun learning.

Konsepsi lecture fun learning ini mungkin terdengar lain bagi mahasiswa dengan mengurangi paradigma verbalisme semata hanya menghapal bukan memahami, membaca tanpa menganalisa dan mempraktekan tanpa mengambil nilai. Pola belajar yang menekankan pada eksperiental dalam belajar jelas jauh lebih bermakna, apalagi disesuaikan dengan pengalaman factual di lingkungannya kemudian diasah dengan aktifitas organisasi.

Mahasiswa komputer terasa lain nilainya manakala teori dasar perkuliahan bisa disesuaikan dengan banyak berkecimpung dalam bisnis pemerograman ataupun membuka biro jasa pengetikan perakitan komputer. Bukan nanti saja kalau sudah beres kuliah, tapi tentu saja belajar eksperiental inilah hanya dilakukan oleh beberapa mahasiswa. Dan ada kecenderungan mereka kuliah sambil bekerja dan selebihnya mereka kuliah sekedar menyerap teori tanpa mengaplikasikan langsung. sehingga ketika selesai kuliah mereka kebingungan dengan langkah hidup mereka, kompetensi mereka terlalu teoritikal bahkan banyak yang beljaar otodidak malah jauh lebih kompeten dibandingkan mereka yang secara akademis mendalaminya.

Belajar eksperiental inilah yang mendorong adanya program PKL yang memberikan pengalaman kerja dan pengalaman berkomunikasi dengan manusia. Jadilah mahasiswa yang berfikir kedepan dalam menghadapi ketatnya persaingan dunia kerja dengan terus meningkatkan pengalaman kerja dengan dukungan teori ternyata belum cukup.

STRATEGI PEMBELAJARAN ERA DIGITAL

Usulan Skenario Dalam Menyambut Transformasi UPH Sebagai Kampus Digital

Wiryanto Dewobroto [1]

Abstrak
Tiga pilar utama konsep kampus digital adalah komputer, internet dan content. Dua yang pertama merupakan infrastruktur yang tergantung dari luar, yaitu vendor penyedia teknologi , yang awalnya dapat dipilih tetapi selanjutnya harus mengikuti sistem tersebut. Pilar ke-tiga yaitu content, materinya sangat bervariasi tetapi tentunya harus sesuai dengan pemakai. Dalam kampus digital yang dimaksud dengan pemakai adalah mahasiswa - dosen - staf administrasi, oleh karena itu suatu content yang baik jika mencakup ketiganya. Untuk mendapatkan kesuksesan penerapan kampus digital dari sisi pembelajaran (mahasiswa-dosen) maka content yang dihasilkan dosen mempunyai peran yang cukup besar kalau tidak mau dikatakan yang utama. Tulisan ini mencoba menelaah lebih jauh bagaimana strategi mengisi content pembelajaran digital dari sisi dosen . Suatu usulan skenario dalam menyambut era pembelajaran digital di kampus UPH.
Kata Kunci : kampus digital , komputer – internet – content , pembelajaran digital

1 Pendahuluan

Kebijakan penyediaan Tablet-PC bagi mahasiswa baru Universitas Pelita Harapan (UPH) tahun akademi 2005 / 2006 , merupakan petunjuk kuat bahwa UPH akan memasuki era kampus digital (dari berbagai sumber, a.l : Aneka Infokom Tekindo; Toshiba Asia; Lili serta Widyasworo, 2004). Apakah kampus digital lebih unggul dibandingkan kampus tradisional ? Suatu pertanyaan menantang yang tergantung dari definisi “kampus digital” itu sendiri, salah satunya adalah “segala usaha untuk mengubah sumber daya kampus yang ada ke dalam bentuk digital berbasis internet , melalui alat atau instrumen yang canggih, sedemikian rupa sehingga kehidupan nyata kampus dapat ditingkatkan melebihi waktu maupun ruang yang ada” (Teamsun, 2004). Sumber daya itu meliputi semua informasi di lingkungan kampus (jadwal transportasi yang tersedia, perbankan, kantin, ketersediaan fasilitas), sumber daya material (buku, materi/modul pembelajaran) sampai dengan aktivitas kampus (proses belajar dan mengajar, manajemen dan pelayanan administrasi). Jika demikian halnya maka jelaslah bahwa kampus digital akan lebih unggul jika dibandingkan dengan yang tradisional. Bayangkan, perpustakaan dapat diakses malam hari langsung dari rumah, tugas dikumpulkan melalui email, pengumuman kampus diakses tanpa harus ke kampus, dan sebagainya.
Teknologi Informasi (TI) yang merupakan tulang punggung kampus digital, didukung oleh tiga komponen utama : Computer, Communication dan Content. Tentulah yang dimaksud dengan Communication di atas adalah jaringan internet. Dengan adanya jalinan kerjasama UPH dengan tiga vendor raksasa teknologi yaitu Microsoft-Intel-Toshiba maka sudah diperoleh jaminan bahwa dua komponen pertama di atas pasti akan berfungsi sebagaimana dimaksud, sedangkan komponen Content tidak sepenuhnya dapat dijamin keberhasilannya karena tergantung dari manusia-manusia pengelola maupun pemakainya.
Kompetensi SDM pengelola sistem TI tidak perlu dibicarakan karena mereka tentu dipilih yang profesional dan selama ada koordinasi serta pelatihan yang baik dari vendor-nya, pastilah sistem TI dapat bekerja sesuai spesifikasi yang diminta. Jadi, yang memerlukan persiapan baik adalah para pemakai umum, yaitu pemakai statis dan dinamis.
Pemakai statis adalah para operator komputer, yang mengoperasikan komputer sebagai bagian dari prosedur kerjanya yang bersifat rutinitas. Kesiapan pemakai statis dapat segera diusahakan, misalnya dengan training-training yang intensif maupun akibat kebiasaan mengerjakan tugasnya secara rutin dan terkontrol, sehingga pada akhirnya rutinitas pekerjaan tersebut dapat berproses dengan lancar. Pemakai statis kebanyakan terdiri dari karyawan staff (manajemen, pelayanan dan administrasi) yang bertugas memasukkan data input berdasarkan format yang telah ditentukan, maupun pengetikan surat-surat berdasarkan permintaan tertentu yang formatnya sudah baku dan sebagainya. Berkaitan dengan baku, hal itu mudah dipahami karena terkait dengan sifat konsisten, stabil dan tidak sering berubah-ubah.
Pemakai dinamis, suatu istilah yang diberikan kepada sekelompok atau perseorangan yang dalam kapasitasnya mempunyai kewenangan dan mampu untuk secara kreatif membuat terobosan baru di luar rutinitasnya. Pemakai dinamis membuat atau mengembangkan content sedemikian rupa sehingga content kampus digital tersebut menjadi suatu yang bersifat dinamis, berubah, menjadi sesuatu yang selalu tumbuh dan berkembang, dan menjadi hidup. Pemakai dinamis diharapkan berasal dari staf pengajar atau dosen dan selanjutnya akan berimbas pada mahasiswa bimbingannya.
Perlu juga dipikirkan : apakah perlu dibentuk juga wadah (dalam kampus digital) untuk menampung kreatifitas pemakai dinamis yang bukan dari dosen, yaitu untuk menampung karya cipta dari pribadi yang sebelumnya hanya dianggap sebagai pemakai statis saja.
Pemantauan produktivitas dari kedua pemakai tersebut tentu saja berbeda. Efektivitas maupun kualitas hasil pekerjaan dari pemakai statis lebih mudah dipantau dibandingkan dengan efektivitas dan mutu hasil kerja pemakai dinamis. Untuk mendapatkan kesamaan persepsi tentang keberhasilan kerja dari pemakai dinamis maka pengelola kampus diharuskan mempunyai rambu-rambu tertentu sejauh mana kreativitas yang dibuat dapat dianggap memberikan benefit bagi kampus secara keseluruhan.
Dalam mengevaluasi, harus ada tindakan yang tegas dan nyata bila content yang dibuat mengandung materi yang bersifat asusila, SARA, plagiat , pelanggaran hak cipta atau HAKI (hak atas kekayaan intelektual). Dengan menyatakan diri sebagai kampus digital berarti masuk dalam era dimana materi-materi yang telah berbentuk digital dapat dengan mudah digandakan, di-copy dan disebarluaskan tanpa mengurangi kualitas dari materi itu sendiri. Dengan demikian, bila tidak ada usaha menghormati hak cipta orang lain (tetap menggunakan software bajakan), maka hasil ciptaan kitapun tidak dihargai orang lain. Bila demikian halnya, mengapa harus mencipta ?
Tulisan berikut memberi usulan atau wacana bagaimana agar dosen dapat berperan aktif dalam membuat content kampus digital. Karena yang membedakan mutu antara satu kampus digital dengan kampus digital lain yang utama adalah materi content-nya. Tahapannya dimulai dengan pembentukan motivasi, kemudian diberikan kiat-kiat praktis yang disesuaikan dengan bidang profesinya serta akhirnya usulan langkah bersama apa yang sebaiknya dilaksanakan untuk proses pengisian content tersebut.

2 Kajian Teori dan Bahasan

2.1 Mengenal Kampus Digital Tetangga

Sebelum membicarakan strategi pembelajaran digital, akan menarik jika dilakukan tinjauan terlebih dahulu universitas mana saja yang telah menyelenggarakan kampus digital. Adanya studi banding / benchmarking terhadap kampus digital yang sudah ada, akan diperoleh informasi yang diperlukan untuk membangun sistem kampus digital yang optimal, baik dari sisi kesiapan dana maupun dari sumber daya manusianya.
Dari hasil pencarian di internet ada dua universitas yang cukup menarik untuk ditampilkan, sedangkan dua universitas yang lain cukup diberikan alamat website-nya.

2.1.1 Universitas Waseda, Jepang

Infrastruktur : Komputer dan Internet

Digitalisasi kampus Okuba, Universitas Waseda, didukung dengan disediakannya kurang lebih 600 komputer dengan sistem operasi Windows dan UNIX , yang bebas dipakai mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas kampus maupun untuk keperluan pribadi. Selain itu , sekitar 5000 komputer di dalam kampus termasuk di pusat riset dan laboratorium terkoneksi dalam jaringan internet berkecepatan tinggi.
Jaringan kabel serat optik mendukung jaringan Ethernet Gigabit dalam kampus. Ada beberapa jalur Gigabit yang terhubung ke sumber luar kampus didesain untuk kecepatan yang dapat diandalkan , dilengkapi firewall dan alat keamanan jaringan yang memadai.
Pada ruang-ruang terbuka di kampus (misalnya di student lounges) tersedia koneksi jaringan LAN dan nirkabel (IEEE-802.11b) , sehingga laptop mahasiswa dapat terhubung ke jaringan internet. Ada kelas khusus yang didesain untuk pembelajaran berbasis jaringan (network style learning) sehingga mahasiswa dapat memakai komputer laptop-nya di kelas.

Komunikasi

"Waseda-net mail" adalah alamat email yang diberikan kepada mahasiswa baru untuk berbagai keperluan, misalnya : mengumpulkan tugas kelas, konsultasi dengan pengajar, dan komunikasi antar-mahasiswa. Email diharapkan dapat menjadi bagian hidup mahasiswa.
Perlu diketahui bahwa alamat email tersebut tetap dapat diaktifkan meskipun mahasiswa tersebut telah lulus. Ini merupakan strategi jitu universitas untuk selalu dapat berhubungan dengan alumninya, misalnya untuk mendapatkan umpan balik, promosi kegiatan, dan juga fasilitas bagi alumni untuk selalu terkoneksi dengan jaringan antar alumni, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut dapat terlaksana dengan baik karena infrastruktur yang tersedia sudah sangat baik (cepat) dan andal (setiap saat dan dari mana saja dapat diakses).
Setelah log-in pada Portal Web Waseda maka siswa mendapat berbagai pelayanan on-line, misalnya pendaftaran email, melihat hasil ujian dan informasi karir. Selain itu, dapat juga berfungsi untuk mendukung pembelajaran di kelas apabila diminta, misalnya menampilkan materi yang dapat di down-load, maupun mencari laporan-laporan yang pernah terbit. Jadi, Portal Web Waseda menjadi interface kampus yang dapat diakses setiap saat.
Tersedia juga "Web Site untuk telpon selular" , mahasiswa dapat memanfaatkan untuk mendapat informasi terkini mengenai pengumuman kampus , misalnya pembatalan kelas (jika ada), jadwal pengajaran dan ketersediaan komputer atau ruang yang dapat dipakai. Tidak disebutkan apakah sudah ada usaha untuk memanfaatkan SMS untuk pembelajaran.

Pendidikan dan Pengajaran

Kecuali menyediakan infrastruktur dan pelatihan penggunaannya, pihak universitas juga mempersiapkan satu mata kuliah khusus yang dapat mempersiapkan mahasiswa untuk mempelajari dasar-dasar teori, kelebihan maupun keterbatasan teknologi yang dipakai, sehingga mahasiswa dapat memanfaatkannya secara efektif untuk kehidupan kampus.
Semester pertama, mahasiswa baru diberi mata kuliah Information Literacy tentang dasar-dasar komputer maupun etika pemakaian komputer dalam jaringan, dilanjutkan dengan praktik penggunaan email dan program aplikasi pengolah kata serta lembar kerja.
Universitas juga menawarkan mata kuliah Introduction to Information Technology, yang mempelajari keterampilan maupun teori manajemen informasi yang diperlukan agar dapat memanfaatkan teknologi informasi secara efektif. Selanjutnya, jika siswa berminat mempelajari lebih jauh tentang aplikasi komputer maka mereka dapat mengikuti seminar-seminar pilihan , misalnya cara pembuatan website, pemrograman dan lain-lainnya.

Piranti Pembuatan Materi Digital

Kampus Okuba dilengkapi dengan fasilitas berteknologi visualisasi yang dapat digunakan untuk aktifitas kreatif dalam riset, pengajaran maupun eksperimental data. Suatu video dan audio yang berkualitas tinggi, dapat dibuat dengan sistem pemrosesan gambar digital yang bersifat full digital non-linear editing systems maupun digital multi-recorders. Selanjutnya, semua material pengajaran dan riset yang dibuat dapat disimpan dalam berbagai bentuk format media.
Tersedia fasilitas pengajaran dan konferensi jarak-jauh yang interaktif melalui berbagai sistem jaringan komunikasi seperti kabel optik (Nish-Wased-Toyama), CATV (Okubo Campus), ISDN. Satelit, dan sebagainya.

Jaringan Khusus Pendukung Riset

Infrastruktur jaringan yang dikhususkan untuk riset akademik (Super SINET) disediakan untuk berbagi informasi riset, sehingga data digital dapat ditransfer dalam kecepatan gigabit antar lab-lab riset atau universitas lain. Super SINET juga dipakai untuk riset thesis melalui basis-data informasi akademik dan jurnal elektronik.

2.1.2 Universitas Gajahmada, Yogyakarta

Sebenarnya belum ada pernyataan resmi bahwa UGM telah menjadi kampus digital, meskipun demikian menurut laporan Prastowo (2004) , terlihat bahwa ada usaha ke arah itu .

Infrastruktur : Komputer dan Internet

Sejak tahun 2002 , UGM mulai membangun jaringan kabel serat optik , sehingga pada saat ini telah terbangun jaringan ethernet dengan bandwidth 1 gbps (giga atau milyar bit per second), sedangkan konektivitas Internet ke luar UGM sampai dengan 10 mbps (mega atau juta bit per second). Jaringan itu menjadi tulang punggung infrastruktur internet di kampus UGM. Selanjutnya, universitas hanya menyediakan simpul-simpul yang terhubung ke tulang punggung jaringan, sedangkan titik-titik akses diusahakan sendiri oleh unit kerja yang bersangkutan. Untuk mendapatkan integrasi yang baik maka Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) UGM bertugas sebagai konsultan ahlinya.
Di lingkungan kampus UGM, terminal akses publik dibangun oleh masing-masing unit kerja. FMIPA UGM telah memiliki Student Internet Center dengan kapasitas 100 unit komputer. Di Fakultas Teknik ada FasNet , demikian pula di Fakultas Kedokteran dan Ekonomi telah diadakan lokasi-lokasi tertentu yang bisa digunakan untuk akses ke jaringan. Saat ini ada sekitar 2400 unit PC terhubung secara langsung di jaringan kampus UGM.
Untuk membantu dosen dalam memakai teknologi digital, ada usaha pengadaan notebook dengan cara cicilan, di tingkat Universitas digelar di Bagian Kerjasama UGM, sedangkan di tingkat Fakultas bersifat optional misalnya di Fakultas Farmasi.

Fasilitas Email dan Web-Site

Fasiltas email diberikan untuk staf karyawan atau dosen, tetapi itu tergantung dari unit kerjanya masing-masing. Domain http://nama.staff.ugm.ac.id disediakan untuk publikasi pribadi staf akademik dan non akademik UGM. Fasilitas tersebut dapat digunakan dosen untuk meng-on-line-kan materi digitalnya ke publik (murid).

Pendidikan dan Pengajaran

Wawasan teknologi informasi yang terkait dengan bidang ilmu yang diambil umumnya sudah ada dalam kurikulum perkuliahan, misalnya “bahasa pemrograman komputer” di fakultas teknik. Untuk fakultas-fakultas tertentu yang belum memasukkan pelajaran seperti itu maka UPT Pusat Komputer (sekarang UPU Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi UGM) akan mengambil alih dengan menyelenggarakan kursus-kursus lepas bersertifikat yang dapat diikuti oleh mahasiswa yang berminat.

2.1.3 Kampus Digital Lain

Kecuali dua kampus yang telah disampaikan terdahulu maka informasi tentang kampus digital dapat dicari dengan bantuan internet, misalnya dengan memanfaatkan mesin pencari Google dengan kata kunci “digital campus”, antara lain :

2.2 Pembelajaran di Era Digital

2.2.1 Virtual University ke Digital Campus

Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi mengubah cara pandang , cara kerja dan sekaligus implementasi dalam bidang pembelajaran , hal tersebut ditandai dengan munculnya istilah-istilah baru seperti eBook, e-learning , cyber university. Akar kata cyber adalah cybernetics, yang artinya tentang “cara untuk mengendalikan (robot) dari jarak jauh”, jadi kata cyber berkaitan dengan “pengendalian” dan “jarak jauh”. Oleh karena itu cyber university terkait dengan hal lain seperti distance learning, cyber campus, virtual university, e-education, e-classes dan bentuk kelas jarak jauh lainnya yang memberikan gelar (degree) kepada pesertanya. Berbeda dengan konsep pembelajaran jarak jauh tradisional yang menggunakan korespondensi (surat-menyurat), maka cyber university memakai komputer dan internet untuk melaksanakan kegiatan atau fungsinya. Jadi, interaksi yang dapat diberikan tidak terbatas pada materi yang pasif (surat), tetapi juga materi yang bersifat interaktif, baik melalui surat-menyurat (email / chating), video dan telekonferensi, maupun bentuk-bentuk lain yang layaknya ada pada kegiatan universitas tradisional. Oleh karena itu , cyber university populer juga disebut sebagai virtual university.
Untuk beberapa lama, konsep virtual university menjadi fokus yang menarik untuk dibahas dan diterapkan , dan menjadi saingan dari universitas tradisional. Mahasiswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja sesuai yang diinginkan. Ahli-ahli dari berbagai belahan dunia dapat saling menghasilkan materi perkuliahan dalam bentuk digital dan didistribusikan via internet. Aktivitas pembelajaran didukung oleh telekonferensi berbasis internet, sehingga pengajar menjawab pertanyaan, mendiskusikan materi dan membantu memecahkan permasalahan tanpa harus datang ke kampus.
Dalam kenyataan cyber university belum bisa menggantikan peranan universitas tradisional yang mempunyai keunggulan dapat mewadahi terjadinya interaksi antar individu satu dengan yang lain, sehingga terjadilah proses benchmarking, terjadinya kompetisi, yang akhirnya terjadilah transformasi tidak hanya pada pengetahuannya melainkan juga mental pribadi mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu, timbul keinginan untuk mewujudkan fasilitas pendidikan yang dapat menggabungkan keunggulan dari konsep tradisional dan modern (cyber university), bahkan menggabungkan trend yang saat ini sedang berkembang yaitu mobile (tidak tergantung tempat / di mana saja) sehingga menjadi sesuatu yang baru yang disebut notebook-university, (Stratmann dan Kerres, 2004) atau tablet PC - university.
Dalam notebook - university maka fokusnya berubah dari virtual university ke digital campus, sesuai dengan definisi awal yang diberikan Teamsun. Proses selanjutnya dalam mengisi kampus digital adalah mengatasi perbedaan yang terjadi antara dunia nyata dan dunia virtuil (cyber) untuk menghasilkan lulusan yang berkompetensi sesuai bidangnya. Jangan sampai lulusannya nanti mempunyai kemampuan yang virtuil (tidak nyata).

2.2.2 Piranti Pengembangan dan Presentasi

Langkah awal dalam kampus digital adalah membuat materi digital untuk pembelajaran. Karena komputer sudah lama dipakai sebagai mesin ketik, maka proses pembuatan materi digital untuk materi kuliah maupun soal-soal ujian bukan suatu kendala. Program yang banyak dipakai adalah Microsoft Word, program tersebut mempunyai kemampuan yang melampaui mesin ketik itu sendiri. Bila dipakai dengan benar, tidak hanya pengetikan surat, atau materi kuliah bahkan sampai pembuatan buku dapat ditangani dengan baik. Selanjutnya file digital yang dihasilkan program tersebut dapat ditransfer dengan mudah ke format digital yang lain (html, teks ASCI dan pdf).
Untuk keperluan presentasi diperlukan program aplikasi khusus, di mana Microsoft Powerpoint sudah menjadi standar untuk presentasi materi tulis , gambar bahkan suara. Proses pemindahan dari Word ke Powerpoint bukan masalah yang serius, karena kedua program tersebut terintegrasi dalam Microsoft Office sehingga dapat dikerjakan secara mudah. Dalam perkembangannya ada program lain yang dipakai sebagai presentasi yaitu Macromedia Flash yang sebelumnya banyak dipakai sebagai pembuatan animasi interaktif di internet. Tahap akhir adalah alat presentasi itu sendiri, diperlukan alat yang lebih dari sekedar OHP, untuk dapat menampilkan materi digital diperlukan fasilitas Multimedia Projector atau Proyektor LCD. Keberadaan Multimedia Projector di kelas-kelas atau kemudahan mendapatkannya untuk pembelajaran, dapat menjadi indikator kesiapan sebagai kampus digital yang sesungguhnya.
Tersedianya hal-hal di atas sudah cukup untuk memulai dan mengisi pembelajaran digital , tentunya dengan anggapan bahwa setiap dosen sudah dibekali dengan laptop secara individu. Peminjaman laptop pada saat perkuliahan tidak akan efektif, ibarat pemain pada pertunjukan maka diperlukan jam terbang lebih , agar teknologi dapat dikuasai secara optimal. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa untuk menguasai laptop dan dapat memanfaatkan secara baik maka jam perkuliahan adalah bukan waktu yang baik untuk mempelajarinya tetapi di luar waktu itu, bahkan malam hari adalah paling ideal. Bagaimana itu bisa dilakukan jika itu laptop pinjaman ? Adanya bantuan keuangan untuk pengadaan laptop bagi dosen (meskipun itu cicilan) jelas akan mendukung kesuksesan kampus digital.
Pada mata kuliah tertentu, tampilan gambar-gambar baik berupa foto, chart, bagan alir, dan sebagainya kadang-kadang diperlukan, untuk itu sebaiknya disediakan mesin scanner dan camera digital. Mesin scanner cocok untuk meng-capture gambar dari photo atau buku atau majalah atau bentuk kertas yang lain, sedangkan camera digital cocok untuk menangkap image 3D , misalnya patung, produk kesenian dsb. Selanjutnya, agar image yang diperoleh dapat dimanipulasi sesuai kebutuhan maka sebaiknya program khusus Adobe Photoshop perlu dikuasai.
Teknologi lain yang perlu dipertimbangkan adalah camera video (camcoder) karena dapat merekam gambar video dan suara. Bayangkan bagaimana suatu petunjuk praktikum bila dapat dibuat rekaman videonya dan dikemas secara khusus dalam CD Multimedia, tentulah akan sangat membantu mahasiswa. Dengan menugaskan mahasiswa untuk melihat dan mempelajarinya terlebih dahulu sebelum praktikum yang sesungguhnya maka kegiatan pembelajaran akan lebih efektif. Program untuk membuat CD Multimedia adalah Macromedia Director, sedangkan versi internetnya yang populer adalah Macromedia Flash. Sebenarnya ada produk Macromedia lain yang dikhususkan untuk CD Multimedia pendidikan yaitu Macromedia Authorware, tetapi di Indonesia masih jarang pemakaiannya. Informasi dari editor PT. Elex Media Komputindo (komunikasi pribadi), belum ada buku yang diterbitkannya tentang Macromedia Authorware, sedangkan Macromedia Director sudah ada 3 buah, dan tak terhitung yang Macromedia Flash.
Catatan : camcoder sudah digunakan sebagai alat bantu pengajaran , tetapi pada umumnya hanya diproses menjadi film Video CD dan digunakan seperti halnya menonton film-film biasa, sedangkan CD Multimedia adalah gabungan video, teks, gambar dan suara yang bersifat interaktif yang dapat menyesuaikan dengan kemauan pemakai. Jika hanya untuk pemrosesan video maka program aplikasi yang diperlukan adalah Adobe Premier dan komputer berkinerja tinggi.
Kadang-kadang suatu gambar tidak tersedia untuk di-scan, tetapi dapat dibuat sketch-nya secara mudah, untuk itu menguasai program menggambar vektor seperti AutoCAD , Corel Draw, Adobe Illustrator, Macromedia FreeHand, sangat membantu. AutoCAD telah menjadi standar industri dalam bidang teknik dan menjadi kurikulum wajib, seperti misalnya di Jurusan Teknik Sipil UPH yang diberikan di semester pertama. Program-program yang lain pada umumnya populer digunakan di kelas-kelas seni atau desain.

2.2.3 Website , e-mail dan Konferensi Online

Dalam kampus digital , selain pertemuan kelas adalah memanfaatkan jaringan internet. Tahap awal adalah komunikasi satu arah dengan menampilkan materi kuliah dalam web-site dosen , sehingga mahasiswa dapat melakukan down-load materi-materi digital untuk selanjutnya dipelajari. Selain itu, dapat juga untuk menampilkan file pekerjaan mahasiswa sehingga dapat dipelajari oleh rekan mahasiswa lainnya.
Pada tahap ini yang ideal adalah para dosen dapat membuat sendiri website-nya, mengapa demikian ? Seperti halnya produk karya tulis lainnya, tentu akan berbeda jika suatu ide dapat ditulis sendiri dengan ide yang dituliskan orang lain. Karena bagaimanapun juga suatu karya tulis akan mempunyai karakter yang khas dari penulis itu sendiri. Untuk suatu content website yang terbatas, program MS-Word dan MS-PowerPoint telah menyediakan fitur untuk mengubah formatnya ke format html yang selanjutnya dapat di up-load ke server. Untuk mendapatkan suatu content yang optimal (ukuran kecil, fitur lengkap) maka sebaiknya menggunakan program-program khusus untuk pengembangan website , antara lain yang populer adalah Macromedia Dreamweaver atau Microsoft Frontpage.
Dalam praktik, mewajibkan staf pengajar untuk membuat website sendiri, tentu tidaklah mudah. Salah satu strategi, sebaiknya pihak universitas membuat suatu team khusus untuk mengelola suatu portal web pembelajaran dan membuat template-template khusus untuk dapat digunakan untuk menuliskan content web-site. Dengan sedikit pelatihan maka para dosen tinggal mengisi template tersebut , dan apabila masih kurang jelas dapat berkonsultasi lagi dengan team khusus tersebut. Hasil content dari para dosen sebaiknya direviu, agar sama kualitasnya antara satu dengan yang lain. Materi yang direviu adalah yang bersifat umum, misalnya format dsb. Karena web-site yang dibuat akan mencerminkan lembaganya maka sebaiknya pembuatan web-site oleh dosen dianggap seperti “penulisan makalah ilmiah”, termasuk juga pemberian insentif jika memenuhi suatu kualitas tertentu.
Cara yang paling mudah untuk membuat suatu website berkualitas adalah dengan melihat contoh website yang sudah ada. Sebagai catatan bahwa website yang baik belum tentu yang paling banyak gambar atau animasinya. Suatu website yang baik adalah yang mampu menjawab keingintahuan pengunjung secara cepat. Jika itu website dosen, maka selain materi perkuliahan yang ditampilkan sebaiknya ada juga informasi internet yaitu alamat-alamat web-site lain (link-link) yang dapat digunakan untuk menambah wawasan pembelajaran dari materi yang sedang ditekuninya. Daftar link-link yang sudah pernah dikunjungi dosen dan direkomendasikan merupakan peta yang menarik dan sangat membantu mahasiswa untuk menemukan secara cepat dan tepat permasalahan yang dibahas. Internet memang menyediakan informasi yang banyak, tetapi tanpa petunjuk yang baik maka pencarian tersebut ibarat orang yang mencari satu jenis tumbuhan di hutan yang luas, perlu waktu untuk menyisir satu persatu, meskipun dalam praktiknya telah tersedia mesin pencari hebat seperti Google. Berbicara tentang Google, perlu diperhatikan bahwa situs tersebut mempunyai gambar yang minim, tetapi tetap menjadi website yang paling banyak dicari. Jadi, fungsi untuk menyajikan content yang cepat akan lebih penting dari tampilannya.
Tahap selanjutnya adalah membentuk komunikasi dua arah melalui email. Untuk memulai komunikasi dapat dibuat tugas ke mahasiswa yang pengumpulannya melalui email. Jika dosennya hobby menulis, dapat juga memakai diary digital atau Blogger yang saat ini sedang populer di internet ( http://www.blogger.com/knowledge/ ). Blogger adalah semacam forum yang menampilkan artikel perseorangan yang selalu di-up-date beserta tanggapannya (bila ada) melalui fasilitas yang dapat diakses secara mudah dan cepat.
Selanjutnya, contoh website dosen yang dapat dikategorikan seperti penjelasan di atas adalah “budi rahardjo's web site” (http://budi.insan.co.id/index.html), milik dosen teknik elektro ITB . Sebenarnya beliau juga mempunyai alamat website resmi diserver ITB yaitu http://www.paume.itb.ac.id/rahard/, tetapi website tersebut hanya digunakan sebagai penunjuk arah ke website pribadinya. Beliau sangat aktif menulis dan mempunyai diary digital yang beralamat di http://gbt.blogspot.com/ , yang berisi ide-ide kreatif baik yang berkaitan dengan bidang keilmuannya maupun hal-hal lainnya . Bagi yang ingin tahu lebih banyak mengenai teknologi informasi maka website beliau wajib dikunjungi.
Bentuk lain bagaimana memberdayakan teknologi berbasis internet adalah membuat semacam konferensi online, yaitu suatu cara berkomunikasi satu sama lain secara real time (pada saat itu) dengan dukungan fasilitas multimedia. Program yang dapat digunakan adalah Microsoft NetMeeting yang tersedia secara gratis di website Microsoft yang beralamat di http://www.microsoft.com/netmeeting/main.htm .
Konferensi Online yang menggunakan program NetMeeting , bila dilengkapi peralatan pendukung dapat digunakan untuk menyampaikan hal-hal berikut :
  • Audio dan video digital. Misalnya dengan bantuan kamera video, dapat dibuat semacam TV interaktif untuk kelas pembelajaran jauh.
  • Berbagi aplikasi digital (Application sharing). Berbagi pekerjaan dan koordinasi bersama secara langsung dari kelompok-kelompok yang berbeda tempat (saling terpisah).
  • Papan tulis elektronik (Electronic white board). Untuk menampilkan tulisan tangan atau file gambar secara langsung untuk perkuliahan maupun bertukar pikiran (brainstorming), sehingga rekan-rekan lain dapat melihatnya.
Konferensi Online merupakan alat bantu yang sangat bagus untuk pembelajaran jarak jauh (distance learning) maupun siswa yang mempunyai keterbatasan (disability).

2.2.4 Learning Management System

Pengelolaan website dan komunikasi dengan email kelihatan suatu yang sederhana, tetapi sebenarnya pekerjaan yang melelahkan, apalagi jika ditangani sendiri oleh dosen. Sebenarnya telah beredar apa yang disebut Learning Management System (LMS) yaitu suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan perkuliahan on-line, misalnya :
Adanya informasi keberadaan LMS seperti di atas sangat membantu untuk melakukan studi banding dengan sistem yang akan dipakai.

2.2.5 Model Pembelajaran On-Line

Ada dua model pengembangan materi pembelajaran on-line. Pada model pertama, dosen membangun materi dengan komputernya sendiri dengan bagian-bagian materi secara utuh. Setiap bagian bisa dibaca dan dipelajari secara off-line dengan cara down-load dari internet atau dari rekaman CD yang dibagikan.
Pada model kedua, dosen membangun materi pembelajaran dengan fasilitas pengembangan materi secara on-line. Materi perkuliahan dimasukkan ke sistem sepotong demi sepotong yang terangkai secara utuh di sistem. Siswa hanya bisa mengikuti perkuliahan secara utuh melalui sistem yang sama secara on-line. Dengan model ini, distribusi off-line hanya bisa dilakukan setelah pengembangan materi perkuliahan selesai seluruhnya atau bab per bab.
Sistem pembelajaran on-line yang paling rumit adalah penyelenggaraan ujian. Umumnya ujian masih harus dilakukan secara tradisionil, belum ditemukan cara pelaksanaan ujian yang efektif (Prastowo, 2004). Sifat ujian adalah untuk menguji siswa secara individu sehingga pemakaian jaringan internet akan memberi kemudahan pada siswa untuk berkomunikasi satu sama lain sehingga hasil evalusi dapat menjadi bias. Namun, ujian on-line dapat digunakan kalau bentuk ujian tersebut adalah penyusunan makalah dengan suatu tema yang ditetapkan dosen. Akan lebih menarik jika tema itu dapat bervariasi tiap siswa atau dalam setiap kelompok yang berbeda. Bentuk ujian seperti ini tentulah ujian take home dan bukan ujian di kelas.
Berkaitan dengan pembelajaran on-line (e-learning) , banyak informasi yang dapat digali dari internet, misalnya situs yang beralamat di http://www.e-learningguru.com/links.htm yang menyajikan situs-situs e-learning yang telah dikelompokkan.

2.3 Komponen Content pada Kampus Digital

Komponen komputer dan internet adalah produk luar-negeri, yang sistemnya dipilih dan dibeli untuk digunakan sebagai infrastruktur kampus digital. Siapa saja bisa memilikinya ! Jadi, yang membedakan kampus digital satu dengan yang lain adalah pada komponen content , yang sifatnya spesifik dan merupakan karakteristik dari komunitas kampus itu. Komponen content melekat pada setiap fasilitas pembelajaran yang diaktifkan di kampus digital tersebut, tidak bisa terpisah dari dosennya, selaku penanggung jawab materi pembelajaran.
Produktivitas komponen content adalah mirip dengan produktivitas penulisan intelektual. Padahal telah diketahui secara umum bahwa produktivas penulisan dosen masih jarang, yang diindikasikan dengan adanya insentip dari institusi bagi tulisan yang memenuhi kriteria tertentu, misalnya dimuat di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional.
Bagaimana pun kampus digital UPH telah dimulai, sehingga komponen content harus dibuat. Siapa yang harus bertanggung jawab mengenai soal itu ? Bukan vendor penyedia teknologi, bukan rektor dan jajarannya tetapi dosen-dosen itu sendiri. Dosen bertanggung jawab minimal pada content materi pembelajaran yang diberikan di kelas. Meskipun proses produktivitas yang kreatif sebenarnya berpulang pada diri sendiri, sehingga kadang-kadang proses atau strateginya berbeda dari satu orang ke orang lain, tetapi tidak ada salahnya penulis mencoba memberi usulan berikut :
  • Membentuk motivasi bahwa komputer-internet dapat memberikan kemudahan dan dapat meningkatkan kualitas produktivitas sehari-hari.
  • Mempelajari dan jika perlu mencontoh hasil orang lain. Tentulah dalam hal ini dipilih dan tidak sembarangan content.
  • Membuat kebijakan tertentu yang disertai sanksi. Kadang-kadang tanpa adanya sanksi yang mengikuti, sebagian orang tidak akan menjalankannya meski hal tersebut untuk kepentingannya sendiri, misalnya pemakaian helm bagi pengendara motor.
Ketiga usulan tersebut diuraikan dalam tiga sub-bab berikut :

2.3.1 Motivasi Penggunaan Teknologi

Begitu banyak piranti yang dapat digunakan untuk membuat content digital , tetapi tentu tidak semuanya harus dipakai. Piranti di sini termasuk penguasaan aplikasi komputer. Bila bukan suatu hobby, maka penguasaan aplikasi komputer baru dapat menjadi beban yang akhirnya akan menimbulkan “kekosongan ide”.
Jika pemakai dalam kaca mata awam dapat mengidentifikasi, peranan apa yang dapat diberikan oleh teknologi informasi (komputer-internet) bagi kemudahan kegiatannya sehari-hari maka tentulah teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif. Peranan yang dapat didaftarkan adalah :
  • Alat pembuatan dokumen dan presentasi (tulisan dan gambar)
  • Alat komputasi dalam pemrosesan numerik
  • Gudang informasi ; Perpustakaan digital (off-line maupun on-line)
  • Alat menggambar (drafting tools)
  • Alat Hiburan (Game ; Music-Video Centre)
  • Kanvas lukis dan laboratorium photografi digital
  • Alat bantu pengajaran (interative learning centre ; simulator)
  • Toko buku on-line
  • Jurnal / Majalah / Surat kabar on-line
  • Alat komunikasi ; transportasi data dan remote-control.
Daftar yang diberikan di atas dapat bertambah panjang, karena setiap orang dengan latar belakang profesi yang berbeda maka keperluannya juga akan berbeda. Bagi dosen tentulah identifikasi peranan tersebut harus dikaitkan dengan mata kuliah yang digelutinya. Jadi harus fokus, di jurusan teknik sipil misalnya : menggunakan bahasa pemrograman komputer untuk membuat tool-tool untuk perencanaan dan desain struktur.
Setelah dapat dilakukan identifikasi peranan TI yang sesuai bagi masing-masing individu maka selanjutnya mencari tahu aplikasi komputer apa saja yang mendukungnya dan mempelajarinya. Misalnya, jika dipahami bahwa komputer-internet dapat digunakan sebagai pembuat dokumen maka program aplikasi yang perlu dikuasai adalah Microsoft Word ; untuk memanipulasi foto-foto maka diperlukan keterampilan mengoperasikan mesin scanner dan program Photoshop, dan sebagainya. Bila hal tersebut dapat diterapkan kepada setiap anggota kampus maka konsep pembelajaran digital akan terlaksana dengan baik.

2.3.2 Content Gratis dari MIT

Massachusetts Institute of Technology OpenCourseWare (MIT OCW) adalah website yang memuat hampir sebagian besar materi pengajaran tingkat sarjana dan pascasarjana di MIT yang tersedia secara gratis (David Diamond, 2003) dan terbuka untuk diakses dari seluruh dunia melalui internet dengan alamat http://ocw.mit.edu/OcwWeb/index.htm. Sampai bulan September 2004 ada sekitar 900 kursus yang tersedia di MIT OCW untuk diakses. Kursus-kursus tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu sebagai berikut :
Aeronautics and· Astronautics
Linguistics and· Philosophy
Anthropology·
Literature·
Architecture·
Materials Science· and Engineering
Biological Engineering· Division
Mathematics·
Biology·
Mechanical Engineering·
Brain and Cognitive· Sciences
Media Arts and Sciences·
Chemical Engineering·
Music and Theater· Arts
Chemistry·
Nuclear Engineering·
Civil and Environmental· Engineering
Ocean Engineering·
Comparative Media· Studies
Physics·
Earth, Atmospheric,· and Planetary Sciences
Political Science·
Economics·
Science, Technology,· and Society
Electrical Engineering· and Computer Science
· Sloan School of Management
Engineering Systems· Division
Special Programs·
Foreign Languages· and Literatures
Urban Studies and· Planning
Health Sciences· and Technology
Women's Studies·
History·
Writing and Humanistic· Studies
Dengan men-down-load dan mempelajari content MIT yang menyediakan hampir semua bidang ilmu seperti di atas maka akan didapat pembanding yang cukup baik, dosen tinggal menyesuaikannya dengan kondisi lokal. Bahkan dapat dibuat content yang lebih baik.

2.3.3 Target Awal yang Perlu Realisasi

Berbagai strategi yang telah dikemukakan akhirnya masuklah pada realisasi ide. Karena menyangkut kesiapan sumber daya manusia yang berbeda-beda tentulah harus dipilih “sesuatu” yang relatif mudah direalisasikan. Selanjutnya, kebijakan tersebut harus dipertahankan dengan memberikan reward maupun sanksi bagi yang melanggarnya.
Untuk memulai dengan digitalisasi diusulkan pada tugas akhir di setiap jurusan. Dengan demikian, akan diperoleh pertumbuhan content selaras dengan jumlah kelulusan.
Kualitas suatu institusi pendidikan dapat dilihat dari produk intelektual mahasiswanya. Produk intelektual yang terstruktur yang masuk dalam kurikulum pembelajaran adalah pembuatan laporan tugas akhir (atau laporan kerja praktik) yang dapat berbentuk skripsi, laporan magang, tesis maupun laporan tertulis lainnya dapat digunakan sebagai indikasi kemampuan institusi, bagaimana mereka dapat mengarahkan mahasiswa untuk membuat produk intelektual mereka yang orisinil.
Dengan mengharuskan karya tulis yang mereka buat menjadi format digital maka akan mudah dipublikasikan secara luas sehingga dapat menjadi alat promosi ampuh untuk menunjukkan kualitas lembaga institusinya jika karya tersebut baik. Tetapi ingat, jika karya itu buruk maka hasilnya tentu akan sebaliknya. Oleh karena itu keputusan men-digital-kan produk tulisan ilmiah mahasiswa harus didukung oleh komitmen yang serius dari berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kampus digital.
Selanjutnya, hasil karya tulis digital dapat dikumpulkan dalam basis data terpusat membentuk suatu perpustakaan digital yang lengkap dan mudah diakses mahasiswa secara cepat, mudah dan murah (tidak perlu foto copy). Kemudahan itu tentu akan berakibat pada peningkatan produktivitas intelektual mahasiswa maupun dosen-dosennya. Karena karya tulis yang sudah ada mudah diakses dan dibaca maka dapat dihindari dibuatkannya karya tulis sama, dalam hal ini kreativitas mahasiswa dan dosennya harus ditingkatkan.
Untuk menghasilkan perpustakaan digital yang sukses maka sebaiknya berkunjung ke The Indonesian Digital Library Network yang beralamat di http://www.indonesiadln.org/, suatu perpustakaan digital yang didukung oleh komunitas peneliti dan mahasiswa di ITB (Ismail Fahmi, 2002). Karena didukung oleh adanya komunikasi antar-komunitas terjadilah suatu lingkungan pembelajaran yang hidup sehingga dapat tumbuh dan berkembang, seperti timbulnya minat institusi-institusi di luar ITB untuk bergabung , yang akhirnya menjadi suatu jaringan perpustakaan digital yang luar biasa. Pada tingkat internasional yang perlu dikunjungi adalah Networked Digital Library of Theses and Dissertations (NDLTD) beralamat di http://www.ndltd.org/ yang kegiatannya didukung oleh UNESCO dan Adobe.
Dengan melakukan perbandingan dari organisasi yang sudah ada maka pengelola kampus digital dapat melihat strategi maupun format digital apa yang digunakan oleh mereka dalam menyusun perpustakaan digital tersebut, apa kelebihan maupun kekurangannya sehingga dapat dilakukan antisipasi di kemudian hari. Pemilihan format digital menjadi suatu hal yang sangat penting dan menunjang manfaat untuk jangka panjang. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diingat bahwa belum lama berselang sekitar tahun 1990 pada saat itu pemakaian program pengolah kata Wordstar populer di mana-mana dan dihasilkan ribuan dokumen tulis digital, tetapi karena teknologi berubah maka dapat dibayangkan bagaimana susahnya saat ini untuk membuka dokumen tersebut.

3 Penutup

Pengembangan internet untuk pembelajaran (kampus digital) memerlukan infra-struktur yang berbiaya tinggi dan perlu perencanaan matang. Di satu sisi, para dosen dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang efektif berbasis internet bila instansi yang bersangkutan menyediakan infrastruktur yang cukup, tetapi disisi lain kesiapan, kreativitas dan kemauan dosen berperan penting untuk membuat kampus digital itu hidup (tumbuh dan berkembang).
Bilamana fasilitas infra-struktur dan kemauan tidak menjadi kendala, didalam makalah ini telah diberikan sedikit wawasan bagaimana menumbuhkan kesiapan dan kreativitas dalam mengisi content yang merupakan tanggung jawab dosen-dosen selaku pemimpin dalam proses pembelajaran di kampus digital. Meskipun demikian karena kesiapan dan kreativitas merupakan proses individu maka perlu penyesuaian untuk tiap-tiap pribadi.

4 Pustaka Acuan

Aneka Infokom Tekindo. 2004. Grand Launching UPH - Microsoft - Intel – Toshiba, 13 Oktober 2004 < http://www.aneka-infokom.co.id/news/?id=81 > (4 Des. 2004)
David Diamond. 2003. MIT Everyware : Every lecture, every handout, every quiz. All online. For free. Meet the global geeks getting an MIT education, open source-style , Wired Magazine, Sept. 2003, < http://www.wired.com/ wired/archive/11.09/ mit.html > (4 Jan. 2005)
Ismail Fahmi. 2002a. Konsorsium IndonesiaDLN : Konsorsium Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia , Sebuah Wacana For a Networked Information Society, IndonesiaDLN, < http://www.indonesiadln.org/Open.html?target=consortium/ proposal.html > (4 Jan. 2005)
Ismail Fahmi. 2002b. The Indonesian Digital Library Network Is Born to Struggle with the Digital Divide, Bulletin of the American Society for Information Science and Technology (28) 4, < http://www.asis.org/Bulletin/May-02/fahmi.html > (Jan. 2005)
Lili. 2004. Mahasiswa UPH Gunakan PC Tablet. infokomputer.com : 14 Oktober 2004 < http://www.infokomputer.com/aktual/aktual.php?id=3822 > (4 Des. 2004)
Prastowo. 2004. WORKSHOP INOVASI PEMBELAJARAN : Pengalaman Pengembangan Teknologi Informasi Untuk Pembelajaran , Pusat Pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Gadjah Mada , < http://prastowo.staff.ugm.ac.id/artikel/ pengalaman-pengembangan-ti-untuk-pembekajaran.pdf > ( 4 Des. 2004)
Stratmann dan Kerres. 2004. From Virtual University To Mobile Learning On The Digital Campus: Experiences from implementing a notebook-university, Proceedings of the International Conference on Education and Information Systems, Technologies and Applications (EISTA 2004), Orlando, < http://www.kerres.de/publikationen.asp > (13 Jan. 2005)
Teamsun. 2004. Digital Campus Solution. < http://www.teamsun.com.cn/english/ solution5.htm > (4 Des. 2004)
Toshiba Asia. 2004. Toshiba and UPH Embark On the Region's Largest Tablet PC - Based Education Project. Headlines News : 12 Oktober 2004 < http://pc.toshiba-asia.com/ index.jsp?newsid=99 > (4 Des. 2004)
Universitas Waseda , Jepang, < http://www.sci.waseda.ac.jp/en/06-1.html >
Widyasmoro. 2004. Enaknya Berkuliah Di Kampus Digital , Majalah Intisari , <http://www.intisari-online.com/majalah.asp?tahun=2004&edisi=494&file= warna1001 > ( 4 Des. 2004)


[1] Dosen tetap Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Banten ( wir@centrin.net.id )
Penulis buku-buku “komputer teknik” terbitan PT. Elex Media Komputindo - Jakarta
Trend sekolah kejuruan

Lagi soal pendidikan yang tidak pernah habis dan semua sekolah berlomba-lomba menjaring siswa sebanyak mungkin tanpa tahu kemampuan lulusan kelak dan kompetensi apa yang didapat seandainya memaksakan harus masuk sekolah menengah atas tanpa persiapan kuliah. Sementara penganguran dari tahun ketahun semakin meningkat deras sehingga dapat diketahui ketimpangan dengan peluang kerja yang semakin menipis.

Jelas problem sosial dimanapun negara berkembang adalah masalah pengangguran. Solusi pemerintah sebenarnya dengan melihat salahnya persepsi tentang SMA tanpa mempertimbangkan setelah lulus bisa lanjut kuliah tidak, sementara untuk bekerja lulusan ini nanggung karena mereka tidak memiliki kompetensi apapun.

Sisi lain kita ketahui pemerintah mulai berpaling pada sekolah kejuruan yang lebih prospektif menanggulang minimnya kompetesi tingkat sekolah menengah, sehingga penganguran bisa sedikit terbantu saat melahirkan lulusan yang kompeten dibidangnya. belum mengetahui sekolah kejuruan dengan kompetensi jelas tanpa harus berkecimpung dengan kekuatan hegemoni pemerintah....
Lebih mahal sekolah daripada makan

Sekolah sama dengan makan sama pentingnya tapi terkadang nilai sekolah bagi masyarakat terasa hilang ketika berubah menjadi sebuah bencana, makan karena lapar jauh lebih berharga daripada harus sekolah atau lebih baik dikawinkan muda-muda dari pada harus melajutkan ke SMP.
Alasannya sekolah sangat mahal dengan berbagai tek-tek bengek yang jauh lebih mengeluarkan biaya. Biaya masuk yang luar biasa, bisa untuk makan selama enam bulan ditambah lagi dengan ongkos harian, ongkos anak sekolah mahal dan tidak begitu jauh berbeda dengan ongkos orang dewasa, tapi pernah ada ide jemputan anak sekolah gratis dari dompet dhuafa dan entahlah masih ada nggak di jakarta, belum sempat masuk kedaerah-daerah.
jangan kaget banyak anak yang dengan semangat belajar tinggi dia jalan kaki selama 2 jam sampai kesekolah dengan tubuh basah kuyup dan anak itu bisa sukses sebagai seorang akademisi karena keuletan dalam belajar. Artinya banyak teman yang sekampungnya yang berasal dari keluarga mampu tapi sayang temannya tak begitu berminat belajar karena beban yang berat sekali atau masih banyak anak yang putus sekolah bukan karena otaknya bebal tapi lagi terhimpit biaya sekolah yang tidak terjangkau, sering dipulangkan gara-gara dua bulan delum bayar SPP dan orang tuanya pasrah, lalu dimana program BOS yang digemborkan itu yang diberikan sama terhadap siswa yang secara ekonomi mampu. Bisa jadi kurangnya seleksi para penerima BOS yang seharusnya anak yang tidak mampu, bagi kita perlu adanya kepedulian dan tertarik untuk ikut memikirkan pendidikan masa depan.

Berkaca homeschooling H. Agus Salim.

Agus salim muda dikirim pemerintah Belanda untuk menyelidiki gerakan Sarekat Islam. Tapi bersama Oemar Said Tjokrominoto, ia malah menjadi dwi tunggal penggerak SI. Justru Agus Salim penentang Belanda yang gigih sepanjang hayatnya.

Padahal ia anak seorang hoofdjaksa di Riau dan keturunan kaum ambtenaar (priyayi), yang biasa mendukung dan bekerja pada penguasa Belanda, walhasil ia menyempal dari lingkungannya.
Salim juga dikenal gigih memegang prinsip. Pada tahun1917, Salim yang telah menikah beberapa tahun sebelumnya, sempat terpaksa menganggur. Saat itu, ia sudah jadi kepala keluarga ditawari Belanda menjabat controluer belasting di Pontianak. "Lebih baik makan kerikil daripada saya menerima tawaran Belanda", tolaknya pedas.

Dimasa belanda, Agus Salim pernah menemui temannya yang bekerja disalah satu kantor Belanda. teman itu mengejek, "coba kalau kau mau bekerjasama dengan belanda, tentu kau tidak seperti sekarang". Tak lama, datang salah seorang adviseur belanda. Teman Salim sama sekali tak diliriknya, tetapi sewaktu dilihatnya Agus Salim, maka cobee, adviseur itu, datang padanya dan mengulurkan tangan dengan hormat. Setelah ia pergi, Salim berkata pada temannya, "Coba kalau saya bekerja sama dengan belanda, tentu seperti kau. meskipun saya tidak bekerja, tetapi mereka ternyata hormat pada saya"

Pada awal pernikahan, Agus Salim berpesan pada isterinya, "kamu mesti banyak membaca dan belajar. sebab kalau nati kita mendapat anak kemungkinan tidak akan kita sekolahkan".Bagaimana mungkin putra tuan demikian lancar berbahasa inggeris, kalau dia tidak pernh bersekolah?" dengan ringan ia menjawab, " Benarlah Agus Salim memang mendidik sendiri anak-anaknya dirumah, tanpa disekolahkan. Bukan saja membaca, menulis, berhitung, keislaman dan lainnya diajarkan, tapi juga berbagai bahasa asing. Anak-anaknya pandai berbicara berbagai bahasa asing. Pernah seorang tamu keheranan, "Pernahkah tuan mendengar tentang tentang sekolah dimana kuda belajar meringkik? kuda yang tua meringkik dan anak anaknya meniru meringkik pula. Demikian saya meringkik dlam bahasa inggeris dan sekarang anak saya meringkik juga dalam bahasa inggeris".


Sumber : Tarbawi, ed.14 th 2, 30 November 2000.
Pendidikan proses yang hilang

Menanggapi sistem UAN yang telah melahirkan beberapa kontroversial karena sistem ini tidak memperhatikan proses pendidikan dimana pendidikan bukan sekedar penanaman nilai kognitif semata tapi didalamnya juga perbaikan sikap (apektif) dan keterampilan siswa didik (psikomotor).

Sistem ini juga akan melahirkan politisasi pendidikan dikalangan birokrasi pemerintahan dengan dalih prestise keberhasilan sebuah pemerintahan yang dibebankan pada strutur vertikal sampai pada guru yang harus membuang jauh-jauh idealisme dan hati nuraninya untuk meloloskan agar siswanya lulus. Jelas sebuah dilema satu sisi menyangkut hati nurani dan sisi lain masa depan siswa serta beban psikologis siswa dan tidak pernah memperhatikan bagaimana mungkin proses pendidikan tidak diperhatikan hanya sebatas nilai.

Jelas yang harus diperbaiki adalah 1) Perbaikan kultur ketidak jujuran akan hati nurani 2) Memperhatikan proses dalam pendidikan, 3). Berilah independensi sekolah dari intervensi diknas dalam penentuan kelulusan sehingga akan melahirkan kemandirian sekolah.4). Kalau seandainya masih memperhatikan perbaiki kualitas sistem paket yang materinya disesuaikan dengan jurusan bukan dengan mencampuradukan antara SMA dengan sekolah kejuruan, sungguh lucu siswa SMK harus diuji materi SMA seperti sosiologi-antropologi yang tidak pernah dipelajarinya.

Ini menunjukan pemerintah tidak begitu siap dengan sistem paket ini selain legalitas pengakuan ijazah ini seandainya lululusan paket ini ingin bekerja dan kuliah, sehingga bisa sederajat dengan lulusan normal.

Model pembelajaran sebuah alternatif?

Suatu hal yang sering menjadi bahan perdebatan mengenai model belajar yang bagaimana yang sesuai dengan siswa ternyata sangat relatif sekali sehingga banyak sekolah yang terus mengkaji kembali sistem pengajaran klasik dikelas dengan siswa duduk sidakeup (tangan diatas meja dan diam tidak boleh berisik) kemudian menerima transfer ilmu yang sedikit basi dengan kekinian karena seandainya gurunya senang bernostalgia terkadang banyak contoh belajar jaman baheula lalu diceritakan pada anak sekarang dan begitu menjenuhkan siswa dan tidak bisa meningkatkan kompetensi siswa secara maksimal, sehingga bermunculan stigma masyarakat terhadap cara beljar klasikal ini seperti home schooling yang memperhatikan kemandirian dan improvisasi siswa dan kebebasan belajar kapan dan dimana saja, atau sekolah alam yang memadukan sistem pembelajaran yang lekat dengan suasana alam dan siswa bukan hanya mendengar tapi melakukan langsung.

Fun learning mencoba menciptakan suasana belajar yang menarik dan bahagia sesuai dengan kondisi anak dan jelas ini membutuhkan keterpaduan antara kurikulum, guru dan fasilitas serta kondisi sosial budaya siswa...?

Memanusiakan Pendidikan ?

Anak-anak belajar dari kehidupan :
Jika seorang anak hidup dalam suasana kemarahan, ia belajar untuk mengutuk
jika seorang anak hidup dalam suasana permusuhan, ia belajar untuk ribut
jika seorang anak hidup dengan cemoohan, ia belajar untuk ragu
jika seorang anak hidup dengan aib, ia belajar untuk merasa salah
jika seorang anak hidup dengan toleransi, ia belajar untuk sabar
jika seorang anak hidup dengan kemarahan ia kan belajar untuk yakin
jika seorang anak hidup dengan pujian, ia belajar untuk menghargai
jika seorang anak hidup dengan keselamatan, ia beljar untuk percaya
jika seorang anak hidup dengan persetujuan, ia belajar untuk menyukai
jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, ia belajar untuk menemui kasih sayang didunia ini.

Ungkapan yang menyentuh hati kita nya, Lo! memang ada apa di dunia pendidikan kita? kenapa banyak orang yang sudah tidak percaya lagi pada pendidikan formal maka lahirlah homeschooling sebagai alternatif, bahkan Ivan Illich mengkritik : "Seseorang pergi ke sekolah, meningkat dari kelas yang satu ke grade lebih tinggi, lalu tamat sekolah, tetapi ia tidak terdidik" sehingga kita perlu memanusiakan kembali pendidikan yang menurut A.M Said (Media Dakwah, April 2007) karena pendidikan modern ini sudah tidak manusiawi lagi dengan berbagai alasan :
  1. Pendidikan tidak bisa menjadikan lebih baik dan malah menciptakan penistaan kehidupan (dehumnanisasi), Paulo Freire mengartikan those whose humanity has been stolen...a distortion of the vocation of becoming more fuly human.
  2. Rata-rata manusia modern sudah kehilangan dimensi diri yang sentral seperti nilai persaudaraan (ukhuwah), kerjasama (ta'awun), saling mengenal (ta'aruf), perdamaian (sulh), kasih sayang (rahmat), kebaikan (ihsan), toleransi (tasamuh) dan pemaaf (afwun
  3. Pendidikan modern yang sekuler dan liberal tidak memperhtikan sewajarnya kepada aspek pembentukn akhlak dan rohani yang sehat. Hans Kung berpendapat era modern ini sebagai era yang tidk alami (not natural) dan kehilangan sense of God sehingga manusia telah menjadi manusia tanpa Tuhan (godless being) dan dunia tanpa Tuhan (godless World)
  4. Pendidikn modern menghasilkan manusia yang cold hearted, knowledge barbarians dan skiller barbarians seperti presiden dunia yang demen menguasai dan menjajah manusia lemah .Humanizing :"a) To potray or endow with human charcteristics or atributes; make human b). To inbue with humaness or human kindness;civilize.

Sumber : A.M.said, Media dakwah, ed.377, mei 2007, hal.9-12
Quovadis pendidikan kita?

Membahas pendidikan tidak pernah bosan selalu dihadapkan perubahan sistem. bahasa si Aa ganti mentri ganti sistem kurikulum. Sok hati nurani kita bagaimana dengan sistem sekarang dimana pentargetan kelulusan mendorong pengebiarian hati nurani,kata rekan sejawat hanya pendidik idealis saja yang begitu.
Coba pikirkan lagi betapa mahalnya pendidikan dikita sehingga bagi rakyat kecil dalam menghadapi tahun ajaran besok serasa sesak sehingga butuh dua kali untuk menyekolahkan dengan bergilir antara adiknya dan kakaknya, lalu kemana para aghniya yang kelebihan harta dan bagaimana dengan janji pemerintah yang sebatas BOS dan BKM yang tidak seberapa bisa membantu rakyat kecil. Pendidikan berat dan memberatkan tapi untungnya masih punya hati dan kebesaran jiwa sehingga rakyat kecil bisa terus menyongsong hidup yang serba berat tapi harus kita hadapi dengan modal keikhlasan terutama guru-guru hebat yang sama memikirkan bisa nggak anaknya sekolah seperti dirinya, bisakah mereka hidup jauh lebih baik, bisakah mendapatkan pendidikan gratis dan masih banyak pertanyaan yang entah pada siapa dia tujukan, karena tidak tahu dan tidak bisa menjawabnya, termasuk dirinya dan orang-orang yang sedang berhadapan dengan tahun ajaran baru sekarang ini.

Mengamati bola lieur, apalagi menghadapi tahun ajaran baru?

Kalau ngomong persiapan sekolah, jauh lebih lieur kalau punya anak yang pas masuk semunya pada bulan juli besok. Banyak biaya keluar, sok siapkan baju, tas barunya selain uang masuk plus uang bangunan, plus untuk anak paling gede harus siap biaya SPMB. biasanya tabungan mang-tahun-tahun habis dengan hujan sehari, kalau tidak dikeluarkan bagaimana pendidikan itu penting, Lo! harus punya keinginan pendidikan anak kita kalau bisa melebihi bapaknya, bukankah kehidupan dari generasi harus lebih baik dari generasi sebelumnya. warisan yang paling baik itu adalah ilmu yang bermanfaat. Soalnya bukan itu nya, itu pulus-nya, apalagi hidup di Bekasi terasa sesak kaya si Aa yang guru honorer harus kerja keras ngajar sana ngajar sini, bisnis sana bisnis sini. Syukurnya orang kecil kayak si Aa yang berusaha dan menerima dan percaya lobang rizki ada dimana-mana, tinggal kita bagimana meningkatkan usahanya.
Mahasiswa teksbook
Mahasiswa textbook sebutan mahasiswa yang selalu terfokus pada buku teks dan fotokopian yang diberikan dosennya tanpa adanya improvisasi pengembangan materi perkuliahan, jelas ini hampir kita dapati dikalangan mahasiswa kita yang malas memperluas isi kajian perkuliahan dengan berbagai alasan kurangnya sumber literatur sehingga mereka hanya mengandalkan catatan resmi dari sang dosen dan budaya tekbook itu hal yang sudah biasa dalam sistem pendidikan kita yang selalu berorinetasi hapalan bukan pemahaman. banyak bukti kenapa pembelajaran bahasa di kita kurang begitu berhasil, apa yang kurang dengan pembelajaran bahasa inggeris yang diajarkan sejak TK sampai perguruan tinggi dan hasilnya mereka secara gramatikal menguasai tapi dilihat dari komunikasi masih banyak yang belum begitu menguasai. Kuncinya budaya verbalisme dalam sistem pendidikan kita yang membentuk sampai kita menjadi sarjana sekalipun. sehingga wajar banyak sarjana kita yang secara keilmuan baik tapi kemandiriannya sebagai intelektual dirasa masih jauh. Mereka masih saja menginginkan dunia priyayi yang duduk diatas kursi dan mendapat gaji rutin baik bekerja maupun tidak. Jiwa kemandiriannya sebagai intelektual untuk menciptakan dunia kerja dan wirausaha hanya dimiliki oleh orang luar.
Intinya perlu adanya perubahan paradigma tentang cara pembelajaran kita, hilangkan budaya mendikte, mencatat dan budaya meng-copy, sesering mungkin bedah kasus yang riel yang ada dalam kehidupan nyata, selain penugasan langsung untuk belajar mengamati dan mengadakan riset sehingga terbiasa dengan problem solving akan mematangkan pemahaman para mahasiswa dalam beradptasi antara teori dengan aplikasi di masyarakat.

OPINI : "Teknologi cyber bagi tugas mahasiswa".

wacana yang hampir nyata, seandainya setiap tugas perkuliahan dengan memanfaatkan sarana cybernet dengan mengirim melalui internet dengan alasan yang memberatkan mahasiswa adalah biaya yang terlalu mahal. atau perkuliahan menghindari pencatatan tapi cukup menyediakan flashdisk data untuk menghimpun materi atau modul perkuliahan.

Perkembangan teknologi komputer sangat melesat jauh dengan berbagai kemudahan teknologi terutama dalam mencari informasi penting sehingga dunia serasa digenggam dengan kepalan tangan saking kecilnya, tapi sisi lain dari teknologi adalah dampak negatifnya terhadap para "mania cyber" yang melahirkan kemalasan aktifitas setelah terbiasa berjam-jam duduk di internet sehingga aktifitas sosial kita semakin berkurang, ya human relation sedikit berkurang padahal bagi seorang mahasiswa perkembangan intelektual harus diseusaikan dengan penguasaan emosional saat menyesuaikan ilmu diperkuliahan dengan dunia nyata yang terkadang belum tentu sesuai.

Dengan gambaran banyak mahasiswa yang idelis saat di kampus dan berubah total saat menjadi birokrat. Akhirnya para aktifis disegani ketika masih menjadi mahasiswa tapi dilempar telur busuk saat menjadi penguasa atau aktifis politik.

Dari orientasi openbook ke open mind

Open book selalu diminta saat ujian dengan dalih tingkat kesulitan soal perkulihan menyeret mahasiswa semakin larut dalam belajar yang salah kaprah. sehingga orientasi pada buku ini menyebabkan kultur verbalisme semakin kuat tanpa memhami esensi dan nilai dari setiap perkuliahan. sehingga yang dikejar sebatas IPK dan Ijazah sebagai simbol kebanggaan yang dilengkapi gelar akademisi tanpa melihat kompetensi pribadi. Sarjana tapi tidak mencerminkan pribadinya layaknya seorang sarjana. Buktinya sangat jarang kalau hasil tesis kita menarik para peenrbit untuk dijadikan sebuah buku, hal itu menurut rekan-rekan yang mengamati hasil skripsi dan tesis mahasiswa Indonesia yang rajin memindahkan karya skripsi orang lain tanpa mengembangkan sendiri apalagi berinovasi langsung yang disesuaikan dengan permasalahan krusial yang ada dimasyarakat.
Jelas untuk mewariskan generasi kompeten sangat jauh kalau kondisi mahasiswa kita tidak berubah orientasinya untuk merubah orientasi teks ke orientasi open mind yang meningkatkan kreatiftas siswa dan penguatan analisa siswa terhadap berbagai fenomena hidup yang nantinya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas peribadinya dalam mengaplikasikan ilmu semasa kuliah dengan realita masyarakat. Bukan hal yang sulit kalau perubahan-perubahan dalam konsep belajar mengikuti kultur open mind yang terlihat jauh lebih berhasil menciptakan mahasiswa unggul dibeberapa negara di dunia. Gelar bukan segalanya, tapi sangat penting untuk melegalkan kapasitas anda sebagai generasi bangsa akademisi.

Sekilas tentang Unschooled management Gede Prama

sebuah karya anti kemapanan manajemen Gede Prama dalam pengantarnya yang luar biasa :
"....selamat datang dirumah intelektul saya yang ketujuh sebuah rumah yang saya sebut dengan crazy home disebut demikian karena inilah kumpulan ide-ide ini dimajalah warta ekonomi, banyak komentar yang telah lahir. sebagaimana biasa ada yang memuji ada juga yang memaki...."
Gede Prama dengan anti kemapanan manajemen perlu dicermati sebagai alternatif sebuah wacana yang diambil dari keseharian yang menurut beliau hidup itu ada uncertain, chaos bahkan mendekati crazy dengan pemparan judul yang dramatis seperti. kita lihat komentar Gede Prama :"....komputer itu tolol. satelit itu biadab. rasionalitas ala descartes itu menipu. posmedernism ala derrida itu jangkrik. tidak ada yang menyebut dia tidak lulus. tidak ada ijazah yang ia pertaruhkan. ia hanya mengenal mencoba, mencoba dan mencoba. Menurut kita sangat bombastis tapi kita lihat resumenya : Kalau belajar dimanapun selalu ada gunanya sejauh tetap sadar, bahwa sekolah hanyalah a window of reflection. sekolah baru disebut berhasil, bila mampu menggugah orang untuk senantiasa belajar dan mencari.fokusnya terletak pada membangkitkan motivasi agar orang mau belajar atau ilmu lebih ditempatkan sebagai pertanyaan terbuka ketimbang jawaban yang tertutup. bahkan tokoh manajemen yang dikagumi karena pembelotannya seperti kenichi ohmae adalah doktor bidang nuklir yang membelot ke manajemen, gareth morgan yang background politik berkhianat masuk disiplin manajemen. dalam uraian lain mengenai roti busuk manajemen, semua orang lebih menyukai roti yang presh from the oven. tidak ada yang mau memakan roti busuk hasil simpanan berthaunlalu. mirip dengan makan roti, mananjemen yng lahir dari kumpulan data masa lalu tidak membuat kepala manusia menjadi fresh. tidak tertutup kemungkinan, malah membuat kepala kita menjadi roti busuk yang tidak berguna. lihat lagi komentar manajemen membuat manusia jadi impoten: "...mendengar tanpa mengetahui, bertanya tanpa dari posisi tidak mengetahui. (kutipan: Motivasi atau mati, Gede Prama)

Budaya plagiat sebagai bentuk Kemiskinan intelektual

"Seandainya kemiskinan berwujud manusia, niscaya aku akan membunuhnya"
'Ali Bin Abi Thalib RA.

Kemiskinan istilah yang paling dikenal oleh siapapun, tapi kita lebih kenal kemiskinan karena tidak memiliki harta benda. Justru kemiskinan fenomenal justru kemiskinan intelektual. sebagimana diungkapkan Dr Dawam Raharjo bahwa maslah kemiskinan dan kepapaan tidak lagi menjadi fokus dalam dialog dikalangan cendikiawan. faktor ini antara lain karena masalah ini sudah terlalu lama dibicarakan secara berulang-ulang sehingga kadang-kadang membosankan (Kompas, 21/10/92)
Kemiskinan yang kita lihat terkadang secara majazi bukan hakiki bahkan orang kaya tapi miskin hati seperti tercabut dari akar hatinya seperti patologi jiwa seperti perasaan dihantui ketidakpastian tanpa tujuan (Skizofrenia), berperasangka buruk (paranoia), rasa takut (neurotik) dan lebih parah lagi prilaku dimana mereka melakukan sesuatu, logika dan akal sehatnya ditinggalkan (manik-defresif)Dengan ciri-ciri yang kentara seperti tidak inovatif, tidak kreatif dan tidak peduli dengan lingkungan, hilangnya rasa malu. Tahun 90-an pernah terungkap tuduhan Ismet Fanani yang menuduh disertasi Dr yahya Muhaimin yang berjudul Bisnis dan politik di indonesia" menduplikasi karya ilmuwan Australia Dr richard Robinson yang berjudul "Capitalism and the bureaucratic state in Indonesia" (Kompas, 22 November 1992)
Tentu saja mengenai kemiskinan lainnya yan tidak dilihat dari harta bendanya saja. lepas dari membosankan tidaknya budaya plagiat diklangan akademisi hal yang biasa dan tentu saja ada beberapa ketentuan dasar yang harus dipenuhi bagaimana cara mengutip dari hasil karya orang lain dan seberapa banyak dikatakan plagiat kalau kita mengutif langsung.

Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku ...

MENDAPATKAN pendidikan yang baik untuk anak adalah keinginan setiap orangtua. Bermacam-macam jenis sekolah tumbuh bagai jamur di musim penghujan. Semua mengiklankan diri sebagai sekolah dengan beragam nilai plus agar dipilih orangtua bagi anaknya.

Ada yang memakai bahasa asing, menyediakan beragam aktivitas di luar kelas, menggunakan gedung bertingkat dengan ruangan ber-AC, hingga sekolah yang mengklaim diri menggabungkan kurikulum luar negeri dan kurikulum berbasis kompetensi dari Departemen Pendidikan Nasional.

Apa pun yang ditawarkan sekolah-sekolah itu, ternyata tidak bisa memenuhi keinginan semua orangtua. Sampai saat ini masih banyak kritik yang terlontar tidak saja dari orangtua, tetapi juga masyarakat, pemerhati pendidikan, hingga pemilik lapangan pekerjaan.

Namun, semua kritik itu seperti angin, berlalu begitu saja. Tidak ada perubahan berarti. Sebagian orangtua lalu mencari alternatif pendidikan. Salah satunya dengan bersekolah di rumah (homeschooling).
"Saya termasuk orangtua yang tidak puas dengan sistem pendidikan kita. Sudah berapa banyak sekolah yang saya datangi, hingga yang internasional, ternyata tidak memuaskan juga. Akhirnya saya putuskan untuk mengajar sendiri anak-anak saya," kata Wanti Wowor (39), ibu empat anak.
Wanti memiliki banyak alasan memutuskan mengeluarkan anak-anak dari sekolah umum.

Pertama, dia merasa sistem pendidikan di sekolah hanya mengejar nilai rapor. Sedangkan keterampilan hidup dan bersosialisasi tidak diajarkan. Seorang anak dilihat berdasarkan nilai ulangan yang didapat, bukan kemampuan diri secara keseluruhan. Kondisi ini dapat mendorong anak (atau orangtua) mencontek dan membeli ijazah palsu.

"Anak pertama saya, Fini, memerlukan waktu sedikit lebih lama dibandingkan Fina, adiknya, untuk memahami sebuah persoalan. Hal ini bukan berarti Fini tidak pandai, tetapi dia memerlukan waktu atau cara lain untuk mengerti hal baru. Ini yang sering tidak dipahami guru. Guru tidak sempat memberi perhatian kepada murid satu per satu karena yang jadi tanggung jawabnya banyak sekali," ungkap Wanti menjelaskan.

Kedua, dalam hal pergaulan banyak murid yang mencari identitas dari teman, bukan pada diri sendiri. "Banyak murid yang terjebak, dia harus mempunyai barang yang sama dengan temannya agar diterima pergaulan, atau biar dibilang keren oleh teman. Ini kan tidak benar. Identitas kok ditentukan teman, bukan diri sendiri. Ini baru barang, bagaimana dengan narkoba," ujar Wanti.

Dia juga melihat orang belajar karena kebiasaan masyarakat, bukan keinginan atau kesadaran dari diri. Misalnya, sehabis SD harus dilanjutkan SMP, lalu SMA, terus kuliah. Banyak orangtua yang sudah menyadari kelebihan anaknya, namun anak tetap harus menempuh semua jenjang pendidikan formal. Sedangkan eksplorasi pada kelebihan anak agak diabaikan karena memandang pendidikan formal lebih penting. Akibatnya, anak tidak merasa senang bersekolah karena dia tidak tahu tujuan belajar di sekolah.
Joseph Tjoandi (46), ayah empat anak yang juga menyekolahkan anaknya di rumah, merasa prihatin ketika melihat anaknya setiap hari pulang membawa kertas ulangan. "Anak saya belajar terus karena akan ulangan. Belajar itu harus sesuatu yang menyenangkan, bukan beban karena besok ulangan. Anak saya tampak tertekan karena setiap hari ulangan bisa lebih dari dua, masih ditambah PR seabrek-abrek. Hidup seperti tidak menyenangkan bagi dia," kata Joseph yang semula sempat ragu karena memiliki empat anak dan si bungsu masih bayi.

Sempat juga terpikir oleh Wanti mengirim anaknya bersekolah di luar negeri. Namun, dia khawatir jika anak berusia dini dikirim ke luar negeri, jati dirinya sebagai orang Indonesia tidak tumbuh. Dia tidak akan mengenal dan bisa jadi tak mau kembali ke Indonesia.

Melihat risiko yang menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya di rumah.

"Bersekolah di rumah banyak dilakukan di AS (Amerika Serikat). Di sana juga sudah tersedia kurikulum untuk itu. Kebetulan saya mempunyai banyak teman di AS yang membantu mengirimkan silabus dan buku-bukunya," kata Wanti yang mengaku gemar mengajar.

Walau banyak tahu tentang bersekolah di rumah, Wanti perlu dua tahun untuk mempersiapkan diri. Dia juga harus siap menghadapi keluarga yang tentu menentangnya. "Saya sampai dikatakan gila oleh suami saya. Katanya, saya mempertaruhkan masa depan anak-anak," kenang Wanti.

Wanti sadar keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi, karena bersekolah di rumah berarti bukan anaknya saja yang belajar, tetapi justru orangtua yang harus banyak belajar.

Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah, sampai harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang hal ini. Dia ingin benar-benar mantap, baru mengambil keputusan. "Kebetulan waktu itu kondisi ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah. Eh, ternyata enak ya belajar bersama di rumah," kata Helen yang mulai mulai mengajar anak di rumah tahun 2000.

Bukan hal mudah bagi Helen ketika mengajak anaknya bersekolah di rumah. Putra pertamanya, Joey Ongko (14), menolak keluar dari sekolah karena dia takut kehilangan teman-temannya. Helen harus menjawab tiga pertanyaan yang dikeluarkan Joey agar dia mau bergabung.

"Pertanyaannya adalah bagaimana Mama bisa tahan mengajar kami kalau selama ini baru belajar dua jam saja Mama sudah marah-marah. Kedua, jika Mama-Papa mengajar kami, siapa yang mencari uang? Ketiga, kalau ada apa-apa dengan Mama-Papa, siapa yang akan mengajar kami?" tutur Helen menirukan pertanyaan anaknya.

"Pertanyaan yang sulit. Saya sampai minta ditunda satu hari untuk menjawab itu. Lalu, saya katakan padanya, justru dengan bersekolah di rumah Mama mempersiapkan kamu dan adik-adik untuk mandiri. Jika suatu ketika Mama-Papa tidak ada, kalian sudah tahu apa yang harus dikerjakan, lebih mandiri. Mendengar jawaban itu, dia menerima. Setelah mengajar sendiri di rumah, ternyata saya jadi lebih sabar," ungkap Helen.

PERTAMA kali menjalani bersekolah di rumah, Helen tidak merasa kesulitan. Dia ajak ketiga anaknya membaca biografi Abraham Lincoln, lalu mereka berdiskusi dengan topik mengapa Abraham Lincoln bisa menjadi orang hebat.

"Dari sana mereka lihat, untuk menjadi orang hebat dia harus menjadi orang yang jujur dan turun ke bawah membela kepentingan orang lain. Selesai satu buku, kami membaca buku yang lain," cerita Helen yang bekerja sebagai pengacara.

Untuk pelajaran matematika, semula anak-anaknya tidak tertarik. Helen mencari akal dengan bermain perang-perangan yang memang disukai anaknya. Dalam perang, untuk bisa menang jumlah tentaranya harus banyak. Kalau bisa, lebih banyak dari musuh. Untuk tahu apakah tentaranya sudah banyak atau belum, dia mesti menghitung. Dari permainan ini anak-anaknya bisa mengerti tujuan belajar matematika.

Wanti, karena telah melihat praktik bersekolah di rumah ketika berada di AS, mempunyai materi yang siap pakai. Dia datangkan kurikulum dan buku-buku dari AS yang memang ditujukan untuk belajar mandiri di rumah. Kemudian, dia ubah sebuah kamar menjadi ruang kelas.

"Saya duduk di tengah, lalu dua anak di samping kiri, dan dua anak lagi di samping kanan. Buku-buku yang menunjang pelajaran saya letakkan di rak dinding. Buku-buku itu dipakai untuk membedah sebuah masalah, lalu kami diskusikan bersama. Mereka juga bisa membuka internet untuk mencari bahan yang diperlukan," kata Wanti.

Pelajaran yang diberikan adalah matematika, bahasa Inggris, sejarah dunia, sains, dan budi pekerti. Untuk matematika dan bahasa Inggris, Wanti mengajar anak satu per satu. Sedangkan untuk pelajaran lainnya digabungkan bersama. "Saya ambil maksimum. Untuk anak bungsu, saya biarkan sampai seberapa jauh dia bisa menangkap," kata Wanti yang menetapkan pukul 08.00 sampai 12.00 merupakan jam sekolah. Di luar jam itu, anak bebas mau melakukan apa saja. Mereka bisa ikut berbagai kursus, di mana mereka bisa bertemu teman sebaya.

Namun, tetap saja sebagian besar waktu dihabiskan bersama anggota keluarga. "Walaupun belajar, kami sangat santai dan bergembira karena suasananya tanpa tekanan. Hubungan keluarga pun semakin akrab," kata Wanti.

Istri Joseph, Lilies Tjoandi, menambahkan, dengan bersekolah di rumah dia bisa mengetahui kekuatan masing-masing anak. "Setiap anak itu berbeda, kita tidak bisa menyamaratakan mereka seperti yang dilakukan sekolah umum. Dengan terjun sendiri, kita tahu bagaimana mereka sebenarnya," ungkap Lilies.
Dengan bersekolah di rumah, para orangtua juga mempunyai waktu yang fleksibel. Mereka tidak akan pindah ke topik lain jika anak-anak belum menguasai. Setelah anak-anak siap, baru mereka mengajukan diri untuk ujian. Dari pengalaman mengajar di rumah, menurut Wanti, waktu belajar anak justru lebih pendek dibandingkan sekolah umum. "Umur 16 tahun anak-anak saya sudah selesai SMA," ujarnya.

Dalam mengerjakan bahan ujian, menurut Wanti kejujuran orangtua sangat diuji. Apakah dia mau membiarkan anak mengerjakan sendiri atau dibantu. "Apakah dia masih mengejar nilai bagus, atau mengajarkan kejujuran pada anak," kata dia menegaskan.

Kertas ujian itu lalu dikirim kembali ke AS untuk dinilai, dan mendapat sertifikat sehingga murid bisa melanjutkan ke jenjang berikut. Sertifikat ini diakui di Indonesia sebagai lulusan dari luar negeri. Anak-anak Wanti, Fini dan Fina, sekarang duduk pada tingkat perguruan tinggi. Fini melanjutkan sekolah desain mode di Esmod Jakarta, sedangkan Fina memilih Universitas Indonesia program Internasional.

Kedua anak Wanti lainnya, Timothy (15) dan Lea (14), menjalani sistem belajar campuran, separuh di rumah, separuh lagi di Morning Star Academy (MSA), sekolah yang mendukung program bersekolah di rumah. Semua orangtua murid terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah ini. Bahkan, 90 persen guru MSA adalah orangtua murid.

BERSEKOLAH di rumah memang belum umum di Indonesia. Fini mengaku bosan setiap kali ditanya sekolah di mana. "Ketika saya jawab homeschooling, mereka bingung. Apa tuh? Saya harus menjelaskan terus. Dulu agak terbeban, tetapi sekarang sudah biasa," ujar Fini.

Dia mengaku sangat berterima kasih ibunya mengambil keputusan itu karena Fini merasa dirinya berbeda dengan teman-temannya.

"Setidaknya saya selalu mengumpulkan tugas-tugas sebelum waktu yang ditetapkan. Sedangkan teman-teman selalu SKS-sistem kebut semalam-dalam mengerjakan tugas. Mereka juga tidak berani bicara, berdiskusi di kelas. Jangankan itu, bertanya saja mereka tidak berani dan sering menyuruh saya bertanya ke dosen. Buat saya, ini aneh karena saya dididik untuk disiplin dan berani mengemukakan pendapat," kata Fini.

Sementara itu, pengamat pendidikan Dr Arief Rachman MpD mengatakan, materi bersekolah di rumah sebenarnya tidak ada bedanya dengan pendidikan di sekolah. Namun penyampaiannya yang berbeda, karena di rumah memakai pendekatan yang lebih personal. Bersekolah di rumah mengembalikan konsep dasar pendidikan, yakni pada keluarga, bukan pihak lain seperti sekolah. Anak menjadi mandiri dan hubungan dengan keluarganya harmonis.
Tetapi, bersekolah di rumah juga memerlukan tanggung jawab dan komitmen tinggi dari orangtua. Sekali terjun, mereka tidak bisa mundur karena sudah merasakan enaknya dekat dengan anak-anak. (Sarie Febriane/m Clara Wresti)

Sumber : http://www.kompas.com/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *