Selasa, 03 Juli 2012

“Jangan Lupa Tujuan Pendidikan”

Oleh: Dr. Adian Husaini*)

Sebentar lagi anak-anak sekolah kembali ke bangku sekolah, setelah menjalani libur panjang. Sebagian mereka adalah murid-murid yang menapaki jenjang pendidikan baru. Sebagian lain, hanya menjalani kenaikan kelas. Dalam situasi seperti ini, meskipun sudah pernah kita singgung sebelumnya, ada baiknya, kita semua – terutama orang tua dan guru – benar-benar menyadari apa tujuan sebenarnya dari sebuah proses pendidikan menurut pandangan Islam.

Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam bukunya, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur, ISTAC, 1993), merumuskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan orang yang baik (to produce a good man). Kata al-Attas, “The aim of education in Islam is therefore to produce a goodman… the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab.” (hal. 150-151).

Siapakah manusia yang baik atau manusia beradab itu? Dalam pandangan Islam, manusia seperti ini adalah manusia yang kenal akan Tuhannya, tahu akan dirinya, menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah, mengikuti jalan pewaris Nabi (ulama), dan berbagai kriteria manusia yang baik lainnya. Manusia yang baik juga harus memahami potensi dirinya dan bisa mengembangkan potensinya, sebab potensi itu adalah amanah dari Allah SWT.

Dalam al-Quran dikatakan, manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya (QS adz-Dzariyat: 56) dan menjadi khalifah Allah di muka bumi (QS al-Baqarah: 30). Manusia dikaruniai akal, bukan hanya hawa nafsu dan naluri. Tugas manusia di bumi berbeda dengan binatang. Manusia bukan hanya hidup untuk memenuhi syahwat atau kepuasan jasadiahnya semata. Ada kebutuhan-kebutuhan ruhaniah yang harus dipenuhinya juga. Semua fungsi dan tugas manusia itu akan bisa dijalankan dengan baik dan benar jika manusia menjadi seorang yang beradab.

Banyak orang Indonesia hafal bunyi sila kedua dari Pancasila, yaitu: “Kemanusiaan yang adil dan beradab.”  Tapi, apakah banyak yang paham, sebenarnya, apa arti kata ”adil” dan kata ”beradab” dalam sila tersebut? Mungkin Presiden atau para pejabat negara juga tidak paham benar apa makna kata-kata “adil” dan “beradab”, sebab faktanya, banyak pejabat yang perilaku dan kebijakannya tidak adil dan tidak beradab. Lihatlah, banyak pejabat menggunakan mobil dan sarana mewah dengan uang rakyat, padahal begitu banyak rakyat yang kelaparan, kurang gizi, tidak bisa berobat dan kesulitan biaya pendidikan.

Di tengah jeritan banyak orang yang kesulitan biaya pendidikan sekolah anak-anaknya, muncul kebijakan membuat patung-patung di berbagai tempat dan program pelesiran ke berbagai negara. Tentu dengan uang rakyat. Saya pernah SMS seorang menteri karena meresmikan sebuah patung bernilai Rp 2 milyar. Ia menjawab, bahwa patung itu dibiayai oleh pengusaha, bukan dari anggaran negara. Meskipun begitu, menurut saya, tidak sepatutnya sang menteri meresmikan patung tersebut. Kita semakin sering mendengar pejabat berteriak, mari rakyat hemat BBM (Bahan Bakar Minyak), karena subsidi BBM sudah terlalu berat. Tapi, tengoklah, apakah mobil pejabat tersebut hemat BBM? Mobilnya impor; biaya operasionalnya ditanggung oleh uang rakyat, dan itu jelas boros. Kenapa Presiden dan para pejabat tidak menggunakan mobil yang sederhana dan hemat BBM? Tentu tidak menjadi soal jika mobil itu dibeli dengan uangnya sendiri dan BBM-nya juga beli sendiri, tidak menggunakan uang rakyat.

Mari kita lihat contoh lagi! Ini terjadi bukan hanya di kalangan pejabat, bahkan di kalangan ulama dan tokoh agama. Begitu sering kita mendengar seruan untuk menjadi orang taqwa. Kata ”taqwa” begitu mudah diucapkan; lancar didengarkan; pejabat bicara taqwa, ulama berkhutbah meyerukan taqwa. Ayat al-Quran juga sering dilantunkan: Yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang taqwa (Inna akramakum ’inda-Allaahi atqaakum).

Bicara dan ngomong taqwa memang mudah. Tapi, apa benar-benar seruan taqwa itu dijalankan, bahkan oleh para ulama dan tokoh agama? Allah menyebutkan, bahwa yang paling mulia adalah yang paling taqwa, bukan yang paling banyak hartanya, bukan yang paling cantik wajahnya, bukan yang paling populer, dan juga bukan yang paling tinggi jabatannya. Pesan al-Quran jelas: hormatilah yang paling taqwa! Tapi, lihatlah contoh-contoh dalam kehidupan nyata.

Lihatlah, saat para tokoh agama menggelar hajatan perkawinan buat anak-nya. Apakah orang taqwa yang didahulukan untuk bersalaman atau pejabat tinggi yang dihormati dan didahulukan. Kadangkala, banyak orang-orang ”kecil” yang sudah mengantri selama berpuluh-puluh menit, bahkan berjam-jam, kemudian  harus dihentikan, karena ada pejabat atau mantan pejabat datang; ada orang terkenal datang.

Apakah perilaku seperti itu adil dan beradab? Suatu ketika kepada pimpinan suatu partai Islam saya usulkan, agar jangan banyak-banyak membuat bendera dan spanduk kampanye, karena begitu banyak jalan di sekitar kediaman calon-calon legislatif partai itu yang rusak dan berlobang. Lucunya, sang calon bukan membeli semen atau aspal untuk m memperpaiki jalan, tetapi malah mencetak poster dan profil dirinya lalu dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitarnya. Seorang Ustad di Depok bercerita kepada saya, ia juga pernah menasehati seorang calon anggota legislatif yang datang kepada dirinya, meminta dukungan. Ustad itu menasehati sang calon, gunakan uang kampanye Anda untuk membantu pedagang-pedagang muslim di pasar-pasar rakyat yang kini terjepit rentenir. Ini nasehat yang sangat baik, agar seorang aktivis politik muslim bersikap adil dan beradab.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan makna ”adil” dan ”beradab” dalam sila kedua Pancasila?

Seperti diketahui, rumusan sila kedua itu merupakan bagian dari Piagam Jakarta yang dilahirkan oleh Panitia Sembilan BPUPK, tahun 1945, dan kemudian disahkan dan diterima oleh bangsa Indonesia, sampai  hari ini.  Sila kedua ini juga lolos dari sorotan berbagai pihak yang keberatan terhadap sebagian isi Piagam Jakarta, terutama rumusan sila pertama yang berbunyi: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Jika dicermati dalam sudut ”pandangan-alam Islam” (Islamic worldview), lolosnya sila kedua sebagai bagian dari Pancasila, itu cukup menarik.  Itu menunjukkan, pengaruh besar dari konsep Islam terhadap rumusan sila kedua tersebut. Perlu dicatat, rumusan sila kedua itu sangat berbeda dengan rumusan yang diajukan oleh  Bung Karno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPK. Ketika itu, Bung Karno mengusulkan “lima sila” untuk Indonesia Merdeka, yaitu: (1) Kebangsaan Indonesia (2) Internasionalisme atau Perikemanusiaan (3) Mufakat atau Demokrasi (4) Kesejahteraan Sosial (5) Ketuhanan.

Jadi, berdasarkan sila kedua Pancasila yang resmi berlaku, maka konsep kemanusiaan  yang seharusnya dikembangkan di Indonesia adalah kemanusiaan yang adil dan beradab; bukan kemanusiaan yang zalim dan biadab. Pertanyaannya kemudian, pandangan alam manakah yang bisa menjelaskan makna ”adil” dan ”adab” secara tepat?  Jawabnya, tentu ”Pandangan-alam Islam”. Sebab, kedua istilah dan konsep itu memang istilah yang khas Islam. Cobalah simak dan cermati, apakah ada padanan kata yang tepat untuk istilah ”adil” dan ”adab” dalam bahasa-bahasa yang ada di wilayah Nusantara? Apakah bahasa Jawanya ”adil”? Apakah bahasa Sundanya ”adab”?

Bisa disimpulkan, kedua istilah dan konsep itu – yakni ”adil” dan ”adab” – mulanya memang hanya ditemukan dalam konsep Islam, dan karena itu harus dicarikan maknanya dalam Islam. Minimal, tidaklah salah, jika orang Muslim di Indonesia menafsirkan kedua istilah itu secara Islami. Rumusan sila kedua Pancasila itu menunjukkan, bahwa Pancasila sejatinya bukan sebuah konsep sekular atau konsep netral agama, sebagaimana sering dipaksakan penafsirannya selama beberapa dekade ini.

Masuknya kata ”adil” dan ”adab” dalam rumusan Pancasila, sebenarnya merupakan indikasi yang lebih jelas tentang cukup kuatnya pengaruh pandangan-alam Islam (Islamic worldview) pada rumusan Pancasila. Itu juga ditandai dengan terdapatnya sejumlah istilah kunci lain yang maknanya sangat khas Islam, seperti kata “hikmah” dan “musyawarah”.  Karena dua kata – adil dan adab -- ini jelas berasal dari kosakata Islam, yang memiliki makna khusus (istilaahan), maka hanya bisa dipahami dengan tepat jika dirunut pada pandangan-alam Islam.

Kata ”adil” adalah istilah “khas” yang terdapat dalam banyak sekali ayat al-Quran. Sebagai contoh dalam al-Quran disebutkan, (yang artinya): “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan dan memberi kepada keluarga yang dekat  dan melarang dari yang keji, dan yang dibenci, dan aniaya. Allah mengingatkan kalian, supaya kalian ingat.” (QS 16:90).

Prof. Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar,  menjelaskan tentang makna adil dalam ayat ini, yaitu  “menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang empunya dan jangan berlaku zalim, aniaya.” Lawan dari adil adalah zalim, yaitu memungkiri kebenaran karena hendak mencari keuntungan bagi diri sendiri; mempertahankan perbuatan yang salah, sebab yang bersalah itu ialah kawan atau keluarga sendiri. “Maka selama keadilan itu masih terdapat dalam masyarakat, pergaulan hidup manusia, maka selama itu pula pergaulan akan aman sentosa, timbul amanat dan percaya-mempercayai,” tulis Hamka.

Jadi, adil bukanlah sama rata-sama rasa. Konsep adil adalah konsep khas Islam yang oleh orang Islam, seharusnya dipahami dari perspektif pandangan-alam Islam, karena konsep ini terikat dengan konsep-konsep Islam lainnya. Jika konsep adil dipahami dalam kerangka pandangan-alam Barat (western worldview), maka akan berubah maknanya. Sejumlah aktivis ”Kesetaraan Gender” atau feminis liberal, yang berpedoman pada konsep “setara” menurut pandangan-alam Barat, misalnya, mulai menggugat berbagai ajaran Islam yang dinilai menerapkan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.

Dipertanyakan, misalnya, mengapa aqiqah untuk bayi laki-laki, misalnya,  adalah dua kambing dan aqiqah untuk bayi perempuan adalah 1 kambing. Konsep itu dinilai tidak adil dan diskriminatif. Dalam Islam, laki-laki berhak menjadi imam shalat bagi laki-laki dan perempuan adalah adil. Menurut konsep yang lain,  bisa dikatakan tidak adil. Dalam pandangan demokrasi Barat, tidak ada pembedaan antara hak “orang jahat” dengan”orang baik” dalam kesaksian dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Bagi hukum pidana yang berlaku sekarang, dianggap adil jika Presiden – yang tidak ada hubungan keluarga apa pun – berhak memberikan grasi kepada seorang terhukum.

Tetapi, dalam Islam, yang lebih adil adalah jika hak pengampunan itu diberikan kepada keluarga korban kejahatan. Jadi, kata adil, memang sangat beragam maknanya, tergantung pandangan-alam apa yang digunakan. Sejumlah kalangan, dengan alasan HAM,  menilai aturan Islam tidak adil, karena melarang wanita Muslimah menikah dengan laki-laki non-Muslim. Juga dengan dasar yang sama, mereka menuntut keadilan, agar kaum homoseksual dan lesbian juga diberikan hak yang sama untuk diakui keabsahan pernikahan mereka, sebagaimana pernikahan kaum hetero. Lama-lama, bisa juga mereka menuntut hak untuk pengesahan perkawinan manusia dengan binatang, dengan alasan, tidak mengganggu orang lain. Ada juga tuntutan hak untuk mati, sebagaimana hak untuk hidup. Dan sebagainya. Karena itu, jika istilah “adil” dalam sila kedua – Kemanusiaan yang adil dan beradab – dilepaskan maknanya dari sudut pandangan-alam Islam, maka akan terlepas pula maknanya yang hakiki.

Bagi kaum Muslim, khususnya, cendekiawan Muslim Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas mengingatkan perlunya memperhatikan masalah penggunaan bahasa atau istilah-istilah dasar dalam Islam dengan benar agar jangan sampai terjadi kekeliruan yang meluas dan kesilapan dalam memahami Islam dan pandangannya tentang hakikat dan kebenaran. Menurut Prof. Naquib, banyak istilah kunci dalam Islam yang kini menjadi kabur dipergunakan sewenang-wenang sehingga menyimpang dari makna yang sebenarnya. Ia menyebutnya sebagai penafi-islaman bahasa (de-Islamization of language).

Contoh kasus penafi-islaman bahasa adalah pemaknaan istilah “keadilan” yang diartikan sebagai “tiada menyebelahi mana-mana pihak, dan menyamaratakan taraf tanpa batasan, atau sebagai tata cara belaka. Contoh lain, penyalahpahaman makna istilah adab, yang diartikan hanya sebagai adat peraturan mengenai kesopanan, yang lazimnya merupakan amalan berpura-pura sopan. (Lihat, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Tinjauan Peri Ilmu dan Pandangan Alam (Pulau Pinang: Universiti Sains Malaysia, 2007)).

Mudah-mudahan rumah tangga kaum Muslim dan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia benar-benar mampu melahirkan manusia-manusia yang adil dan beradab, sebagaimana yang telah dikonsepkan dalam Islam; bukan manusia yang zalim dan biadab! 
Sumber : hidayatulah.com

Cara Mengenali Tanda Tanda Delapan Kecerdasan Pada Anak

1.Kecerdasan Matematika
Anak yang masih kecil menyukai hal-hal berikut:
a. Membangun menara tinggi atau membuat jembatan dengan balok balok
b. Menggambar lingkaran,persegi empat,dan bentuk lain
c. Meniru garis vertikal
d. Mencocokkan obyek dengan benda
e. Menghitung satu sampai dengan sepuluh secara berurutan

2. Kecerdasan Visual Spatial
a. Melewati waktu luangnya dengan membuat ilustrasi, sketsa, menggambar dan melukis
b. Senang bermain dengan puzzle/ gambar potong
c. Banyak berimajinasi dan menulis imajinasinya
d. Menyukai pakaian warna warni
e. Suka bermain dan berlatih sendiri dengan balok balok

3. Kecerdasan Kinestetik
a. Meminati berlari lari di ruang terbuka
b. Dengan mudah melempar benda-benda
c. Suka bermain dengan air
d. Melompat dengan kedua kaki
e. Bergerak mengikuti musik
f. Menikmati kegiatan bermain peran

4. Kecerdasan Interpersonal
a. Berteman dan berkenalan dengan mudah
b. Suka berada disekitar orang lain
c. Ingin tahu dengan orang lain,serta ramah dengan orang yang masih asing
d. Menggunakan mainannya bersama temannya
e. Mengalah kepada anak-anak lain
f. Selalu menunggu giliran selama bermain

5. Kecerdasan Intra Personal
a. Termotivasi sendiri dalam mengejar cita-cita
b. Selalu beajar dari kesalahannya
c. Mampu belajar secara mandiri
d. Memiliki keyakinan yang tinggi

6. Kecerdasan Ritmik Musikal
a. Mendengar musik dan irama secara sungguh –sungguh
b. Sangat berminat menonton pertunjukan musikal
c. Mampu menirukan musik atau irama
d. Senang menciptakan instrumen musik atau bunyi baru
e. Berbicara dan bergerak menurut irama

7. Kecerdasan Linguistik Verbal
a. Mengucapkan kata-kata sederhana biasa kata dengan dua suku kata
b. Menyuarakan berbagai bunyi suara
c. Menirukan bunyi

8. Kecerdasan Naturalis
a. Senang mengamati hal hal yang terjadi di alam
b. Mempelajari hal hal yang ditemukan di alam
c. Senang mengamati bintang,bulan,gelombang dan berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut
d. Senang binatang dan mau mempelajarinya.

Guru Idola Ditengah Dinamika Zaman

Dalam bahasan ini saya akan menampilkan sosok guru yang dianggap membawa hasil besar dalam karirnya baik dalam tataran filosofis maupun praktis, seperti yang ditemukan dalam riset. Tentunya kita sudah akrab dengan segudang syarat menjadi guru yang baik; syarat personal, emosional, sosial, dan syarat profesional. Syarat ini ketika disederhanakan akan menjadi tiga inti yaitu, beragama, berilmu dan beramal.

Secara profesional guru harus mampu berbuat hal-hal sebagai berikut:
  1. Melibatkan anak didik secara aktif dalam proses belajar. Siswa diajak berdialog, mencari dan mengembangkan potensi-potensi dasarnya.
  2. Mengasosiasikan pelajaran dengan konteks yang di dalamnya pikiran dan tindakan saling berperan, teori dan aplikasi.
  3. Mengeksplorasi dan mengembangkan cara belajar anak didik secara variatif dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilihnya.
  4. Memahami tingkat pemahaman siswa.
  5. Mengembangkan kemampuan mengidentifikasi, menghubungkan dan memadukan komponen-komponen kehidupan.
  6. Mengembangkan kebiasaan berfikir terbuka, tidak memaksa anak untuk menerima sesuatu secara membabi buta.
  7. Membangun visi masa depan, yaitu bagaimana anak mengimajinasikan masa depan.
  8. Membangkitkan dan mengembangkan ethos kerja di dalam diri anak didik.
  9. Mengajak anak didik untuk mencintai ilmu pengetahuan dan belajar.
  10. Mampu membuat materi pembelajaran merangsang dan menarik, tentunya dengan cara selalu meng-up-to date-kan ilmunya dan menyampaikannya dengan jelas pada anak didik.
  11. Menunjukkan perhatian dan penghargaan terhadap anak didik.
  12. Menggunakan metode dan memberikan tugas yang mendorong anak didik aktif belajar, bertanggung jawab, dan bekerjasama
  13. Mampu menjadi model (uswah hasanah)

Siapa Guru yang Paling favorit ? Salah satu Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa guru vavorit adalah: (1) membantu siswa secara individual, (2) penuturannya jelas, dapat dimengerti, (3) Memahami materi/menguasai ilmu, (4) menguasai kelas, (5) menunjukkan perhatian pada siswa, (6) Jujur, (7) Memiliki rasa humor; tidak kejam, (8) mampu menjelaskan sesuatu dengan cara berbeda, (9) tegas, tapi tidak kaku, (10) membuat situasi belajar menyenangkan, (11) memiliki disiplin tinggi, (12) mengajar materi yang relevan, dan (13) membuat kelas menarik

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Ada beberapa pendapat tentang model pembelajaran. Pertama, menurut Dahlan (1990) bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Kedua, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman adalam melaksanakan pembelajaran di kelas (Joyce dan Weil, 1986). 

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan kerangka perencanaan pembelajaran yang menggambarkan bagaimana suatu prosedur sistematis yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.  Jika tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berorientasikan kepada aktifitas siswa menemukan konsep, maka guru dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri. 

Menurut Haury, D.L (Jarret.D, 1977),  inkuiri adalah sekumpulan perilaku manusia yang dikategorikan sebagai persaingan dalam mengeksplanasi secara masuk akal fenomena-fenomena alam yang terjadi di lingkungan. Fenomena ini menimbulkan kuriositas dan hal-hal yang belum diketahui manusia. Dari pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa inkuiri merupakan sejumlah aktivitas dan keterampilan yang terfokus kepada pencarian pengetahuan yang terjadi di sekitar yang belum diketahui.

Sund dan Trowbridge (1973) membedakan pendekatan inkuiri menjadi dua bagian, yaitu pendekatan inkuiri terbimbing dan inkuiri tidak terbimbing. Dalam pendekatan inkuiri terbimbing guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menentukan permasalahan dan mencari penyelesaiannya. Sedangkan pada inkuiri tidak terbimbing siswa lebih berperan aktif dalam mencari masalah dan penyelesaiannya. 

Model inkuiri terbimbing merupakan pendekatan instruksional, memberikan kerangka kerja, perencanaan dan implementasi berpikir dengan mengembangkan keahlian siswa dan mengakses sumber informasi secara efektif membangun pengetahuan. Model ini terencana secara seksama, benar-benar terkontrol yang bersifat instruksional dari guru memandu siswa melalui materi yang mendalam (Kuhithau dan Carol, 2006). 

Ditinjau dari variasi pendekatan inkuir, model inkuiri terbimbing memiliki cirri dimana topic pembelajaran ditentukan oleh guru, pertanyaan dan materi pembelajaran juga ditentukan oleh guru, sedangkan desain dan prosedur pembelajaran dirumuskan bersama-sama oleh guru dan siswa, selanjutnya hasil atau analisis serta kesimpulan ditentukan oleh siswa.

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing atau latihan inkuiri berasal dari suatu keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan dalam belajar. Model pembelajaran ini menuntut partipasi aktif siswa dalam inkuiri (penyelidikan) ilmiah. Siswa memiliki keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan pada sifat-sifat siswa ini, yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi dan memberikan arah yang spesifik sehingga area-area baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik.

Tujuan umum dari model inkuiri terbimbing adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan-keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka (Agung, 2009)

Model pembelajaran latihan inkuiri dikemukan oleh Richard Suchman (Jannah, 2008), ia menginginkan siswa untuk bertanya mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian siswa melakukan kegiatan, mencari jawaban, memproses data secara logis, sampai akhirnya siswa mengembangkan strategi pengembangan intelektual yang dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu fenomena bisa terjadi.

Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus. 

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kuhithau dan Carol (2006), yang menjelaskan bahwa inkuiri terbimbing memiliki 6 karakateristik yaitu :
  1. Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman
  2. Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya
  3. Siswa mengembangkan daya piker yang lebih tinggi melalui petunjuk atau bimbingan pada proses belajar
  4. Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap
  5. Siswa memliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya
  6. Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam LKS. 

Oleh sebab itu LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Seperti halnya siswa SD kelas IV lebih cocok apabila diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing karena mereka masih dalam tarap baru mengenal pembelajaran dengan model inkuiri ini.

Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing, penyajian pelajaran diawali dengan penjelasan suatu peristiwa yang penuh teka-teki. Siswa secara individu akan termotivasi menyelesaikan teka-teki yang dihadapkan pada mereka dan membimbing mereka kepada suatu pencarian dan penyelidikan secara disiplin.

Tahapan Konseling Eklektik

Konseling eklektik sebenarnya tidak menganut tahapan yang spesifik. Carkhuff mengemukakan model konseling sistematik pada eklektik ini disusun menjadi enam tahap yaitu tahap eksplorasi masalah, tahap perumusan masaslah, tahap identifikasi alternative, tahap perencanaan, tahap tindakan atau komitmen, tahap penilaian dan upan balik (Gilliland,1984). Keenam tahap diatas akan dijelaskan sebagai berikut.
 
a. Tahap Eksplorasi Masalah
Pada tahap ini konselor menciptakan hubungan sebaik mungkin dengan klien, membina hubungan saling percaya, menggali kepercayaan klien lebih dalam mendengar apa yang menjadi perhatian klien, menggali pengalaman klien dan merespon isi, perasaan dan arti dari apa yang di bicarakan kien.
 
b. Tahap Perumusan Masalah
Setelah konselor mengetahui masalah klien baik yang bersifat afeksi, kognisi, maupun tingkah laku, maka konselor dan klien merumuskan dan membuat kesepakatan masalah apa yang sedang dihadapi. Jika masalahnya tidak disepakati maka perlu kembali ketahap pertama.
 
c. Tahap Identifikasi Alternatif
Konselor dan klien mengidentifikasi alternatif - alternatif pemecahan dari rumusan masalah yang telah disepakati. Alternatif yang diidentifikasi adalah yang sangat mungkin dilakukan yaitu yang tepat dan realistik. Konselor dapat membantu klien menyusun daftar alternatif, klien memiliki kebebasan untuk memlih alternatif yang ada. Dalam hal ini konselor tidak boleh menentukan alternatif yan harus di lakukan klien.
 
d. Tahap Perencanaan
Jika klien telah menetapkan pilihan dari sejumlah alternatif, selanjutya melakukan rencana tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut apa saja yang akan dilakukan dan sebagainya. Rencana yang baik jika realistik, bertahap, tujuan setiap tahap juga jelas dan mudah dipahami oleh klien. Dengan kata lain, rencana yang dibuat bersifat tentatif sekaligus pragmatis.e. Tahap Tindakan Atau Komitmen

Tindakan berarti operasionalisasi rencana yang disusun. Konselor perlu mendorong klien untuk berkemauan melaksanakan rencana-rencana itu. Usaha klien untuk melaksanakan rencana sangat penting untuk keberhasilan konseling karena tanpa ada tindakan nyata proses konseling tidak ada artinya.
f. Tahap Penilaian Atau Umpan Balik
Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang keberhasilannya. Jika ternyata ada kegagalan maka perlu dicari apa penyebabnya dan klien harus bekerja mulai dari awalnya lagi. Mungkin diperlukan rencana-rencana baru yang lebih sesuai dengan keadaan klien dan perubahan-perubahan klien. Jika ini yang diperlukan maka konselor dan klien secara fleksibel menyusun alternatif atau rencana yang lebih tepat.

Dari tahapan-tahapan konseling eklektik diatas, penulis menyimpulkan bahwa konseling eklektik mempunyai cara kerja yang sangat bagus yang bisa disesuaikan dengan kondisi klien.

Prosedur Manajemen Kelas

a. Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Preventif meliputi :
 
1) Peningkatan Kesadaran Pendidik Sebagai Guru
Suatu langkah yang mendasar dalam strategi Manajemen Kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang pendidik harus sadar bahwa dirinya memiliki rasa “handharbeni“ (memiliki dengan penuh keyakinan) dan bertanggung-jawab terhadap proses pendidikan. Ia yakin bahwa apapun corak proses pendidikan yang akan terjadi terhadap siswa, semuanya akan menjadi tanggung-jawab guru sepenuhnya.
 
Sebagai seorang guru, pendidik berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa, tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar interaksi tersebut bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana kondusif yang mengundang siswa untuk ikut berperan serta dalam proses pendidikan.
 
2) Peningkatan Kesadaran Siswa
Apabila kesadaran diri pendidik sebagai seorang guru sudah ditingkatkan, langkah selanjutnya adalah berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam proses pendidikan.
Kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam proses pendidikan ini baru akan diperoleh secara menyeluruh dan seimbang jika siswa itu menyadari akan kebutuhannya dalam proses pendidikan. Adakalanya siswa tidak dapat menahan diri untuk melakukan tindakan yang menyimpang, karena ia tidak sadar bahwa ia membutuhkan sesuatu dari proses pendidikan itu.
 
Upaya penyadaran ini menjadi tanggung-jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan Proses Belajar Mengajar.
 
3) Penampilan Sikap Guru
Penampilan sikap guru diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa yang disajikan dengan sikap tulus dan hangat. Yang dimaksud dengan sikap tulus adalah sikap seorang guru dalam menghadapi siswa secara berterus-terang tanpa pura-pura, tetapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik. Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam Proses Belajar Mengajar yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.
 
Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan proses interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah kepada suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan pendidikan.
 
4) Pengenalan Terhadap Tingkah Laku Siswa
Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut bisa bersifat perseorangan maupun kelompok. Identifikasi akan variasi tingkah laku siswa itu diperlukan bagi guru untuk menetapkan pola atau pendekatan Manajemen Kelas yang akan diterapkan dalam situasi kelas tertentu.
 
5) Penemuan Alternatif Manajemen Kelas
Agar pemilihan alternatif tindakan Manajemen Kelas dapat sesuai dengan situasi yang dihadapinya, maka perlu kiranya pendidik mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam Manajemen Kelas. Dengan berpegang pada pendekatan yang sesuai, diharapkan arah Manajemen Kelas yang diharapkan akan tercapai.
 
Selain itu, pengalaman guru yang selama ini dilakukan dalam mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup berharga dalam melakukan Manajemen Kelas.
 
6) Pembuatan Kontrak Sosial
Kontrak sosial pada hakekatnya berupa norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tetulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kontrak sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati dan dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran.
Dengan kata lain, kontrak sosial yang digunakan untuk upaya Manajemen Kelas, hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan dari pendidik.
 
b. Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Kuratif meliputi :
1) Identifikasi Masalah
Pertama-tama guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyidik penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu kelancaran proses pendidikan didalam kelas, dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak negatif secara luas atau tidak, ataukah hanya sekedar masalah perseorangan atau kelompok, ataukah bersifat sesaat saja ataukah sering dilakukan maupun hanya sekedar kebiasaan siswa.

2) Analisis Masalah
Dengan hasil penyidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan langkah ini yaitu dengan berusaha mengetahui latar belakang serta sebab-musabbab timbulnya tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya.
 
3) Penetapan Alternatif Pemecahan
Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam Manajemen Kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing.
 
Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru akan dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah pada situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan Manajemen Kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.
 
4) Monitoring
Hal ini diperlukan, karena akibat perlakuan guru dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat dari apa yang telah terjadi.
 
5) Memanfaatkan Umpan Balik (Feed-Back)
Hasil Monitoring tersebut, hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk :
a) Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang sama.
b) Dasar dalam melakukan kegiatan Manajemen Kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan Manajemen Kelas yang sudah dilakukan sebelumnya.

Metode Pembelajaran Role Playing

Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untk mengkreasi peristiwa sejarah,  mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.

Topik yang dapat diangkat dalam role playing, misalnya kejadian sekitar pemberontakan G30S/PKI, memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.

Langkah langkah simulasi
1. Persiapan simulasi
  • Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi
  • Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
  • Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran , serta waktu yang disediakan
  • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi
2. Pelaksanaan simulasi
  • Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
  • Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
  • Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan
  • Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
3. Penutup
  • Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi, maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
  • Merumuskan kesimpulan.

Keterampilan Menutup Pembelajaran

Menjelang akhir pelajaran guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran, agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi yang telah dipelajari. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah:
a. Meninjau kembali
• Merangkum inti pelajaran. Pada dasarnya sehabis menerangkan pelajaran guru biasanya membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ia tugaskan pada siswa.
• Membuat ringkasan. Dengan membuat ringkasan siswa yang tidak memiliki buku sumber dapat mempelajarinya kembali.
b. Mengevaluasi
Salah satu upaya yang dapat dilakukan unutk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh wawasaan yang untuk memahami suattu konsep yang telah diajarkan adalah melalui evaluasi. Hal ini dapat dilakukan dengan guru meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas. Bentuk-bentuk evaluasi ini dapat dilakuakn sebagai berikut :
• Mendemonstrasikan keterampilan
• Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
• Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
• Soal-soal tertulis.

Tujuan dari menutup pelajaran:
1) Merangkum atau membuat garis besar persoalan yang baru saja dibahas sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang makna serta esensi dari pokok persoalan yang diperbincangkan
2) Mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal – hal yang pokok dalam pembicaraan tersebut agar informasi yang telah diterimanya membangkitkan minat serta kemampuan siswa pada masa mendatang
3) Mengorganisasikan semua kegiatan maupun pembicaraan yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut sehingga merupakan suatu kebulatan yang berarti dalam memahami esensi bahan yang baru dipelajari

Variasi dalam Gaya Mengajar

Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan atas tiga bagian yaitu:
1. Variasi dalam gaya mengajar
Variasi ini dapat dilakukan dengan enam cara yaitu:
  • • Variasi suara, seperti perubahan nada suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
  • • Memusatkan perhatian, seperti perkataan “perhatikan baik-baik”, “Nah ini penting sekali”, “Dengar baik-baik ini agak sukar dimengerti”, dan lain sebagainya. Pemusatan dengaan lisan dapat diikuti dengan syarat seperti menunjuk ke gambar yang tergantung di dinding atau di papan tulis dan sbagainya.
  • • Membuat kesenyapan sejenak, seperti kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian. Perubahan stimulus dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari ke keadaan adanya kesibukan kegiatan lalu dihentikan, akan mendapatkan perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi. Pemberian waktu berfikir digunakan terutama untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang mendalam.
  • • Mengadakan kontak, bila guru berbicara, berinteraksi dengan siswanya sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh dan melihat ke mata siswa untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka. Kontak pandangan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi (seperti membesarkan mata tanda tercengang), atau dapat juga digunakan untuk mengetahui pengertian dan pemahaman siswa.
  • • Variasi gerakan badan dan mimik, hal ini dapat dilakukan dengan cara mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala. Guru dapat mengangkat bahu, berdiri diam kaku, santai, berjalan mendekati atau menjauhi siswa, dan berdiri siap membantu.

  • Variasi mengubah posisi
2. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran,antara lain:
  • Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (Visual aids), misalnya grafik, bagan, poster, diorama, spesimen, gambar, film, dan slide.
  • Variasi bahan atau alat yang dapat didengar (auditif aids), suara guru termasuk ke dalam media komunikasi yang utama dalam kelas.
  • Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik).
  • Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio visual)
3. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan. Sedangkan variasi kegiatan berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi.

Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi :
  • Kesesuaian
  • Kewajaran
  • Kelancaran dan kesinambungan
  • Serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.

Mengajar yang efektif

Mengajar adalah membimbing siswa, agar mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif.
 
Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa harus mengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
  2. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasi metode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
  3. Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
  4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat.
  5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll.
  6. Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan dahulu sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih percaya diri berdiri didepan kelas untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
  7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat, akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.
  8. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya, berkenaan dengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.
  9. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah. Lingkungan yang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.
  10. Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan persoalan yang dapat merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan reaksinya.
  11. Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
  12. Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.
  13. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dsb.
  14. Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, dsb.


Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan mengajar sebagai sebuah seni yang lahir dan dikembangkan oleh siapapun berdasarkan improvisasi dan yang akan ditanamkan adalah respeck siswa didik terhadap pendidik ketika pertama kali masuk kelas. salah satunya adalah harus menguasai teknik membuka dan menutup materi dengan benar.

Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1. Membuka Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar terpusat perhatiannya pada apa yang dipelajari. 
Adapun komponen untuk membuka pelajaran adalah:
 
a. Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian siswa,antara lain:
  • Gaya mengajar guru. Perhatian siswa dapat ditimbulakan dengan menvariasikan gaya mengajar guru misalnya memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran.
  • Penggunaan alat-alat bantu mengajar. Guru dapat menggunakan alat-alat seperti gambar, model, skema dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi belajar siswa.
  • Pola interaksi yang bervariasi. Variasi yang dapat digunakan diantaranya guru memberi perintah pada siswa, guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya pada guru atau siswa lainnya yang menjawab pertanyaan tersebut.
b. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal apa saja yang menjadi perhatian siswa, sehingga dapat digunakan untuk memotivasi mereka. Sedikitnya ada empat cara yang dapat dilakukan yaitu:
  • Dengan kehangatan dan keantusiasan. Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat.
  • Dengan menimbulkan rasa ingin tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan bercerita pada siswa dimana cerita tersebut menimbulkan pertanyaan atau dengan mendemonstrasikan suatu peristiwa. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi pada siswa.
  • Mengemukakan ide yang bertentangan. Guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi sehari-hari.
  • Dengan memperhatikan minat siswa. Minat siswa merupakan gudang kaya bagi aktivitas yang dapat dirancang oleh guru, hal ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan topik dengan minat siswa.
c. Memberi acuan
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-haal yang akan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut :
  • Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
  • Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
  • Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.pertanyaan yang diajukan hendaknya mengarahkan siswa dalam mengantisipasi sisi pelajaran yang dipelajari.
d. Membuat kaitan
Jika guru akan memulai materi pelajaran baru perlu kiranya ia menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman siswa terdahulu untuk mempermudah pemahaman. 

Usaha guru untuk membuat kaitan ini adalah :
  • Membuat kaitan yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa.
  • Menyajikan bahan secara terperinci.
Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dikenal.guru menjelaskaa konsepnya atau pengertiannya terlebih dahulu sebelum menjelaskan lebih lanjut.
 
Tujuan dari keterampilan membuka pelajaran :
  • Menyiapkan mental siswa agar siap memasuki persoalan atau kegiatan yang akan dibicarakan atau dilakukan.
  • Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Aplikasi Active learning II

Kartu Sortir (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
 
Prosedur :
  1. Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin banyak pula pasangan kartunya.
  2. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori.
  3. Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.
  4. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.
Trading Place
Metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.

Prosedur :
1. Beri peserta didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it (tentukan apakah kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi para peserta didik terhadap sebuah atau beberapa kontribusi)
2. Mintalah mereka untuk menulis dalam catatan merea salah satu dari hal berikut :
  • Sebuah nilai yang mereka pegang
  • Sebuah pengalaman yang telah mereka miliki saat ini
  • Sebuah ide atau solusi kreatif terhadap sebuah problema yang telah anda tentukan
  • Sebuah pertanyaan yang mereka miliki mengenai persoalan dari mata pelajaran
  • Sebuah opini yang mereka pegang tentang sebuah topik pilihan anda
  • Sebuah fakta tentang mereka sendiri atau persoalan pelajaran
3. Mintalah peseta didik menaruh (menempelkan) catatan tersebut pada pakaian mereka dan mengelilingi ruangan dengan atau sambil membaca tiap catatan milik peserta yang lain
 
4. Kemudian, suruhlah para peserta didik berkumpul sekali lagi dan mengasosiasikan sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah diletakkan pada tempatnya (trade of Post-it notes) satu sama lain. Pertukaran itu hendaknya didasarkan pada sebuah keinginan untuk memiliki sebuah nilai, pengalaman, ide, pertanyaan, opini atau fakta tertentu dalam waktu yang singkat. Buatlah aturan bahwa semua pertukaran harus menjadi dua jalan. Doronglah peserta didik untuk membuat sebanyak mungkin pertukaran yang mereka sukai.
 
5. Kumpulkan kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagi pertukaran apa yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya : Mita : “Saya menukar catatan dengan Sonya karena dia telah membuat catatan tentang perjalanan ke Eropa Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karena saya mempunyai nenek moyang yang berasal dari Hongaria dan Ukraina

Who in the Class
Metode ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam kelas. Teknik ini lebih mirip dengan perburuan terhadap teman-teman di kelas daripada terhadap benda. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan team (team building) dan membuat gereakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan.

Prosedur:
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase : Carilah seseorang yang…………
  • Suka/senang menggambar
  • Mengetahui apa yang dimaksud rebonding
  • Mengira bahwa hari ini akan hujan
  • Berperilaku baik
  • Telah mengerjakan PR
  • Punya semangat kuat dalam belajar
  • dll
2. Bagikan pernyataan-pernyataan itu kepada peserta didik dan berikah beberapaperintah berikut Kegiatan ini seperti sebuah perburuan binatang, kecuali bahwa anda mencari orang sebagai pengganti benda. Ketika saya berkata “mulai” kelilingilah ruangan dengan mencari orang-orang yang cocok dengan pernyataan ini. Anda bisa menggunakan masing-masing orang hanya untuk sebuah pernyataan, meskipun dia memiliki kecocokan lebih dari satu. Tulislah nama orang tersebut

3. Ketika kebanyakan peserta didik telah selesai, beri tanda stop berburu dan kumpulkan kembali ke kelas.
 
4. Guru dapat menawarkan sebuah hadiah penghargaan teradap orang yang selesai pertama kali. Yang lebih penting surveilah kelas tersebut. Kembangkan diskusi singkat tentang beberapa bagian yang mungkin merangsang perhatian dalam topik pelajaran.

Resume kelompok
Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi , kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didi lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tem dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.

Prosedur :
1. Bagilah peserta didik ke dalam kelompok sekitar 3 sampai 6 anggota
2. beritahukan kelas itu bahwa kelas berisi sebuah kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat
3. Sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat resume kelompok.
4. Berikan kelompok cetakan berita dan penilai untuk menunjukkan resume mereka. Resume tersebut seharusnya memasukkan beberapa informasi yang bisa menjual kelompok tersebut secara keseluruhan. Data yang disertakan bisa berupa :
  • Latar belakang pendidikan; sekolah-sekolah yang dimasuki
  • Pengetahuan tentang isi pelajaran
  • Pengalaman kerja
  • Posisi yang pernah dipegang\keterampilan-keterampilan
  • Hobby, bakat, perjalanan, keluarga
  • Prestasi-prestasi
5. Ajaklah masing-masing kelompok untuk menyampaikan resumenya

Prediction
Metode ini dapat membantu para siswa menjadi kenal satu sama lain. Prosedur :
1. Bentuklah sub-sub kelompok dari 3 sampai 4 orang siswa (yang relatif masih asing satu sama lain)
2. Beritahukan pada peserta didik bahwa pekerjaan mereka adalah meramalkan bagaimana masing-masing orang dalam kelompoknya akan menjawab pertanyaan tertentu yang telah dipersiapkan untuk mereka, seperti :
  • Kamu menyukai musik apa?
  • Apa di antara kegiatan waktu luang favorit anda?
  • Berapa jam kamu bisa tidur malam?
  • Berapa saudara kandung yang kamu miliki dan kamu berada pada urutan berapa?
  • Di mana kamu dibesarkan?
  • Seperti apa kamu ketika masih kecil?
  • Apakah orang tua kamu bersikap toleran atau ketat?
  • Pekerjaan apa yang telah kamu miliki?
3. Mintalah sub-sub kelompok mulai dengan memilih satu orang sebagaoi subyek pertamanya. Dorong anggota kelompok se spesifik mungkin dalam prediksi mereka mengenai orang itu. Beritahukan mereka agar tidak takut tentang tebakan-tebakan yang berani.
 
4. Mintalah masing-masing anggota kelompok bergiliran sebagai orang fokus/utama.

Teknik Melakukan Konseling

  • Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien
    Dasar melakukan Konseling adalah sebagai berikut :

    A, Tahap awal
    1. Good Raport : pada saat pertama kali anda bertemu dengan klien anda harus membangun hubungan yang baik, anda bisa bertanya mengenai kegiatan apa yang dilakukan sebelum bertemu anda, menanyakan kabar, atau hanya sekedar menanyakan "apakah anda sudah sarapan atau belum ?"
    2. Attending : adanya kesiapan diri secara fisik untuk dapat meyakinkan klien bahwa kita sepenuhnya menaruh perhatian kita padanya, bahwa kita peduli terhadap mereka. Meliputi tatapan mata yang konstan kepada klien, postur tubuh, anggukan kepala dan ekspresi muka saat mendengar masalah mereka.
  • B. Tahap eksplorasi
    1. Probing : menggali lebih dalam lagi informasi dari diri klien, adapun dapat dilakukan denga dua cara. a. Open Question : Pertanyaan yang memancing klien untuk dapat bercerita panjang lebar mengenai masalahnya. Contoh : bagaimana hubungan anda dengan mantan anda b. Closed Question : Pertanyaan yang hanya memancing klien untuk menjawab iya atau tidak, sudah atau belum, dsb. Contoh : Apakah anda terlibat pada saat kejadian itu berlangsung
    2. Clarifying : mengklarifikasi mengenai ucapan ucapan atau kata kata klien kepada kita, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara konselor dan konsele
    3. Perception Checking : menguji apakah antara konsele dan konselor sudah satu frame dalam melihat masalahnya
    4. Focusing : jika waktu yang ada tidak banyak dan berfokus menyelesaikan masalah kita harus tetap menjaga klien agar tetap fokus dalam menceritakan inti masalahnya, sehingga pada saat klien menceritakan masalah yang tidak relevan kita bisa menghentikannya dengan cara yang halus, "mungkin anda bisa menceritakan kembali masalah yang sebelumnya ?" sebaiknya hal ini tidak dikatakan dengan memotong pembicaraan klien, tetapi menunggu klien selesai berbicara
    5. Confronting : Hal ini tidak dianjurkan, teknik ini dipakai untuk membuat klien berpikir dan bersifat sedikit menyerang. contohnya adalah , "lalu mengapa anda masih mau menjadi kekasihnya jika semenjak awal anda bercerita kekasih anda adalah seorang pemabuk, kejam, dan anda tidak suka ?"
    C. Tahap Konsolidasi
    1. Reflecting Experience : Menceritakan pengalaman kita yang serupa dengan kejadian yang dialami oleh klien, sehingga bisa berbagi sudut pandang.
    D. Tahap Planning (Perencanaan)
    1. Advicing : membantu klien untuk dapat merencanakan sendiri hal apa yang akan klien lakukan setelah proses konseling ini berakhir. Contoh : " lalu setelah semua hal yang terjadi ini apa yang akan anda lakukan?"
    2. Informing : memberikan informasi dari sudut pandang kita mengenai hal yang ada dalam permasalahan klien
    E. Tahap Termination
    1. Summarizing : menyimpulkan masalah yang dialami klien, kesimpulan dibuat berdasarkan semua hal hal yang dikemukakan oleh klien.

    Strategi Pembelajaran Kooperatif ( SPK )

    Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,rasa tau suku yang berbeda.

    Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward,jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif.Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.

    Strategi Pembelajaran Kooperatif bisa digunakan manakala :
    1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif,disamping usaha individual dalam belajar.
    2. Jika guru menghendaki selruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar
    3. Jika guru ingin menanamkan,bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya.
    4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
    5. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka.
    6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
    Karakteristik dan prinsip prinsip SPK

    Karakteristik SPK
    1. Pembelajaran secara tim
    2. Berdasarkan pada managemen kooperatif
    3. Kemauan unyuk bekerjasama
    4. Keterampilan bekerjasama
    Prinsip prinsip SPK
    1. Prinsip ketergantungan positif
    2. Tanggungjawab perseorangan
    3.  Interaksi tatap muka
    4. Partisipasi dan komunikasi
    Prosedur Pembelajaran Kooperatif
    Prosedur pembelajaran kooperatif pada dasarnya terdiri atas empat tahap 1,penjelasan materi,2belajar dalam kelompok,3 penilaian,dam 4 pengakuan tim.

    1. Penjelasan materi
    Tahap penjelasan dimaksudkan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah,curah pendapat,dan tanya jawab,bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi.Di samping itu guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

    2. Belajar dalam kelompok
    Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada keolmpoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen,artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan=perbedaan setiap anggotanya,baik perbedaan gender,latar belakang agama,social ekonomi dan etnik,serta perbedaan kemampuan akademik.

    3. Penilaian
    Penilaian dalam SPK dapat dilakukan dengan tes atau kuis.Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa’dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.Hasil aklhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua.Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya,Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

    4. Pengakuan tim
    Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol,atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

    Keunggulan dan kelemahan SPK

    Keunggulan SPK
    1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber,dan belajar dari siswa yang lain.
    2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
    3. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
    4. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
    5. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social,termasuk pengembangan rasa harga diri,hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,mengembangkan ketrampilan mengatur waktu,dan sikap positif terhadap sekolah.
    6. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,menerima umpan balik.Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan,karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya
    7. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
    8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
    Keterbatasan SPK
    1. Untuk memahami dan mengerti filosofi SPK memang butuh waktu
    2. Cirri utama SPK adalah siswa saling membelajarkan.Oleh karena itu,jika tanpa peer teaching yang efektif,maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa..
    3. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok.Namun demikian,guru perlu menyadari,bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
    4. Keberhasilan SPK dalam paya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.Dan,hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
    5. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting utnuk siswa,akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampaun secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri..

    STATISTIK DAN PENELITIAN

    Tujuan perkuliahan : Mata kuliah Statistika terapan ini dimaksudkan untuk membekali mahasiswa  dengan pemahaman akan kegunaan statistik dalam penelitian serta memampukan mereka uhntuk melakukan kajian-kajian terhadap data-data statistik untuk membuat kesimpulan-kesimpulan.  Kemampuan dan pengalaman ini diharapkan  dapat digunakan oleh mereka dalam melakukan analisis data untuk kepentingan penelitian dalam penulisan skripsi ataupun  dalam menerapkannya untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam perkuliahan mahasiswa dihadapkan kepada penggunaan statistika dalam menghadapi beragam permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan. Mata kuliah ini didisain untuk meletakan dasar-dasar statistika yang kokoh bagi mahasiswa  tentang statistika serta teknik-teknik dalam statistika  dan penggunaannya dalam penelitian skripsi.

    1. PENDAHULUAN.
    Statistics is difficult to learn. Begitulah salah contoh dalam buku Bahasa Inggris pegangan mahasiswa. Pernyataan bahwa statistik sulit untuk dipelajari tidaklah berlebihan. “Jika orang mendengar kata statistik, maka asosiasi mereka adalah tentang sesuatu yang ruwet, memusingkan, penuh dengan rumus-rumus yang rumit, membosankan, dan sebagainya.” Apalagi bagi mahasiswa jurusan bahasa yang selalu identik dengan penelitian literature, maka penggunaan sttaistik ternyata menemukan banyak kesulitan untuk menentukan analisis statistik yang tepat dan mengaplikasikan analisis yang telah dipilih terutama dijurusan bahasa.

    Namun dengan semakin meluasnya penggunaan komputer akhir-akhir ini, metode pengajaran Statistik di beberapa perguruan tinggi telah mengalami perubahan yang dramatis, bahwa ketersediaan perangkat keras dan lunak komputer telah memberikan banyak kemudahan kepada peneliti dalam menganalisis hasil penelitian yang secara manual diakui masih sulit dan rumit.

    Bila dahulu ada anggapan bahwa penelitian yang meneliti tiga variabel atau lebih hanya dapat dilakukan oleh peneliti setingkat mahasiswa S2 atau bahkan S3, dikarenakan sulitnya analisis multivariat, sekarang itu bisa dilakukan oleh mahasiswa S1 atau oleh peneliti pemula sekalipun. Singgih Santoso [1]menganggap bahwa perkembangan Software Statistik yang pesat membuat penggunaan metode statistik Multivariat yang sangat komplek menjadi mudah dan praktis. Kalau terhadap statistik Multivariat saja menjadi mudah dan praktis, apalagi bagi statistik univariat dan bivariat.

    Hal lain adanya analisa literature di jurusan bahasa yang dianggap lebih familier dibandingkan analisa statistik ternyata juga berpengaruh terhadap keinginan peneliti bahasa untuk menggunakan analisis statistic tersebut diatas

    Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka penulis melalui diktat perkuliahan statitik terapan ini berusaha memberikan kesan mudah terhadap statistik dengan memberikan contoh dan aplikasinya untuk penelitian staistik terutama dijurusan bahasa.

    1. Definisi statistik.
    Statistika berasal dari bahasa Yunani “status”. Pada awalnya, statistika diartikan oleh Godfried Achenwall pada tahun 1749 sebagai “kumpulan data mengenai Negara dan jumlah penduduknya untuk menunjang administrasi pemerintahan” atau “ilmu politik dari beberapa Negara”.
    Statistik berasal dari state artinya Negara, karena jaman dulu statistik hanya digunakan dalam aktifitas kenegaraan[2] atau statistik juga dapat diartikan sebagai data, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statia = catatan administrasi peemrintahan di US, stochos (Yunani)= anak panah= sesuatu yang mengandung ketidak pastian.tetapi juga  secara luas diartikan sebagai alat untuk analisis dan membuat keputusan[3] sedangkan menurut Singgih Santoso[4] statistik bisa dihubungkan dengan angka sehingga diartikan sebagai numerical descripstion; begitu juga dalam bahasa penggunaannya tidak begitu jauh berbeda seperti penelitin pendidikan, teknik, ekonomi manajemen dan lain sebagainya.

               Muhammad Nisfiannoor (2009) dalam bukunya Pendekatan Statistic Modern Untuk Ilmu Social mendefinsiskan sebagai :
     statistic sebagai “catatan-catatan yang telah dibuat menegnai suatu data atau fakta dan telah disusun secara sistematik dengan tujuan agar orang yang membacanya dapat dengan mduah emmahami serta memperoleh gambaran tentang apa yang telah dikemukakan. [5]

    Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas.

    statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika' (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic).  Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif.

    Penggunaan istilah statistika berakar dari istilah istilah dalam bahasa latin modern statisticum collegium ("dewan negara") dan bahasa Italia statista ("negarawan" atau "politikus").

    Gottfried Achenwall (1749) menggunakan Statistik dalam bahasa Jerman untuk pertama kalinya sebagai nama bagi kegiatan analisis data kenegaraan, dengan mengartikannya sebagai "ilmu tentang negara (state)".

    Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 statistika mulai banyak menggunakan bidang-bidang dalam matematika, terutama peluang. Cabang statistika yang pada saat ini sangat luas digunakan untuk mendukung metode ilmiah, statistika inferensi, dikembangkan pada paruh kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Ronald Fisher (peletak dasar statistika inferensi), Karl Pearson (metode regresi linear), dan William Sealey Gosset (meneliti problem sampel berukuran kecil). Penggunaan statistika pada masa sekarang dapat dikatakan telah menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan, mulai dari astronomi hingga linguistika. Bidang-bidang ekonomi, biologi dan cabang-cabang terapannya, serta psikologi banyak dipengaruhi oleh statistika dalam metodologinya. Akibatnya lahirlah ilmu-ilmu gabungan seperti ekonometrika, biometrika (atau biostatistika), dan psikometrika.

    Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.

    Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri). Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal.

    C.     Manfaat Statistik dalam Penelitian Kuantitatif

    Setidaknya ada 4 (empat) manfaat Statistik dalam penelitian kwantitatif:
    1.      Untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari populasi, sehingga sampel dapat lebih representatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
    2.      Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
    3.      Teknik-teknik untuk mendeskripsikan data sehingga data lebih komunikatif
    4.      Alat untuk analisis data.

    D.    Macam-macam Statistik

                 Statistik dapat dibedakan menjadi dua, deskriptif dan inferensial. Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan data atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi.
    Sementara statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan.Statistik inferensial dapat dibedakan menjadi dua, parametris dan non-parametris.
    Statistik parametris terutama digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sementara non-parametris terutama digunakan untuk menganalisis data nominal atau ordinal. Atau datanya interval atau rasio tetapi tidak berdistribusi normal.
                            


    E.                 Landasan kerja statistic
    Ada tiga jenis landasan kerja statistik, menurut Sutrisno Hadi (2004:222-223) yaitu:
    a.  Variasi. Didasarkan atas kenyataan bahwa seorang peneliti atau penyelidik selalu menghadapi persoalan dan gejala yang bermacam-macam (variasi) baik dalam bentuk tingkatan dan jenisnya.
    b.  Reduksi. Hanya sebagian dan seluruh kejadian yang hendak diteliti (penelitian sampling
    c.  Generalisasi. Sekalipun penelitian dilakukan terhadap sebagian dan seluruh kejadian yang hendak diteliti.


    [1] Santoso, Singgih, SPSS, Gramedia, 2011 : 12
    [2] Usman, Husaini, Prof. Dr., Et.Al., Pengantar Staistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2008: 3
    [3] Sugiono, Statistic Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2004:12
    [4] Ibid, singgih santoso, hal.1
    [5] Nisfiannoor, Muhammad, Pendekatan Staistika Modern Untuk Ilmu Social, Salemba Humanika, Jakarta, 2009 : 2

    Strategi Pembelajaran Konstekstual Teaching and Learning ( CTL)

    CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas–asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Ketujuh asas tersebut antara lain “
     
    1. Konstruktivisme
    Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman.Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang bersala dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang.Oleh sesbab itu pengalaman terbentuk oleh dua factor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek tersebut.

    2. Inkuiri
    Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri.Artinya,proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.Dengan demikian dalam proses perencanaan,guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,akan tetapi meransang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

    3. Bertanya
    Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.Dalam proses pembelajaran CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja,akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.Karena itu peran bertanya sangat penting,sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbng dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

    4. Masyarakat belajar
    Dalam CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan,yang cepat didorong untuk membantu yang lambat belajar.

    5. Pemodelan
    Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing.guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola dan lain sebagainya.
     
     6. Refleksi
    Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.Melalui refleksi pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.

    7. penilaian nyata
    Penilaian nyata (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

    Pola dan Tahapan Pembelajaran Kontekstual ( CTL )

    Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan anak tentang fungsi pasar.kompetensi yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis pasar.Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indicator hasil belajar:
    1. siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
    2. siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pasar
    3. siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dengan non tradisional (swalayan).
    4. Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
    5. Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.
    Pola Pembelajaran CTL
    Untuk mencapai kompetensi tersebut dengan pendekatan CTL,guru menggunakan langkah-langkah pembelajaran seperti berikut :

    a. Pendahuluan
    1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
     
    2. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
    • Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelomppok sesuai dengan jumlah siswa
    • Tiap kelompokditugaskan untuk melakukan observasi.Misalnya kelompok 1,dan 2 observasi ke pasar tradisional,kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.
    • Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut.
    3. Melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

    b. Inti
    Di lapangan
    1.siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian kelompok
    2. siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

    Di dalam kelas
    1. Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan temuan kelompok masing-masing.
    2. Siswa melaporkan hasil diskusi
    3. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

    Penutup
    1. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai.
    2. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema pasar..
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    Komentar Anda

    Nama

    Email *

    Pesan *