Rabu, 31 Oktober 2012

Implementasi Manajemen Pendidikan Tinggi Pengalaman Universitas Muhammadiyah Malang *)




Oleh:
Muhadjir Effendy**)

A. Pendahuluan

  Tujuan umum pendidikan adalah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti pendidikan yang dilakukan tetap mempertahankan kesatuan, keanekaragaman, mengembangkan cita-cita perorangan.  Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan secara merata dengan keunggulan (excellence) dan penyeimbangan (equity) antara pemanfaatan (acces) dengan prestasi (achievement). Tujuan yang mulia ini akan dapat tercapai apabila dilakukan aktivitas pendidikan yang bertanggung jawab dan terjaminnya kualitas akademik pada desain, manajemen proses pendidikan, bertumpu pada konsep pertumbuhan, pengembangan, pembaharuan, dan kelangsungannya sehingga penyelenggaraan pendidikan harus dikelola secara profesional. Bidang pendidikan yang menjadi tumpuan harapan banyak pihak untuk dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas, kerap terengah-engah karena dihadapkan pada  persoalan serius akibat perkembangan yang terus-menerus dan sangat cepat. Pendidikan mengalami keletihan dan ketidakberdayaan, yang disebut oleh Coombs sebagai krisis pendidikan. Ternyata Indonesia bukan satu-satunya bangsa yang sedang mengghadapi kondisi dilematis ini. Bangsa Inggris juga sedang menghadapi masalah pendidikan yang sama yaitu, merosotnya kualitas akademik dan rendahnya akses golongan ekonomi lemah ke perguruan tinggi. Dalam majalah The Economist edisi 8 September 2005, diungkapkan hasil survei Shanghai Jiao Tong University tahun 2004, dari 20 top world universities,  kemerosotan akademik dialami oleh 17 universitas di Amerika Serikat, 2 perguruan tinggi Inggris dan 1 universitas  Jepang. Artikel tersebut juga mengungkapkan ketimpangan akses antara 2 negara, hanya 16 persen anak-anak keluarga kurang mampu di Inggris mendapatkan akses ke perguruan tinggi, sedangkan di Amerika Serikat lebih dari 45 persen.
Di Indonesia, tingkat human development index (HDI) yang mengukur pembandingan antara life expectancy, literacy, education, dan standard of living belum beranjak naik secara signifikan, rangking ini tidak berbeda jauh dengan negara Vietnam yang baru merdeka  (tabel 1), sementara akses pendidikan bagi usia 19-24 tahun yang terdaftar sebagai mahasiswa di Indonesia juga belum menggembirakan yaitu sebesar 14 persen. Kondisi partisipasi untuk melanjutkan di perguruan tinggi ini masih rendah apabila dibandingkan dengan negara Malaysia (38 persen) atau Mesir (30 persen).
       
      Tabel 1
        Posisi kualitas sumberdaya manusia tahun 1995, 2000, 2002, 2006 berdasarkan HDI.
Negara
Tahun
1995
2000
2002
2006
China
111
99
96
81
Thailand
58
76
70
74
Philipina
100
77
77
84
Malaysia
59
61
59
61
Indonesia
104
109
110
108
Vietnam
120
108
109
109
         Sumber: UNDP berbagai edisi

        Ditengah kondisi pendidikan di Indonesia seperti saat ini, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbesar yang terdapat di Jawa Timur, terpacu untuk tidak henti-hentinya melakukan penataan sistem penyelenggaraan pendidikan sehingga menjadi pusat keunggulan dari berbagai hal yang dibutuhkan masyarakat dengan menekankan pada Quality, Efficiency dan Relevance dalam usahanya menjadikan UMM sebagai the real university yang mengandalkan keunggulan dan keterdepanan, sebagaimana visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan. Visi dan misi universitas mencerminkan kualitas intrinsik dengan pendekatan multi aspek dan bersifat multidimensional. Adapun Visi, misi, dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
         
Visi: Menjadi universitas terkemuka dalam pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan nilai-nilai Islam.
       
 Misi:

  1. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu,
  2.  Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan manusia,
  3. Menyelenggarakan pengelolaan universitas yang amanah,
  4. Menyelenggarakan sivitas akademika dalam kehidupan yang Islami sehingga mampu beruswah khasanah,
  5. Menyelenggarakan kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan.       

Tujuan: Tujuan yang dirumuskan oleh Universitas Muhammadiyah Malang adalah sebagai berikut:

  1. Menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, menguasai IPTEKS, profesional, kreatif, inovatif, bertanggungjawab, dan mandiri menuju terwujudnya masyarakat utama.
  2. a. Meningkatkan kegiatan penelitian sebagai landasan         penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan IPTEKS.b. menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan dan menyebar luaskan IPTEKS dalam skala regional, nasional dan internasional. 
  3. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efesien dan terpercaya untuk menjamin keberlanjutan universitas. 
  4. Mewujudkan civitas akademika yang mampu menjadi teladan dan kehidupan masyarakat. 
  5. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan dan penelitian

B. Membangun Strategi Pengembangan
   Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif yang mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk mencapai suatu tujuan.  Sedangkan manajemen strategik adalah suatu proses yang continuous, iterative dan crossfunctional yang bertujuan untuk menjamin agar universitas mampu menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan yang ada. Agar universitas dapat bergerak dengan cepat dan benar, maka diperlukan kemampuan menentukan posisi baru dengan paradigma dan orientasi baru yang disebut dengan repositioning. Reposisi universitas dilaksanakan dengan menilai dan mereview seluruh kekuatan dan kelemahan sehingga dapat menentukan mana yang harus diperbaiki dan diperkuat. 
1.    Menciptakan trust dan confidence untuk stakeholder  Universitas Muhammadiyah Malang.
        Strategi pengembangan ini amatlah penting bagi universitas, karena merupakan salah satu bentuk dari public and social accountability universitas. Dalam membangun sarana fisik, sampai saat ini  Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki tiga kampus yang representatif dan modern. Fasilitas ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana sebagai daya dukung pengembangan keilmuan yang dibutuhkan (multimedia classis, monitoring system for learning processes). Selain itu telah memiliki sejumlah dosen tetap yang cukup, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Telah tersedia sejumlah Laboratorium yang diperlukan, perpustakaan modern, fasilitas olahraga, seni maupun pusat pembinaan keagamaan berupa masjid yang tidak saja difungsikan sebagai tempat ibadah melainkan juga sebagai tempat kajian dan pendalaman wawasan keislaman dan kemasyarakatan. Fasilitas yang  dimiliki sebagaimana tergambar diatas,  sebenarnya baru sebagian dari sekian besar yang hendak diwujudkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang.
        Universitas Muhammadiyah Malang, ingin menjadikan kampus ini bukan sekedar  sebagai tempat transformasi ilmu dari pihak dosen kepada mahasiswa yang berlangsung secara formal dan mekanis sifatnya, begitu pula tidak sekedar menyelenggarakan ujian-ujian untuk memperoleh sertifikat dan tanda lulus, lebih dari itu ingin menjadikan dirinya benar-benar sebagai  Rumah Ilmu.  Yakni sebagai rumah ilmu para penghuninya yang selalu memiliki ciri khas mengedepankan keberanian yang bertanggung jawab,  kebebasan yang didasari kekuatan nalar yang kokoh serta keterbukaan dalam menerima segala informasi keilmuan yang diperlukan. Orang-orang yang menyandang predikat seperti ini adalah para pecinta ilmu dan kebenaran yang hakiki.  Kampus yang demikian,  di dalamnya terdapat orang-orang yang dalam hidupnya mencurahkan pikiran dan tenaganya hanya untuk mengembangkan llmu Pengetahuan.
        Sebagai orang-orang yang tinggal di rumah ilmu yang dilakukan adalah kegiatan-kegiatan akademik, seperti kegiatan perkuliahan, diskusi, dialog, meneliti, mencari temuan-temuan melalui literatur, penelitian di laboratorium, dan perenungan terhadap hasil-hasil pengamatannya. Kampus sebagai rumah llmu sebagaimana tergambar dengan sederet ciri khas yang dikedepankan diatas tentunya lulusan yang diinginkan adalah terwujudnya sumberdaya manusia masa depan yang memiliki kekokohan intelektual, kedalaman spiritual, moral yang tinggi, ketrampilan yang handal, yang kesemuanya termanifestasikan dalam bentuk kesalehan individu maupun kesalehan sosial serta memiliki visi yang jelas dan wawasan yang luas. Cita-cita itu menuntut sikap, perilaku dan cara berpikir yang rasional dari setiap sivitas akademika. Karena itu, Universitas ini dari waktu ke waktu terus melakukan penyempurnaan melalui penambahan sarana dan prasarana. Dalam bidang akademik, pembangunan rasa percaya diri ini di manisfestasikan dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti penelitian dosen muda, fundamental dan hibah bersaing dengan kecenderungan perolehan yang meningkat, perolehan program-program hibah kompetisi A1, A2 di 7 jurusan, Hibah Peralatan, Hibah Peningkatan Mutu Pendidikan, Inherent dan Presidential Scholar Fund oleh Dirjen Dikti. Disamping program hibah eksternal, Universitas Muhammadiyah Malang juga menyelenggarakan program  Hibah internal Peningkatan Mutu Jurusan yang diberikan secara berjenjang sesuai dengan perolehan nilai akreditasi, penulisan buku-buku ajar dan buku penunjang, sertifikasi laboratorium secara nasional dan internasional serta perbaikan proses belajar mengajar yang dilakukan secara berkesinambungan.
2.       Membangun competitive advance centres.
        Dengan membangun pusat-pusat keunggulan di bidang akademik dan eunterpreuner akan membangun brand image di masyarakat. Strategi USE PDSA  dapat dipergunakan dalam membangun competitive advance centres. Pengembangan bidang ini harus dipandang sebagai suatu perbaikan terus menerus (continues improvement), sehingga tugas utama pimpinan yaitu melakukan perbaikan proses yang terjadi secara terus menerus dengan membuat keputusan yang efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah bisnis yang ada berkaitan dengan ini bisa menggunakan pembuatan keputusan USE PDSA, yaitu;
U             Understand improvement needs
S              State the problem
E             Evaluate the root Cause (s) 
P             Plan the solution
D             Do or implement the solution
Beberapa contoh pusat unggulan yang telah dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang seperti: Pusat Pengembangan Bioteknologi, Unit Produksi Internet, Bengkel Motor terintegrasi, Hotel UMM Inn, UMM Dome, UMM Bookstore, Kursus Bahasa Asing (KBA), ATC (Auto Cad Training Centre), Cisco Academy dapat digunakan oleh sivitas akademika untuk mengembangkan diri secara nyata dalam berkehidupan di masyarakat.
3.   Mengembangkan ICT (Information and Communication Technology)
        Dengan membangun dan mengembangkan ICT yang dipergunakan dalam proses-proses belajar mengajar, manajemen dan interaksi antar unit di universitas. Pengembangan komunitas ICT di dalam kampus diimbangi dengan pembangunan prasarana IT yang memadai seperti koneksi dengan menggunakan serat optik, layanan Hot spot  secara gratis bagi mahasiswa, Server dengan multi processor, koneksi internet 2 MB dan terhubung dengan Jardiknas, dukungan software-software yang legal, sertifikasi internasional, pengembangan monitoring system for learning processes, digital library, Manajemen Administrasi Akademik, Keuangan dan Kepegawaian, dll.
4. Membangun profesionalisme, menjamin kualitas dan menjaga hubungan baik dengan stakeholder.
Universitas sebagai organisasi pendidikan memiliki kepentingan terhadap pelestarian budaya, nilai, pemandirian dan juga bisnis. Oleh karena itu universitas dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman (fashionable). Pendidikan menyangkut dimensi sistem, paradigma dan kultur. Budaya universitas perlu disesuaikan dengan pergeseran paradigma dunia, yang berorientasi pada customer, kepuasan pelanggan (customer satisfaction), keterbukaan manajemen, dan jaminan kualitas. Jaminan kualitas pendidikan (quality assurance) merupakan titik temu antara harapan para pemakai layanan (client) dan pemberi layanan pendidikan (provider). Kualitas pendidikan merupakan hal yang selalu di diskusikan para ahli pendidikan. Untuk masyarakat yang berbeda, mungkin definisi kualitas pendidikan akan berbeda, demikian pula dengan indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan. Quality Assurance sebagai alat ukur kualitas telah diimplementasikan dalam pendidikan di beberapa negara yang telah maju sebagai sebagai bentuk akuntabilitas untuk standar profesional di bidang pendidikan. Quality Assurance yang terencana dengan baik dan tersistematis akan dapat digunakan untuk merefleksi diri, memonitor kinerja pendidikan, memberikan gambaran komprehensif kefektifan proses pendidikan dan kinerja universitas, sustainable improvement universitas, serta dapat digunakan untuk memberikan jaminan atau kepercayaan suatu produk atau jasa pendidikan dikatakan berkualitas.  Standard Australia (Cuttance, 1995) Quality Assurance (QA) di definisikan sebagai semua tindakan yang terencana dan sistematis untuk memberikan kepercayaan/jaminan bahwa suatu produk atau jasa memenuhi syarat untuk dikatakan berkualitas. 
Dari sisi efektivitas kinerja, Ellis J (2001) mendefinisikan QA sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menilai keefektifan proses penyedia layanan, membangun gambaran yang komprehensif mengenai kinerja dan pembaharuan informasi melalui siklus tahunan. Disamping itu CDQA (the Chief Directorate for Quality Assurance) pada tahun 2001 mendefinisikan Quality Assurance sebagai kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja dari berbagai macam level sistem pendidikan untuk mencapai tujuan sistem tersebut. Menurut Harman dan Meek (2000) QA adalah manajemen yang sistematis dan prosedur penilaian yang diadopsi oleh insitusi atau sistem untuk memonitor kinerja dan meyakinkan pencapaian ouput yang berkualitas atau peningkatan kualitas. QA adalah suatu proses yang bertujuan menyatukan semua stakeholder dalam mencapai satu tujuan yaitu peningkatan kualitas pendidikan.  Aktivitas ini memberikan penghargaan pada pelaksanaan kegiatan program yang baik, bukan menghakimi pelaksanaan kegiatan yang kurang baik. QA dimaksudkan untuk meyakinkan stakehorlders bahwa institusi memberikan layanan yang bisa diterima (Dahlgren, P. dkk, 2001). 
Dengan adanya penjaminan mutu di bidang akademik, karyawan, layanan, keuangan, dan kesesuaian antara produk akademik yang dihasilkan oleh Universitas Muhammadiyah Malang dengan stakeholder, akan menumbuhkembangkan rasa saling percaya dan membangun image universitas yang baik di masyarakat. Apabila masyarakat merasa puas, maka akan terjalin keterikatan secara emosional dan secara bertahap akan mengembangkan loyalitas pada universitas.

5.       Membangun kerjasama dengan institusi lain.

         Membangun jalinan kerjasama dengan institusi lain merupakan hal yang tidak dapat di hindari. Karena pesatnya perkembangan teknologi informasi dalam era globalisasi ini, maka dunia akan terasa menjadi lebih kecil karena jarak sudah tidak lagi menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Dengan komunikasi keterbatasan geofrafis seakan menghilang dan menjadi satu kesatuan masyarakat global. 
           Beberapa kerjasama yang telah dilakukan Universitas Muhammadiyah Malang antara lain (1) Negara Amerika  Serikat: Indiana University, RELO, American Corner; (2) Negara –negara Eropa: Tilburg University, The Academy of Humanities and Economics (AHE), The Dokuz Eylul University (DEU), The NMKRV College for Women, Islamic University of Roterdam, University Utrecht, Norwegian Center for Human Right; (3) Negara Timur Tengah: Rabithah’Alamal-Islami, beberapa lembaga dakwah Arab Saudi, Othman Hasyim and Co Advocates and Solicitors, Al-Azhar University, Minia University, King Abdul Azies University; (4) Negara Australia dan New Zealand: Curtin University, Murdoch University, UWA. ACICIS, AUT, AVI, (5) Negara-negara Asia: Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Universiti Malaya, Chulalongkorn University Vebture Academy Korea, Lingnan University Hongkong, Yamaguchi University Jepang.  Kerjasama Luar negeri dapat dimanfaatkan universitas sebagai gerbang menuju universitas yang dikenal di dunia.

6. Mengembangkan komitmen ke-Islaman dan ke- Muhammadiyahan pada sivitas akademika.
Tujuan Universitas Muhammadiyah Malang adalah: “Melahirkan sarjana Muslim yang cakap yang berakhlak mulia, percaya pada diri sendiri, berguna bagi masyarkat dan Negara, dan beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah s.w.t.” Mencermati tujuan UMM tersebut, maka outcomes yang diinginkan adalah terwujudnya sumber daya manusia masa depan yang memiliki kekokohan intelektual, kedalaman spiritual, karakater, moral yang tinggi (noble character) dan keterampilan yang handal. Bentuk ini  termanisfestasikan dalam bentuk kesalehan individu, kesalehan sosial, memiliki visi yang jelas, wawasan dan pengetahuan luas (broad knowledge). Berangkat dari tujuan UMM di atas, maka pendidikan dan pembinaan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan.
Pendidikan AIK pada dasarnya diarahkan untuk membantu sivitas akademika dalam mempelajari, menghayati dan mengaplikasikan ajaran Islam sesuai dengan tingkat dan kadar pengetahuan keislaman mereka masing-masing. Karena itu, pendidikan AIK diharapkan  dapat  (1) Memberikan kerangka bagi sivitas akademika dalam mengembangkan wacana keilmuan, (2) memberikan kerangka moral dan karakater  bagi perilaku kehidupan mereka sehari-hari, (3) memberikan dasar-dasar keterampilan keagamaan sebagai modal utama untuk melaksanakan dakwah di masyarakat. 
C. Penutup
  Implementasi manajemen perguruan tinggi yang dikembangkan di Universitas Muhamamdiyah Malang mengacu pada beberapa hal yaitu: (1) Sistem dan proses pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan customer internal dan eksternal bagi semua stakeholders, (2) Pemenuhan kepuasan stakeholders (3) kualitas dikembangkan kedalam setiap tahapan proses dan sistem (4) benchmarking yang merupakan perbandingan antara proses dan sistem yang telah dirancang tersebut dengan fungsi pendidikan tinggi harus telah dilaksanakan semua jurusan dan (5) adanya Team dan Teamwork dalam pengembangan universitas, sehingga selalu terbangun adanya konsolidasi ideal, struktural dan personal.  Bidang ideal yaitu berupa pembentukan tekad, wawasan dan kesepakatan secara terpadu akan makna Perguruan Tinggi Muhamamdiyah (PTM) sebagai lembaga pendidikan tinggi dan amal usaha Muhammadiyah. Ini sangat menentukan terhadap sistem maupun cara-cara pengelolaan dan pengembangan masa mendatang, yaitu profesionalisme. Bidang struktural, yaitu berupa penyederhanaan organisasinya.  Walaupun dalam hal ini agak menyimpang dari Qoidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun struktur PTS umumnya.  Kebijakan ini ditempuh untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki waktu itu.  Bidang personal, yaitu berupa penggantian pimpinan dan pembinaan disiplin kerja, baik ditingkat universitas maupun fakultas yang dilakukan secara periodik. Dengan kinerja sivitas akademika yang tinggi, prestasi di bidang penelitian dan akademik yang baik, tersedianya fasilitas pendukung yang memadai serta ditopang manajemen yang baik akan mengantarkan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai The Real University yang diidamkan.





*)   Makalah disampaikan pada acara Seminar dan Lokakarya Nasional “Manajemen Perguruan Tinggi Masa Depan Untuk Meningkatkan Daya Saing bangsa” pada tanggal 21 -23 Agustus 2007 di Balikpapan
**)  Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

Selasa, 30 Oktober 2012

Changing Management Paradigms : implications for educational institutional.


KAJIAN ARTIKEL
by Ahmad kurnia

Judul Artikel Asli              :        Changing Management Paradigms : implications for   educational institutional.
Penulis                               :        D. Jamali
Diterbitkan oleh                :       Emerald Journal of management Development, vol.24 no 2 tahun
                                                    2005


A.   Ringkasan artikel :
Paradigm perubahan manajemen terutama di lembaga pendidikan lebih disesuaikan dengan paradigm lama yang berkiblat pada pendapat teori fayol, taylor dan weber yang berpandangan bahwa pengelolaan lingkungan manajemen yang stabil cenderung terpusat pada proses pengambilan keputsuan dan penggunaan saluran komunikasi yang hirarkhis. Fokus perhatian konsep manajemen tradisional adalah organisasi,pemangkasan biaya,bekerja sesuai aturan yang sudah disepakati, menghormati hirarkhi, pembagian kerja sederhana dan spesialisasi kerja.(Turner & Kegan, 1999; Burnes, 2001; Jaffee, 2001)
Paradigm lama juga memiliki karakteristik : focus pada organisasi kedlam,menunggu petunjuk perintah dan pengawasan, menngunakan pendekatan standarisasi dan disiplin authoritarian dan secara umum menampilkan orientasi mekanis dari rancangan structural organisasi, departementalisasi yang kaku, spesialisasi kerja tinggi, rantai komando dan rentang pengawasan (span of control) yang sempit, sentralisasi kekuasaan dan formalitas yang tinggi.(Kreimer, 2002; Robbins & Coulter, 2003)
Fokus lain dari paradigm lama lebih pada peningkatan produktiftas dan pemberdayaan SDM yang ada dalam kondisi statis dan stabil.sehingga manajer dianggap sebagai pengambilan keputusan,strategis bahkan Burnes (2001) menganggap manajer sebagai pengawas, polisi, manipulator yang berhubungan dengan kelas elit. Sedangkan pegawai diposisikan sebagai seseorang yang tidak begitu bisa diandalkan dan cenderung meminta penghargaan dengan pencapaian yang diberikan minimal. Sehingga melahirkan prasangka, ketidak percayaan dan kekhawatiran terhadap ases data dan system informasi dengan pengawasan yang ketat karena kerahasiaannya.
Dalam pembelajaran juga kurang begitu mendapat perhatian karena organisasi lebih memperhatikan standarisasi dan spesialisasi sehingga ases pembelajaran tidak di akomodisasi yang berakibat pada kurang pemenuhan empowerment dan cenderung pegawai statis menerima perubahan. Dalam lingkungan seperti itu, individu memiliki kecenderungan akan terhambat dan tidak kreatif, dimana ide-ide baru dibebaskan dan orang-orang berkecil hati untuk mengambil risiko, atau mau mencoba suatu hal yang baru.
Sistem manajemen klasik bekerja dengan baik ketika pasar, produk dan teknologi berubah secara lambat (Turner dan Keegan, 1999). Namun demikian, kelemahan sistem terungkap dan pembatasannya secara bertahap akan terbuka dengan mempercepat globalisasi dan inovasi teknologi.
Dari permasalahan paradigm lama dengan berbagai permasalahannya, tiada kata lain selain, berubah. Dengan berbagai alas an yang niscaya : yaitu perkembangan tecno-sosio-economy yang bergerak cepat yang membutuhkan adanya difusi dan internalisasi antara teknologi dan informasi, menghilangkan system manajemen hirarkhi yang kaku, kompleksitas teknologi membutuhkan ilmu pengetahuan multidispliner Dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan pengetahuan ekonomi untuk meningkatkan  pertumbuhan pengetahuan,  teknologi, kemajuan teknik,  keterampilan baru dan kompetensi yang dinamis (Liyanage dan Poon, 2002).
Kompetensi pegawai di sisi lain sangat dibutuhkan dalam Sistem manajemen baru seperti tidak digunakannya keahlian mereka dan diluar perkiraan mereka bersedia untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab. Sikap baru terhadap pekerjaan mereka itu meliputi perasaan bangga dan rasa memiliki,  kepeduliaan tentang prestasi, nilai, tingkat kelayakan, makna dan pemenuhan (Stallings, 2000). Efek lainnya bagi Pelanggan dengan pola prilaku tersebut bisa menjadikan mereka lebih terdidik.
lebih tercerahkan, lebih canggih, lebih ingin tahu dan kritis –
sehingga banyak perminntaan ketika belanja (Chapman, 2001). Produk baru yang harus diciptakan lebih
inovatif,
fleksible dan berkualitas tinggi yang memiliki siklus hidup yang pendek
di pasar global berubah-ubah (Turner dan Keegan, 1999; Longenecker dan Ariss, 2002).

Perubahan paradigma

Organisasi semakin sadar bahwa dunia telah berubah pada porosnya, sehingga perlu menaksir  ulang kembali dasar tujuan, operasi dan orientasi manajemennya. Oleh karena itu tahun 1980-an telah menyaksikan munculnya pergeseran paradigma, atau lebih akurat mencari paradigma baru yang lebih tepat (Collins, 1996; Burnes, 2000).

Teori-teori yang paling banyak mempengaruhi pemikiran manajemen kontemporer mencakup  pendekatan perilaku (the behavioural approach), teori sistem (system theory), pendekatan kontijensi, pendekatan Budaya unggul, dan teori pembelajaran organisasi, yang masing-masing memberikan kontribusi wawasan baru untuk pemahaman kita tentang proses manajemen  kontemporer.
·         Pendekatan perilaku misalnya memfokuskan perhatian pada faktor manusia dalam
organisasi
, pentingnya dinamika kelompok dan memotivasi. manusia yang kompleks
·         Pendekatan sistem memperingatkan manajer untuk penanaman dugaan positif dan saling ketergantungan.
·         pendekatan kontingensi lebih memperhatikan dan menggarisbawahi
adaptasi / kesesuaian situasional.
·         Pendekatan keunggulan Budaya lebih mengingatkan
para manajer untuk menyepakati untuk lebih  memperhatikan isu-isu sederhana dari orang, nilai-nilai, dan kepuasan pelanggan/ karyawan. Selain menempatkan inovasi sebagai penggerak utama keunggulan suatu organisasi.
·         Pendekatan pembelajaran organisasi lebih menekankan
pada kegunaan pemeliharaan hati-hati dan menumbuhkan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memasukkannya ke dalam aplikasi baru dalam rangka menumbuh kembangkan organisasi.

Terinspirasi oleh berbagai kontribusi berbagai teori diatas, perspektif manajemen tradisional terus berubah dan perlu bangkitnya efektivitas manajerial  sisi lain perubahan telah terbukti sangat meresahkan bagi kebanyakan manajer dan organisasi, dimana perusahaan abad ke-21 telah  memetakan pola dasar baru dengan tema akrab dan aplikatif. Handy(1989), mengungkapkan bahwa Wacana bisnis yang semakin berkisar intelijen, informasi dan ide-ide dan memanfaatkan kemampuan otak dan modal intelektual untuk menambahkan
nilai dan mempertahankan daya saing
dalam persiangan global yang tidak bsia terhindarkan..

Organisasi merangkul perubahan manajemen baru restrukturisasi mereka
proses internal dan pendekatan manajemen sekitar berubah dengan cepat informasi
dan teknologi. Pergeseran ini mendukung struktur organisasi selular dan matriks
dengan lapisan yang lebih sedikit manajemen atas tua di exible berlapis-lapis vertikal
hirarkis organisasi (Benveniste, 1994;. Cravens et al, 1997). filosofi
baru manajemen juga merangkul inovasi sebagai bahan utama keberhasilan dan daya saing meningkat (Khalil, 2000; Liyanage dan Poon, 2002). Ini memerlukan mengembangkan potensi kreatif dari organisasi dengan mengembangkan ide-ide baru, memanfaatkan masyarakat kreativitas dan antusiasme, menekan potensi inovatif karyawan, dan mendorong perkembangan otonomi dan kewirausahaan (Blanchard, 1996; Kuczmarski, 1996; Boyett dan Boyett, 2000; Hitam dan Porter, 2000).

Organisasi modern seperti, membuat langkah besar untuk memelihara inovasi,
positing pengetahuan manusia sebagai komponen kunci dari basis aset mereka, dan menciptakan
basis pengetahuan atau repositori untuk memperpendek kurva belajar (Khalil dan Wang, 2002; Carnall, 2003). Orang-orang diperlakukan sebagai sumber daya alam dan aset modal organisasi dan sumber yang paling penting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sedangkan paradigma thetraditional dianggap tenaga kerja komoditas yang akan dibeli, dieksploitasi dislokasi dalam re kalangan pendidikan ects realitas manajerial berubah dan praktek digambarkan sebelumnya. pengelolaan

Hal ini memang dapat diinduksi bahwa pendidikan manajemen secara umum tidak menanggapi paradigma baik untuk perubahan paradigma manajemen. Manajemen pendidikan terus menekankan konsep abstrak – mengembangkan keterampilan kognitif dan kemampuan analitik serta pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teori manajemen.

Dalam upaya untuk mengatasi kekurangan dari model pendidikan manajemen tradisional, berbagai inisiatif telah berevolusi dalam beberapa tahun terakhir, menekankan pendekatan berbasis pada percobaan aktif dalam intervensi manajemen, baik melalui organisasional berbasis proyek atau melalui tindakan jenis kegiatan pembelajaran, yang bertujuan menerapkan teori manajemen dalam konteks organisasi tertentu (Talbot, 1997).
           Belajar terapan melibatkan sekelompok manajer dimana mereka saling mendukung, mempertanyakan dan mengkritik satu sama lain dalam mengembangkan solusi untuk manajemen individu. Hal Ini menggabungkan antara pengajaran tradisional dan penilaian dengan set tindakan pembelajaran dan rekan penilaian (Talbot, 1997; Leitch dan Harrison, 1999). Lain upaya untuk meringankan fokus teoritis dan preskriptif pendidikan manajemen ortodoks telah melibatkan pengenalan pengajaran berbasis studi kasus, organisatoris didasarkan proyek dan tugas konsultasi. Penekanannya pada umumnya aktif eksperimen, observasi kembali efektif dan memelihara kemampuan untuk menangani baru masalah dengan cara konteks yang spesifik (Gambar 2).
Apa ini bentuk perhatian umum dengan beragam inisiatif untuk berbagi yaitu langkah jauh dari pendekatan berorientasi konten statis terhadap pendidikan manajemen dengan fokus baru untuk memelihara keterampilan intelektual, dan kecakapan untuk berpikir kritis dan mandiri (Pangeran dan Stewart, 2000). Tujuannya adalah untuk mengembangkan jenis praktisi reflektife untuk berkembang pesat dalam lingkungan manajemen baru (Jack dan Anderson, 1999). Ada juga tumbuh apresiasi kebutuhan untuk menghubungkan belajar dengan kegiatan di tempat kerja sehingga  meningkatkan relevansi / keberhasilan pendidikan manajemen (Vinten, 2000). Kelemahan utama paradigma pendidikan manajemen tradisional memang lebih fokus pada transmisi teori pengetahuan, pemisahan teori dari praktek dianggap berbhaya dan tidak bisa diterima.





B. Kajian artikel :
D. Jamali  mengulas secara deskriptif naratif tentang Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan kompetitif saat ini untuk  merangkul sebuah perubahan,. Lingkungan bisnis secara konstan berubah-rubah dan perusahaan harus bergulat dengan sejumlah realitas baru. Ini latar belakang perubahan telah dikatalisasikan penilaian ulang konsep manajerial tradisional dalam tatanan implikasi logis. Bertujuan untuk melacak sebuah evolusi paradigma manajemen baru dan mengidentifikasi pengendali  utama.yang nantinya dikaitkan dengan kosnep baru perubahan manajemen terhadap perubahan paradigm institusi perguran tinggi baik dalam konsep pilosofi, penataan kurikulum, link and match dengan dunia industry yang memberikan kemapuan sendiri dalam mengahdapi perkembangan global dunia industry.
Point lain adalah Menilai implikasi dari perubahan paradigma manajemen itu sendiri bisa diterapkan untuk sistem pendidikan perguran tinggi terutama jurusan ilmu manajemen dengan, menyoroti diperlukan penyesuaian dalam pendidikan manajemen ortodoks dan tantangan tersisa bagi penyelenggara pendidikan manajemen yang tranformatif dan mampu menghadapi tantangan global yang sulit dihindari..
Selain itu juga beliau  Memberikan bantuan dalam memahami perspektif bisnis untuk kepentingan yang dapat membantu para akademisi untuk mengalokasikan sumber daya dan rancangan program perguran tinggi yang melayani kebutuhan akan tenaga manajer yang kompettif sesuai dengan perkembangan globalisasi ekonomi-politik-teknologi yang berimbas pada dunia pendiidkan khususnya sekolah bisnis dan manajemen.
          Sementara beliau mengambil pendapat Jack dan Anderson, (1999) yang menguraikan beberapa kemajuan telah dicapai, dalam dunia manajemen walaupun sistem pendidikan manajemen masih menghadapi tanggung jawab dalam  pembentukan perilaku melalui penguatan inovasi,  kreativitas, pleksibilitas, kapasitas untuk merespon situasi yang sangat berbeda, otonomi, pengarahan dan ekspresi diri.
sealain itu juga pendidikan Manajemen juga menghadapi tantangan untuk menumbuhkan imajinasi kewirausahaan dan keseimbangan berpikir otak kanan, dalam mengkreasikan pemikiran intuitif dengan analitik berpikir otak kiri dalam pendekatan yang lebih holistik dan integratif. Tantangan lain yang dihadapi para akademisi ilmu manajemen adalah untuk mengembangkan kurikulum alternatif dan model penyampaiannya yang tidak hanya mengstimulus pembelajaran saja tetapi juga mampu memfasilitasi proses belajar yang berkelanjutan.  
Dengan mengambil pendapat Sexton dan Kasarda (1991) mengajukan gagasan bahwa dua tujuan program pendidikan bisnis yang terbaik yaitu :
1.    Untuk mempersiapkan orang untuk sukses dalam karir dan masa depan
2.    Untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk belajar di masa depan.
     Gagasan diatas memberikan paparan model belajar yang berbeda dengan memperkenalkan kecenderungan untuk belajar sepanjang hayat (long life education), yang pada gilirannya mengandaikan dirinya sebagai seseorang yang sangat penting untuk memerangi keterampilan teknis yang cepat usang (Davies, 1998).
Pendidikan Tinggi saat ini memiliki peran yang diakui dalam belajar seumur hidup, dan dalam membentuk mampu orang-orang yang tidak hanya tahu tentang spesialisasi keahlian mereka, tetapi juga memiliki kepercayaan diri tinggi untuk menerapkan keterampilan mereka dalam situasi tertentu dan terus memperbarui pengetahuan mereka dan belajar dari pengalaman (Yorke,1999).
Setiap karir dalam bisnis melibatkan adanya perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga pendidikan manajemen juga menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan fungsi pengetahuan secara integral dan holistic dan kebanyakan perguran tinggi manajemen dianggap sebagai. wilayah dimana sedikit kemajuan yang telah dicapai,untuk melanjutkan kecenderungan dari beberapa sekolah bisnis yang mengolongkannya sebagai bagian dari bidang bisnis atau teknik dengan tujuan untuk memfokuskan diri pada fungsi bisnis tertentu (misalnya akuntansi, pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia) dan pemupukan adanya batas interdisipliner (Khalil, 2000). Ada berbagai macam opini yang menggambarkan bahwa salah satu fokus utama di masa depan harus melalui pendekatan berbasis proses dengan lebih menekanan pada keterampilan tindakan holistik dimana ketidakstabilan kerja manajerial dalam tampilan yang berbeda (Garavan dan O'Cinneide, 1994; Jack dan Anderson,1999).
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan berorientasi internasional, sekolah bisnis juga menghadapi tantangan yang kompleks untuk mengejar jaringan antar universitas dan terciptanya hubungan simbiosis dengan dunia industri. Aliansi global semacam ini tampaknya semakin penting untuk mengamankan bentuk-bentuk baru dari keanekaragaman (diversity) keunggulan mengglobal untuk dikembangkan di populasi mahasiswa yang lebih besar (Hagen, 2002).
Mereka menawarkan prospek yang menjanjikan untuk berbagi untuk pengalokasian biaya tetap dan pengelolaan risiko, mengsinergikan keahlian dan memanfaatkan Aset / keterampilan pelengkap, memfasilitasi proses baru dan meningkatkan inovasi.dalam dunia pendidikan, Memerangi kepicikan sehingga tampaknya sangat crucial  untuk memimpin jaringan pengetahuan global.
D. Jamali mengambil Vinten, (2000). berpendapat kalau Sekolah bisnis pada umumnya dianggap sebagai kisah sukses abad terakhir sekarang yang menghadapi tanggung jawab untuk tumbuhnya sebuah tantangan walau terkadang ada yang ambivalen terhadap keberadaan sekolah bisnis ini yaitu mereka yang berasal dari stakeholders inti dan institusi pribumi yang baisanya mereka sangat  puas mengkritik, terkadang kaku dan kritikan mereka tidak relevan (Porter dan McKibben, 1988; Crainer dan Dearlove, 1998). Solusinyanya  Sekolah bisnis sekarang tertantang untuk merespon dengan mengadopsi orientasi baru yang menekankan pada efisiensi, responsif dan inovasi serta mereka mengadaptasikan program pendidikan untuk lebih meningkatkan lingkungan sosio-ekonomi yang semakin kompetitif (Dearlove, 2002).
Untuk menjawab kebutuhan yang mendesak pada saat ini adalah sudah pada waktunya untuk mendorong penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, program konten dan model transfer pembelajaran. Aplikasinya . tantangan utama dari pelatihan dan pendidikan manajemen adalah kelayakan kurikulum dan program pelatihan untuk persiapan dan pembelajaran di dunia luar setelah selesai suatu pendidikan. Tantangan-global dalam pengelolaan pendidikan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan adanya kolaborasi antara manajemen perguruan tinggi,  kemitraan dengan dunia industri, untuk mengidentifikasi pedoman (guidelines) untuk pembaharuan kurikulum dan mekanisme untuk memberikan pendidikan manajemen yang memenuhi kebutuhan manajer kontemporer.

Kesimpulan :
Meskipun belum ada model global yang sukses. Ada beberapa saran dapat kita buat hubungannya antara lain adanya : struktur periodic; inovasi dan penyesuaian kurikulum;  terikat dengan pengajaran non-tradisional, integrasi melekat antara hasil belajar ke dalam desain yang terencana, bias terhadap penerapan keterlibatan pengetahuan yang diperoleh, dan integrasi fungsional yang interdisipliner, serta kemitraan berbuah dengan pegawai, pengusaha, alumni, para pemimpin perusahaan dan perekrut. Pemahaman yang lebih baik terhadap suatu nilai dari perspektif berbagai stakeholder dapat membantu para akademisi untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang program yang benar yng bisa memenuhi kebutuhan manajer pada abad ke 21.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *