Jumat, 21 Juni 2013

Kurikulum Pendidikan Finlandia: Less is More

Mendengar nama negara Finlandia, mungkin yang langsung terbesit di benak anda adalah Nokia, salah satu perusahaan telekomunikasi raksasa di dunia. Kenyataannya Finlandia tidak hanya sukses memasarkan produk Nokia saja. 

Berdasarkan hasil tes akademik yang dipelopori oleh OEDC ( Organization for Economic Coorperation and Development) di tahun 2009, Finlandia juga unggul dalam bidang pendidikan, yakni menduduki peringkat ketiga dari 65 negara peserta lainnya. Finlandia muncul sebagai satu-satunya negara non-Asia yang mampu menempati posisi tiga besar setelah China dan Korea Selatan.

Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di  negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain. Jam istirahat sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat. Mereka juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia memulai pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang memulai pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda. Bagaimana Finlandia mampu menuai sukses di dunia pendidikan dengan kurikulumnya yang terkesan “malas”?

Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah” Less is More“. Sekolah berfungsi sebagai tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja.

Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat dicapai bila kita lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan target kepada siswa yang unggul. Dengan begitu, tidak ada anak-anak yang merasa tertinggal. Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang akademik tanpa harus mengikuti standarisasi akademik konvensional yang kaku.

Pemerintah Finlandia juga menetapkan standar tinggi untuk profesi guru. Dimana semua tenaga pengajar di Finlandia setidaknya diwajibkan mempunyai latar belakang pendidikan Master. Proses seleksi tenaga pengajar pun sangat ketat, hanya 10% dari lulusan perguruan tinggi yang bisa diterima menjadi guru. Mereka yang lolos seleksi ini pun masih harus melalui proses training yang kompleks terlebih dahulu sebelum dinyatakan siap berkecimpung dalam profesi guru.  Finlandia percaya bahwa guru adalah modal utama untuk menghasilkan siswa yang unggul.


Latar Belakang Kesuksesan Pendidikan Singapura

Sistem pendidikan di Singapura termasuk salah satu sistem pendidikan yang memiliki reputasi di dunia internasional. Dengan masyarakatnya yang multikultural dan multirasial, Singapura tetap bisa menunjukkan kualitas terbaiknya dalam dunia pendidikan. Siswa-siswi Singapura dikenal unggul dalam bidang matematika dan sains, mengalahkan siswa-siswi dari Amerika dan Eropa. Perencanaan tujuan dalam sistem pendidikan yang tepatlah membuat Singapura mampu menempatkan diri seperti sekarang ini. 

Secara garis besar, sistem edukasi Singapura menganut  filosofi globalisasi dan multikulturalisme.

Mengapa globalisasi?
Karena Singapura memiliki keterbatasan sumber daya alam dan energi. Pertumbuhan ekonomi di Singapura bertumpu pada bidang industri. Maka dari itu, Singapura mengarahkan pendidikan siswa-siwinya untuk menghadapi tantangan dunia industri di era globalisasi, yang mana dalam hal ini ilmu teknologi informasi menjadi pilar utama. Oleh karena itu, untuk merealisasikannya, Singapura menitikberatkan fokus pendidikannya ke bidang matematika dan sains sebagai bekal utama siswa-siswinya untuk berkompetisi di dunia industri masa depan.

Di samping itu, Singapura juga mulai melebarkan fokus pendidikannya ke arah pengembangan bakat dan kreativitas sebagai langkah lanjut pembekalan siswa-siswinya. Hal ini sebagai tindak antisipasi untuk mengurangi ketengangan persaingan di bidang akademik, terutama bagi siswa yang kurang kompeten dalam bidang akademik. Mereka diarahkan ke bidang-bidang praktek yang juga membuka kesempatan lebih luas lagi di dunia ketenaga-kerjaan masa depan.  Melalui langkah ini, Singapura tetap berusaha mengupayakan pemanfaatan sumber daya manusianya dengan sebaik-baiknya.

Mengapa multikulturalisme?
Singapura menyadari betul bahwa aset terbesar yang dimilikinya adalah komunitas multirasial. Singapura berusaha membentuk kehidupan multikultural yang harmonis dan menumbuhkan rasa nasionalisme sebagai satu bangsa di saat yang sama. Para siswa dididik untuk menjunjung tinggi nilai- nilai kewarganegaraan sekaligus tetap memelihara warisan budaya masing-masing. Sekalipun bahasa nasional Singapura adalah bahasa Inggris, sekolah- sekolah  tetap memberikan kesempatan bagi siswa-siswinya untuk mempelajari bahasa etnisnya masing-masing.

Dengan begitu, mereka diarahkan untuk menjadi individu yang berintegritas nasional tanpa melupakan identitas asli mereka. Sehingga mereka berkembang menjadi individu yang peka terhadap inter-relasi antar etnis dan warga negara dengan perspektif global.

Singapura menanam investasi terbesarnya dalam bidang pendidikan bukan untuk meraih reputasi semata, melainkan karena Singapura mengandalkan manusia-manusianya untuk tetap berkembang sebagai negara industri yang kuat. Karena itu tidak heran siswa-siswi Singapura menjadi individu yang sangat kompetitif  dan mampu bersaing dengan siswa-siswi dari belahan dunia lainnya. Sekalipun hidup di lingkungan multikultural mereka tetap bisa menjadi kompetitor yang kuat, kokoh dan berkualitas.

Sekolah Masa Depan, Seperti Apa Sih?

Kalau selama ini sekolah selalu diidentikkan dengan ruangan kelas, papan tulis, meja dan kursi yang tertata rapi, lain halnya dengan beberapa sekolah berikut yang mendobrak sterotipe itu. Inovasi yang mereka lakukan untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bersahabat terbilang beragam, dari  merombak ruangan belajar, kurikulum sampai dengan mengintegrasikan teknologi dunia maya untuk mendidik murid-muridnya. Tidak heran, mereka mengklaim dirinya sebagai sekolah masa depan. Seperti apa aja sih sekolah-sekolah itu? Mari kita lihat
1. Playmaker School, Los Angeles
Sekolah terobosan baru yang diprakarsai oleh Bill dan Melinda Gates ini merealisasikan konsep belajar sambil bermain yang sebenarnya. Bagaimana tidak? Mereka menyelipkan kurikulum pelajaran dalam game-game kesukaan anak-anak seperti roller coaster, video game dan game simulasi. Di sini setiap murid dibekali dengan peta petualangan belajar interaktif di mana mereka bisa memilih sendiri  modul  belajar yang ingin ditempuh. Dengan demikian, setelah mereka menyelesaikan modul tertentu, mereka akan mengetahui apa saja yang telah dipelajari serta kemampuan apa yang telah dicapai. Selain itu, sekolah yang baru beroperasi sejak September 2012 ini juga memanfaatkan jejaring sosial  seperti Facebook dan Twitter sebagai media komunikasi dengan wali murid.
2. Quest to Learn, New York
Serupa tapi tak sama dengan Playmaker, sekolah yang juga berbasis bermain sambil belajar ini juga menggarap ide problem-solving dan role-play sebagai dasar dari metode pendidikannya. Berbeda dengan metode konvensional di mana guru menjadi sentral perhatian di kelas, sebaliknya di sini murid diajak berpartisipasi aktif dan menjadi aktor utama dalam kegiatan pembelajaran. Quest to Learn tidak seperti Playmaker yang terang-terangan menjadikan game sebagai pilar utama pembelajarannya. Sekolah ini hanya menggunakan prinsip dasar untuk menciptakan pengalaman belajar anak yang menyerupai sebuah permainan sehingga materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik.

3. Telefonplan School, Stockholm
Lain lagi cerita sekolah masa depan yang didirikan di Swedia sejak Agustus 2011 lalu. Telefonplan school menciptakan standar baru dalam hal lingkungan sekolah. Sekolah yang interiornya didesain oleh arsitek Rosan Bosch ini tidak memiliki ruang kelas. Bukan hanya itu, sekolah dirancang seperti rumah bermain di mana tidak ada batas antara ruangan yang satu dengan yang lain. Desain yang futuristik dan penggunaan perabot yang modern diyakini membuat anak-anak mendefiniskan kegiatan belajar di sekolah sebagai sesuatu yang penuh dengan petualangan. Di samping itu, dengan atmosfer yang berbeda ini, anak-anak diharapkan mampu mengembangkan rasa keingintahuan dan kreativitasnya lebih jauh lagi.
4. Het 4e Gymnasium, Amsterdam
Kalau kebanyakan sekolah menganut paham anti- jejaring sosial, murid-murid di sekolah ini justru menggunakan fitur timeline Facebook sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mudah memahami kronologis sebuah peristiwa sejarah. Timeline yang dilengkapi dengan unggahan video, audio atau ilustrasi pendamping ini dibuat per bab oleh para murid. Contohnya, timeline mengenai ekspedisi Magellan atau timeline keruntuhan Uni Sovyet. Karena dibuat di Facebook, hal ini memungkinkan bagi murid-murid dari belahan dunia lain untuk mengaksesnya juga.
5. Clevedon School, Bristol
Satu lagi sekolah yang memanfaatkan situs edukasi untuk membantu murid-murid menyerap dan memahami materi dengan baik. Sekolah yang terletak di Inggris ini menggunakan BrainPop, sebuah situs animasi edukatif untuk anak-anak yang mencakup berbagai subjek mata pelajaran. Bahan-bahan pelajaran di situs yang memiliki lebih dari 1,000 film pendek edukatif ini ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar hingga menengah. Tidak hanya itu, ternyata sekolah yang telah mengintegrasikan ipad sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar ini juga telah menggunakan jejaring sosial Twitter untuk membuat pengumuman dan berkomunikasi dengan murid dan wali murid.
Teknologi telah menyelimuti semua aspek kehidupan kita, tak terkecuali bidang pendidikan. Bila selama ini banyak institusi pendidikan yang menganggap ketergantungan terhadap teknologi sebagai sesuatu yang membawa dampak buruk bagi mental anak, hal sebaliknya justru dilakukan oleh sekolah-sekolah di atas. Mereka membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi sahabat yang baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Teknologi di era modern ini tentunya berbeda dengan teknologi yang eksis 30 tahun yang lalu. Begitu juga anak-anak generasi  zaman sekarang yang jelas tidak tumbuh di lingkungan yang sama  dengan anak-anak generasi sebelumnya. Maka, metode pendidikan pun perlu berevolusi mengikuti perkembangan zaman.

8 Tipe Kecerdasan

Gardner, penulis buku The Theory of Multiple Intelegence (1983) mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan dalam memecahkan suatu persoalan serta menciptakan suatu produk dengan berbagai sudut pandang dan terjadi dalam kondisi yang nyata. Gardner mengungkapkan bahwa berbagai tekanan pada persoalan di dunia nyata sangat penting karena seseorang baru dianggap cerdas bila mampu menyelesaikan masalah di kehidupan nyata, tidak hanya dalam teori atau khayalan saja. Semakin tinggi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah, maka semakin sulit pula masalah yang dialaminya di dunia nyata. Oleh sebab itu, mengukur tingkat kecerdasan seseorang tidak hanya dilihat dari sudut pandangi teori saja seperti tes IQ, tetapi juga melalui aplikasi, bagaimana ia dapat menyelesaikan berbagai macam masalah nyata yang ia lalui.
Unsur pengetahuan dan keahlian juga akan tertanam seiring waktu sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Setelah itu, pengetahuan akan menciptakan berbagai persoalan lebih lanjut dan secara otomatis keahlian berinovasi dengan bermacam cara dalam menyelesaikan masalah pun semakin berkembang. Cara pemecahan masalah pun dapat berbeda tergantung pada tiap daerah serta budaya mereka dalam memecahkan suatu persoalan.
Kecerdasan bersifat universal, artinya berlaku bagi semua orang dan tidak hanya berpihak pada sebagian orang saja. Kemampuan atau kecerdasan juga didasari karena adanya unsur biologis yang didapat sejak lahir dan tidak bisa didapat melalui latihan meskipun dalam segi pendidikan kecerdasan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Kecerdasan linguistik juga didapat oleh setiap orang yaitu kemampuan dalam mengolah dan menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun secara tertulis. Kemampuan seperti ini biasanya berhubungan dengan pengembangan dan penggunaan bahasa secara umum. Seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik yang baik akan mudah berbahasa dengan lancar dan jelas, orang seperti ini mudah mempelajari berbagai macam bahasa dam mudah menjelaskan atau menceritakan kepada orang lain. Berikut ini adalah beberapa macam kecerdasan menurut Gardner:
1. Kecerdasan dalam logika dan matematika.
Kecerdasan tipe ini adalah kemampuan seseorang yang berhubungan dalam penggunaan angka dan logika. Orang yang memiliki kemampuan seperti ini cocok sebagai ilmuwan, matematikawan, serta programmer. Jika ia dihadapkan dengan persoalan, ia akan mencoba memilah-milah agar dapat dengan mudah diselesaikan dari tiap kelompok yang ia klasifikasikan. Logikanya yang kuat membuat mereka lebih mudah mempelajari dan menyelesaikan persoalan secara analitis.
Kemampuan jenis ini sangat cocok bila dihubungkan dengan pekerjaan yang bersifat analisis seperti penelitian, strategi perdagangan, perencanaan proyek, dan lain sebagainya. Tokoh-tokoh yang termasuk memiliki kemampuan logika dan matematika seperti Einstein (fisikawan), Habibi (mantan presiden yang juga ahli pesawat terbang), Bill Gates (pendiri Microsoft), dan lainnya.
2. Kecerdasan secara visual
Kecerdasan jenis ini memiliki kemampuan dalam mengolah data secara visual serta dapat mengembangkan suatu bentuk atau pola secara efektif. Orang seperti ini mudah membayangkan berbagai bentuk maupun ruang di dalam kepalanya, daya imajinasi yang sangat tajam dapat dihubungkan dengan pekerjaan seperti melukis, memahat, desain grafis, animasi, membuat cerita bergambar, arsitek, serta membuat peta. Tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan seperti ini adalah Leonardo Da Vinci (pelukis), Affandi (pelukis asal Yogyakarta), dan Sidharta (pemahat).
3. Kecerdasan dalam olah Gerak Tubuh
Kecerdasan jenis ini memiliki kemampuan dalam mengekspresikan suatu perasaan atau gagasan lewat gerakan tubuh. Umumnya, orang seperti ini memiliki postur tubuh yang ideal karena seringnya mereka melakukan gerak tubuh seperti olahraga, tari dan sebagainya. Dokter bedah juga dapat dimasukkan dalam kategori profesi bagi mereka yang memiliki kemampuan seperti ini. Tokoh yang menonjol dalam kemampuan jenis ini adalah Charlie Chaplin (pantomim), Susi Susanti (pemain bulu tangkis), Kristi Yamaguchi (balerina).
4. Kecerdasan dalam Musik
Pastinya kita tahu musisi terkenal seperti Mozart, Bach, Beethoven, dan yang lainnya. Mereka semua menonjol dalam kemampuan mengekspresikan dan mengembangkan suatu bentuk musik menjadi susunan yang padu. Orang yang memiliki kemampuan seperti ini cocok dalam pekerjaan sebagai komposer musik, pemain musik serta pemimpin dalam pentas seni musik.
5. Kecerdasan Sosial
Yaitu kemampuan dalam memahami perasaan, watak, dan temperamen seseorang. Orang yang memiliki kemampuan seperti ini mudah menjalin relasi dengan sesama dan biasanya mereka mempunyai banyak teman serta mudah beradaptasi dalam suatu grup atau kelompok tertentu di lingkungan sosialnya. Kemampuan jenis ini sering dimiliki oleh para komunikator, penggerak massa atau fasilitator.
6. Kecerdasan Intrapribadi.
Kemampuan seperti ini berhubungan dengan pengetahuan dalam diri serta kemampuan beradaptasi berdasarkan diri sendiri. Orang yang memiliki kemampuan tersebut mudah mengendalikan dirinya sehingga ia dapat menahan emosi dalam batin. Mereka cenderung pendiam dan sering merenung, biasanya mereka lebih suka bekerja sendiri daripada berkelompok.
7. Kecerdasan Lingkungan
Yaitu kemampuan dalam mengenali dan memahami lingkungan sekitar. Umumnya, orang yang memiliki kemampuan jenis ini senang akan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan alam, seperti bercocok tanam, berkemah, bahkan mempelajari macam-macam flora dan fauna.
8. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan jenis ini biasanya menyangkut pada persoalan-persoalan yang berada dalam diri. Orang yang memiliki kecerdasan tersebut biasanya cenderung bertanya-tanya dalam hati secara mendalam seperti mengapa aku dilahirkan, mengapa aku bisa mati, atau apa tujuan hidupku. Para filsuf seperti Plato, Descartes, dan Neithzsche yang memiliki kemampuan seperti ini.
Dengan demikian, kecerdasan setiap orang berbeda-beda. Ada yang ahli dalam melukis, menyanyi atau menyusun lagu, ada yang ahli dalam matematika, serta dapat mempelajari berbagai bahasa dengan mudah. Memahami dan mengerti akan kecerdasan yang dimilikinya serta mengembangkannya akan menciptakan perkembangan kecerdasan dalam otak. Oleh sebab itu, gunakan dan perkembangkan kecerdasan yang anda miliki dengan sebaik-baiknya suatu kecerdasan yang dimiliki tidak sia-sia dan dapat berguna dalam kehidupan.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *