ISTILAH yang mungkin paling dikenal didunia pendidikan tinggi. Dosen posisi professional bagi seorang pendidik sedangkan universitas sendiri ternyata berasal dari bahasa latin klasik berarti “suatu paguyuban”. Baru pada abad ke 14 istilah ini diberlakukan untuk “suatu paguyuban pengajar dan pelajar yang secara resmi diakui hukum”.
Pada awalnya konon universitas terbentuk untuk untuk melindungi pengajar dan pelajar dari gangguan anggota masyarakat yang lain (perampok, mereka yang tidak tahu gunanya menghabiskan waktu dengan belajar, penjaga milik tuan tanah dan lainnya) yang sebelumnya entitas universitas ini disebut stadium generale sehingga seorang selesai dari universitas, akan mendapat kan‘facultas docendi’ (ijin untuk menjadi pengajar) sehingga tempat mereka belajar disebut fakultas dan penyampai kelimuan biasa dinamakan dosen.
Tapi katanya universitas ini symbol ilmu. Dimana dipadukan seluruh antara ilmuawan dan ilmu pengetahuan yang kalau didata sangat banyak jumlahnya. Sehingga tidak terpecah dengan beragam ilmu sehingga lahirlah spesifikasi ilmu sesuai dengan kapasitas dan minat ilmiah terhadap pengetahuan yang dikandungnya.
Untuk kehidupan sekarang ini jarang ada seseorang dosen atau tenaga pengajar yang punya talenta menguasai berbagai ragam penegtahuan dengan sempurna sebagaimana para filosof yang memahami berbagai amcam corak ilmu. Alasannya kuat dengan beragam spesfikasi ilmu melahirkan adanya kualifikasi semakin menyempit karena tidak bisa semua orang mengambil jurusan beragam dalam waktu bersama dengan criteria keilmuan yang berbeda.
Sekali lagi universitas adalah kumpulan pembelajar yang memiliki keinginan untuk mengintegralkan pengetahuan didasari oleh kejujuran ilmiah. Idealnya kuliah adalah mencari ilmu bukan menjadikan kuliah sebagai media loncatan keilmuan. Asal lulus saja sudah cukup ditambah bisa mendapatkan pekerjaan baik selaras dengan kebutuhan ekonomi. Bisa juga iuniversitas bukan lembaga pendidikan utuh tapi hanya media menyiapkan karier seseorang untuk memenuhi keinginan bisnis semata dengan pasokan SDM siap pakai.
Sementara nilai kehidupan dan makna hidup hampir tidak menjadi porsi utama saat kita di universitas. Artinya urusan moral adalah personal yang penting kompeten dan professional dalam pekerjaan. Terkadang juga universitas hanya salesman gelar sesuai dengan nilai eksistensi personal di masyarakat, sehingga gelar menjadi tuhan kedua yang harus didapatkan dengan berbagai cara. Artinya universitas hanya memasok masyarakat yang lapar komoditi bukan untuk mengembangkan ilmu. Bahkan tidak sedikit pendirian universitas hanya untuk memenuhi keinginan industry akan pasokan para pekerja sehingga banyak universitas yang dikendalikan keberadaanya oleh industry yang secara manual hanya untuk keuntungan duniawi semata untuk menciptakan link and match. Sisi lain secara global imlikasi
--> dalam proses pendidikan adalah learning without boundaries (konsep belajar tanpa batas dengan system terbuka) yang sudah menyesuaikan diri dengan ekmajuan teknologi pemeblajaran sehingga ada anggapan proses pemeblajaran yang dikemukan oleh Paulo Feire tentang the banking system tidak reelvan lagi dengan ditempatkannya teknologi dalam proses pembelajaran karena era cyber learning bisa mendominasi untuk menjdikan universitas tanpa sekat dan tanpa ruang kelas sehingga para pemeblajar yang telah menguasai cara kemandirian belajar akan menemukan sebuah kebenaran sehingga antara universitas dengan monopoli industry terhadap pendidikan bisa lebih sempit, mereka belajar untuk mengembangkan keilmuannya sehingga bisa melahirkan dunia kerja tersendiri sesuai dengan spesifikasi ilmu yang diperoleh saat di universitas. Penegloaan symbol pendidikan hanya media untuk mendukung para pemebljar untuk lebih menekankan pengembangkan keilmuan sehingga bukans ekedar asal lulus tanpa mengetahui persiapan untuk setelah lulus, bukan sekedar pencari kerja tapi mengembangkan sebuah pekerjaan personal.
Tapi tidak menapikan kalau membutuhkan pendanaan yang memadai untuk membiayai pengembangan symbol pendidikan dan merubah menjadi pengembangan kelimuan yang melahirakan kesadaran untuk berpikir dan bduaya malu untuk mengambil mentah-mentah hasil karya orang lain tanpa mengembangkan keilmuan dan semuanya kembali pada mental bangsa.
Sehingga terhadi paradigma yang melihat posisi dosen, ilmuwan dan ilmu bukan faktor yang paling menentukan sehingga universitas hanya sekedar menjadi komoditi kemajuan ekonomi semata. Rasa haus akan kesejahteraan mengalahkan kelaparan akan sebuah makna kebenaran. Sehingga universitas mencari kebenaran yang bisa dikompromikan dengan pasar ekonomi. Sehingga kesibukan ilmiah sebuah universitas terpaku pada program ekonomis sebagai pola marketability. Sehingga mereka selalu emngungakpkan mendirikan universitas yang selaras dengan kebutuhan masyarakat atau menyusun kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dunia industri artinya pendidkan berubah menjadi objek bisnis dengan dalih profesionalime manajemen dan universitas berubah menjadi pasar ilmu, tapi karena ilmunya mengambang sehingga universitas hanya sekedar sales dari symbol keilmuan.
Maka mahasiswa yang jenius dapat menyeelsaikan kuliahnya demngan cara membereskan symbol-simbol keilmuan itu. Symbol itu seperti : adminsitrasi kuliah, kartu hasil studi, kartu rencana studi, skripsi, ujian sidAng, ijazah dan gelar akademis. Tidak jarang suatu universitas dikondisikan untuk mempokuskan diri pada peneylesain symbol diatas. Apabila ada akreditas universitas, yang diverifikasi adalah symbol-simbol seperti apakah punya tanah dan bangunan sendiri, apakah ada perpustakaan, apakah mempunyai jumlah dosen dengan kualiats minimal S-2 untuk memenuhi itu semua membutuhkan uang pangkal dari mahasiswa untuk membiayai symbol tersebut. Sehingga tujuan pendidikan hayanya mencari mahaisswa sebanyak mungkin untuk membiayai symbol keilmuan. Sehingga kalau ada plagiat tesis, skripsi mahasiswa, bahkan mungkin terdengar sangat memilukan menteri pertahan As memplagiat tesis doktoralnya dan itu ada dinegara adidaya.
Tentu saja harus kembali pada tujuan dan makna dari universitas itu sendiri sebagai paguyuban yang melindungai amsyaraka pembelajar dan ilmuawan untuk mencari nilai kebenaran sehingga unsure kejujuran menempati posisi yang sangat tinggi. Menjadi komunitas pembelajar tidak sekedar mengejar ipk dan sekedar lulus dengan gelar tapi linglung mau kemana setela lulus dan sedikitpun lupa dengan
--> ilmu dengan spesifikasi ilmiahnya, lupa dengan skripsi yang dengan susah payah disusunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar