Jumat, 29 April 2011

Kesulitan Anak-anak Autis Terbawa Sampai Remaja


 


Penelitian American Academy of Neurology melibatkan 24 anak perempuan dan laki-laki berusia antara 12 dan 16 tahun. Separuh dari kelompok itu mengalami gangguan spektrum autisme dan semua remaja itu mendapat penilaian dalam kisaran normal untuk penalaran persepsi pada tes IQ.

Pengujian dilakukan dengan meminta para remaja itu menyalin kata-kata dalam contoh kalimat dengan persis baik ukuran maupun bentuk hurufnya dengan menggunakan tulisan tangan.

Penilaian tulisan tangan itu berdasarkan lima kategori: tingkat keterbacaan, bentuk, kerapian (lurus), ukuran dan spasi. Kemampuan motorik mereka, termasuk keseimbangan dan gerakan, juga diuji dan diberi nilai.

Penelitian ini menemukan remaja autis mendapatkan 167 poin dari total kemungkinan 204 poin pada penilaian tulisan tangan, dibandingkan dengan 183 poin untuk remaja dalam kelompok non-autis.

Hasil menunjukkan signifikansi secara statistik dalam studi tersebut. Para remaja autis itu juga memiliki gangguan keterampilan motorik.

Kinerja tulisan tangan pada remaja autis diprediksi oleh skor penalaran persepsi, yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan penalaran melalui masalah dengan materi nonverbal.

"Keterampilan penalaran dapat memprediksi kinerja tulisan tangan ini menunjukkan adanya sebuah strategi yang dapat dilakukan remaja autis untuk belajar dan menggunakan strategi kompensasi untuk mengatasi kekurangan motorik," kata penulis studi, Amy Bastian, dari Kennedy Krieger Institute dan Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore.

"Meski remaja autis lebih mungkin memiliki masalah tulisan tangan, ada beberapa teknik untuk meningkatkan kualitas tulisan tangan mereka, seperti menyesuaikan pegangan pensil, menstabilkan tangan yang menulis dengan tangan lainnya atau menuliskan huruf lebih lambat. Terapi ini bisa membantu remaja autis untuk mencapai kemajuan akademis dan berkembang secara sosial," kata Bastian. *
 

Tips Agar Ilmu Terus Terjaga


 
Banyak kasus dijumpai, seorang terpelajar akan tetapi mengikuti aliran sesat. Tidak sedikit pula ilmuan yang mendukung pemikiran-pemikiran di luar Islam. Mereka semua adalah orang yang terpelajar dari institusi berlabel Islam, terdidik sampai pada level tinggi.

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah, orang seperti mereka sesungguhnya bukan orang pintar. Sebab mereka menentang ilmu dan hukum-hukumnya, dan lebih mengutamakan khayalan, kesukaan dan hawa nafsu. (Ibn Qayyim al-Jauziyyah dalam al-Fawa’id).

Setiap muslim mestinya selalu berstatus pelajar (muta’allim), apapun profesinya dan berapapun usianya. “Tuntutlah ilmu hingga liang lahat!” adalah seruan agar kita jangan sekali-kali melepaskan status sebagai pelajar. Bahkan seorang yang telah bergelar KIai, Profesor dan doktor tetap harus belajar.

Saat mereka ‘pensiun’ jadi pelajar, maka ilmunya akan mati. Tidak berkembang dan tidak ada tambahan ilmu. Makanya, profesi menjadi pelajar adalah sepanjang masa. Pelajar bukan hanya yang belajar di lembaga sekolah, pesantren, dan perguruan tinggi. Di manapun dan kapanpun kita bisa dan wajib berstatus menjadi pelajar.


Akan tetapi ada petunjuk yang harus diperhatikan agar tidak menjadi pelajar yang merugi.Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu, niat, jenis ilmu dan cara memperolehnya harus benar. Jika tidak, maka akibatnya akan tersesat.

“Barangsiapa ilmunya bertambah, namun tidak bertambah petunjuk, maka ia akan semakin jauh dari Allah.” (HR. Abu Nu’aim). Saat kita jauh dari-Nya, maka kita menjadi dzalim.


Kedzaliman seorang ilmuan dan pemimpin bermula dari niat belajar yang salah dan ketidaktepatan memposisikan ilmu ketika belajar. Ilmu yang agung tidak semestinya dicampur dengan tujuan dan niatan yang hina. Antar yang haq dan yang batil jelas tidak mungkin bertemu.

Berdasarkan niat belajar, Imam al-Ghazali membagi orang menuntut ilmu menjadi tiga. Pertama, belajar semata-mata karena ingin mendapat bekal menuju kebahagiaan akhirat. Kedua, belajar dengan niat mencari kemuliaan dan popularitas duniawi. Ketiga, menuntut ilmu sebagai sarana memperbanyak harta (Bidayatul Hidayah, hlm.6).
Golongan pertama, adalah golongan selamat sedangkan tipe kedua dan ketiga termasuk berpotensi menjadi pemimpin dan ilmuan yang dzalim. Golongan pertama termasuk pelajar yang memahami konsep ilmu dengan benar, niatannya untuk menghilangkan kejahilan agar mendapat ridla Allah SWT. Keilmuannya diamalkan demi kemaslahatan umat bukan untuk kenikmatan pribadi.

Golongan kedua dan ketiga adalah kelompok penuntut ilmu yang materialis, yaitu mencari ilmu untuk tujuan duniawi. Sehingga aspek-aspek ukhrawi tidak menjadi landasan dalam mencari ilmu. Jika materialisme sebagai kerangka pikirnya, maka menurut Imam al-Ghazali ia kelak akan menjadi ulama’ suu’ (ilmuan jahat) yang tidak mengindahkan adab.

Pemisahan aspek ukhrawi dan aspek duniawi dalam menuntut ilmu akan mengakibatkan kekacauan ilmu. Ilmu yang kacau melahirkan pelajar yang jahil. Kejahilan itu bukan sekedar kekurangan ilmu, akan tetapi kacaunya ilmu (confusion of knowledge). Kekacauan ilmu terjadi ketika informasi-informasi yang salah dipelajari kemudian diyakini sebagai kebenaran.

Ilmu menjadi kacau ketika kehilangan bimbingan adab dan kemasukan konsep materialisme. Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu-ilmu yang telah tercampur dengan konsep ‘asing’ itu hakikatnya bukan ilmu lagi, akan tetapi sesuatu yang menyamar sebagai ilmu (Risalah Untuk Kaum Muslimin, 61). Jadi ilmu yang hakiki adalah yang tidak melepaskan dimensi ukhrawi, sedangkan ‘ilmu’ yang menyamar adalah sebaliknya yang disebut ilmu madzmumah.

Berkenaan dengan itu, penting diketahui oleh para para pelajar dan guru bahwa ilmu secara hirarkis dibagi dua. Pertama, ilmu Pengenalan. Yaitu ilmu tentang hakikat ruhaniah yang merujuk kepadan Allah dan diri. Seperti ilmu tauhid, dan ilmu yang berkenaan dengan ibadah. Ilmu ini termasuk yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Ilmu jenis ini oleh Imam al-Ghazali disebut ilmu fardlu ‘ain.


Kedua, ilmu Pengetahuan. Yaitu ilmu pencapaian akal yang merujuk kepada segala perkara baik bagi diri ruhaniyah maupun diri jasmaniah. Ilmu ini termasuk ilmu yang wajib dituntut oleh sebagian muslim saja yang telah memenuhi syarat-syarat menuntutnya. Ilmu ini oleh Imam al-Ghazali disebut ilmu fardlu kifayah.

Salah satu faktor kenapa lahir ilmuan yang dzalim adalah kesalahan mengajarkan dua ilmu tadi. Semua jenis ilmu Pengetahuan yang hukumnya fardlu kifayah diajarkan harus berdasar dan sesuai dengan ilmu Pengenalan.
Selain itu, pengajaran ilmu Pengenalan (fardlu ‘ain) harus didahulukan sebelum ilmu fardlu kifayah.

Belajar haruslah disertai niat yang benar. Selain itu, ilmu yang dipelajari juga harus bukan ilmu madzmumah (dicela). Jika niat dan ilmunya salah, maka sepintar apapun, manusia itu akan menjadi orang yang bermasalah di masyarakat.
Rasulullah SAW mengingatkan bahwa orang yang belajar demi kebanggan agar disebut cendekiawan agung, menyaingi teman, mencari popularitas dan memperbanyak harta akan menjadi manusia yang celaka. (HR.Ibn Majah).
Pelajar dengan tipe ini, ia tidak peduli lagi apakah ilmu yang dipelajari benar atau salah, yang penting ‘sukses’ bagi dia.
Wahyu

Ilmu yang benar selalu dikawal oleh wahyu. Sebab, sumber ilmu itu dari Allah SWT. Dan hakikat mencari ilmu adalah meraih kebahagiaan, sedangkan kebahagiaan tertinggi adalah keselamatan di akhirat. Dalam perspektif Islam, ilmu bukanlah sebagai perkara akliah (rasio) belaka. Islam menjelaskan ilmu, baik ilmu syari’ah atau sains dan humaniora, dengan perkaitan antara ilmu itu dengan hikmah, akhlak budi pekerti. Pemahaman yang demikian mencegah lahirnya ilmuan dan pemimpin yang dzalim.

Lantas, bagaimana kiat menjadi pelajar muslim yang sukses? Pertama, perbaiki niat. Segala aktifitas keilmuan adalah semata demi mendapatkan kebahagiaan (sa’adah) akhirat. Artinya, niat untuk berjuang li i’laa’i kalimatillah.
Kedua, ilmu yang dipelajari harus benar. Ketiga, cara meperolehnya juga benar. Apapun niat dan semulya apapun ilmunya jika ditempuh dengan korupsi, menipu atau dengan cara ritual-ritual yang sesat, tetap akan menjauhkan dari Allah.

Selain itu, Imam al-Ghazali memberi rambu-rambu, carilah guru yang baik. Yaitu, ulama’ yang hidupnya berkonsentrasi kepada ilmu, akhirat, tidak menyibukkan secara membabi-buta kepada dunia, tidak menjual agama dengan dunia, segala persoalan dikembalikan kepada perspektif akhirat (Abu Hamid al-Ghazali dalam Iljam al-awam ‘an Ilmi Kalam).
Selain itu, para ulama’ salaf memberi contoh paling baik. Sebisa mungkin menghindar dari maksiat. Imam syafi’i juga pernah mengatakan: ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak akan masuk kedalam hati orang-orang yang selalu bermaksiat.

Ibadah juga betul-betul dijaga. Imam al-Bukhari belajar selalu dalam keadaan suci, bahkan ketika akan menulispun ia ambil wudlu dan shalat sunnah terlebih dahulu. Shalat malam (qiyamullail) bagi para pelajar salaf shalih dahulu seperti menjadi aktifitas wajib. Demi menjaga diri agar selalu dibawah petunjuk-Nya. Bahkan, belajar di sepertiga malam itu menjadi kebiasaan.

Khatib Al-Baghdadi pernah memberi nasihat, “Waktu yang paling baik untuk menghafaladalah waktu sahur, di tengah hari, kemudian pagi hari. Menghafal di waktu malam lebih baik dari pada siang. Itulah rahasia sukses para ulama terdahulu kita.” (Al-Faqih wal Mutafakiq).

Dan rutinitas beginilah yang menjadi aktifitas wajib pelajar muslim idaman. Wallahu a’lam bissahowab.

Kampus Sang Anak

Laki-laki itu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai anak seorang petani, ia tak asing dengan lumpur sawah, kotoran sapi, jerami dan lainnya. Apa gerangan yang sedang ia buat?

Anaknya yang sudah naik ke kelas enam diajaknya terjun ke lumpur. Disuruhnya sang anak untuk bergelut dengan berbagai macam yang ada di sawah, layaknya ia sendiri dulu saat kecil.

“Inilah tempat pendidikanmu yang sebenarnya.” Pekik sang bapak.

Tapi anaknya tak begitu peduli dengan kata-kata bapaknya. Lagipula mungkin dia memang tak paham dengan kalimat sang bapak. Ia tetap asyik dengan air kotor sawah.

“Aku tak ingin nantinya kamu bingung selepas menunaikan pendidikan di sekolah umum. Aku ingin kamu tidak membawa map kesana-kemari untuk mencari lowongan kerja. Aku ingin kamu bisa mencari penghasilan dari sekarang.”

Ujar laki-laki itu sambil mencangkul lumpur untuk diratakan.

Anaknya masih saja tidak memperdulikan apapun yang keluar dari mulut bapaknya. Ia asyik sebagai mana lazimnya anak seusianya yang masih senang bermain. Sambil tak berhenti mencangkuli tanah, laki-laki itu terus memberikan “kuliah” pada anaknya.

“Kamu jangan sampai seperti aku, terlunta-lunta di negeri orang, bekerja pada seorang majikan yang tak pernah tahu tentang seorang pekerja.”

Kali inipun sang anak tak bergeming. Ia asyik dengan belut-belut di sawah itu. Omongan bapaknya bak masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Laki-laki itu adalah mantan TKI di negeri seberang. Secara ekonomi ia tak sukses. Ia tidak seperti teman-temannya yang bisa langsung bikin rumah dan punya kendaraan. Empat tahun di negeri orang benar-benar menemukan nasib yang buruk. Dengan pengalaman seperti itu, ia bertekad membanting tulang untuk usaha di negri sendiri.

Pengalaman pahit di negeri orang tak ingin terulang pada anaknya. Sehingga dari sekarang ia sudah bikin “kampus” untuk anaknya, biar setamat sekolah tingkat atas nanti, tak bingung cari makan.

Ia terus mengejar target membikin paling tidak sepuluh kolam dulu. Dengan jumlah sebanyak itu, maka penghasilan bulanannya akan lumayan. Ia sudah menghitungnya.

Kejadian pahit di negri orang, menyadarkan dirinya, bahwa ia memang kurang bersyukur. Padahal di kampung, ia punya sawah, ladang dan ia juga punya modal pendidikan sekolah lanjutan. Ia bertekad ingin memanfaatkan potensi dirinya yang memang sejak kecil hidup di lingkungan persawahan.

Dengan modal yang ada, ahirnya ia menciptakan ladang usaha sendiri. Beternak belut, menjadi pilihannya. Sang anak senantiasa diajaknya untuk terlibat, biar masih dibawah umur. Tujuannya hanya satu bahwa anaknya kelak tak menjadi generasi bingung selepas menempuh pendidikan umum di sekolah. Padahal ladang usaha di depan mata tak pernah habis untuk dieksploitasi.

Dan yang jelas, ia tak menginginkan anaknya mengikuti jejaknya bekerja di luar negri, karena di dalam negri masih kaya raya, jika mau memanfaatkan otaknya.

Dan Allah SWT, ternyata menyediakan modal yang luar biasa kepada semua mahluknya. Kita saja yang sering memaknai kata “modal” dengan pemaknaan yang sangat sempit. Sampai-sampai peluang di depan mata kita, sering tidak kelihatan. Sering kita tidak menyadari, bahwa otak adalah modal tak terhingga yang sudah di-invest-kan Allah kepada kita. 

Selasa, 26 April 2011

JENJANG JABATAN AKADEMIK DOSEN

Angka Kredit adalah :
Satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang diberikan / ditetapkan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh seorang dosen dan dipergunakan sebagai salah satu syarat dalam rangka pembinaan karier dalam jabatan fungsional / kepangkatan.
 
Syarat untuk kepangkatan dosen swasta
Yang Diperlukan Dalam Pengurusan Jenjang Jabatan Akademik :

1. Bidang : Pendidikan dan Pengajaran [ min. 30 %, diluar ijasah]
a). Fotocopy ijasah dan transkrip nilai S1, S2, dan S3 yang telah dilegalisir [calon Guru Besar, harus yang sebidang ilmu / linier S1, S2 dan S3]

Yang dimaksud ijasah dan transkrip nilai adalah ijasah dan transkrip nilai dari tingkat S1 sampai tingkat pendidikan tertinggi yang pernah diikuti.  Jika ijasah dari Universitas di luar negeri, maka harus disertakan SK Penyetaraan Ijasah Luar Negeri dari DIKTI
Contoh :
Dosen yang bergelar Dr. [Doctor], maka ijasah dan transkrip nilai yang perlu dikumpulkan adalah ijasah dan transkrip nilai S1, S2 dan S3.
 
b). SK Mengajar
SK Mengajar yang dapat dinilai adalah SK Mengajar setelah menempuh gelar pendidikan S1 [lulus sebelum tahun 2007, serta SK Mengajar selama mengikuti pendidikan lanjutan dapat dinilai jika dosen ybs menempuh pendidikan di Indonesia]
 
c). Membuat Diktat Kuliah
Diktat yang dibuat untuk mengajar di Univ dosen yang bersangkutan dan memenuhi kriteria diktat kuliah [minimal 55 halaman ; kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka minimal 3 referensi] spasi 1½, font Times New Roman, size 11, berisi teori bukan transparan]
 
d). Membimbing / Menguji Skripsi
  • Minimal memiliki Jenjang Asisten Ahli
  • Membimbing : Maksimal 3 Judul Skripsi [dibuktikan dengan Berita Acara Ujian yang meliputi ; Judul Skripsi ; Nama Dosen Pembimbing ; Nama Mahasiswa ; Hari/Tanggal/Waktu Ujian ; Nama Tim Penguji ; dan mahasiswa yang di bimbing lulus, serta surat tugas membimbing dari instansi ybs]
  • Menguji : Maksimal 3 Mahasiswa per semester [dibuktikan dengan Berita Acara Ujian yang meliputi ; Judul Skripsi ; Nama Dosen Pembimbing ; Nama Mahasiswa ; Hari/Tanggal/Waktu Ujian ; Nama Dewan Penguji ; Jabatan Penguji Utama/Pendamping, serta surat tugas menguji dari instansi ybs]

2. Bidang B : Penelitian [ Min. 25 % ]
  • Menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan dalam : 1). Majalah ilmiah internasional yang bereputasi, 2). Majalah ilmiah nasional terakreditasi mis. Jurnal yang diterbitkan oleh Binus; Jurnal Inasea [Teknik Industri], dan Piranti Warta [BBS] dll., 3). Majalah ilmiah nasional tidak terakreditasi tetapi mempunyai ISSN
  • Pembicara pada seminar / konferensi internasional / nasional [dibuktikan dengan sertifikat / surat tugas] sebagai pembicara, serta diterbitkan dalam prosiding ber ISSN / ISBN].
  • Menghasilkan karya ilmiah [laporan penelitian] yang tidak dipublikasikan :
  • Min 20 halaman, spasi 1½, font Times New Roman, size 11 [max 3 tulisan dalam 1 tahun]
  • Berisi Abstrak, Daftar Isi, Penelitian [apa yang diteliti, metode penelitian dan tujuannya], Kesimpulan, Daftar Pustaka (tersipan di dalam perpus Univ dosen yang bersangkutan)
  • Menterjemahkan / menyadur buku ilmiah yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional [ISSN / ISBN].
  • Mengedit / menyunting karya ilmiah yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional [ISSN / ISBN].
  • Membuat rancangan dan karya teknologi yang dipatenkan.

3. Bidang C : Pengabdian Kepada Masyarakat [ Min. 1 point ; Max. 15 % ]
4. Bidang D : Unsur Penunjang [ Min. 1 point ; Max. 20 % ]
  • Menjadi anggota dalam suatu panitia / badan pada perguruan tinggi atau lembaga pemerintah atau organisasi profesi
  • Mewakili perguruan tinggi / lembaga pemerintah duduk dalam panitia antar lembaga
  • Menulis buku pelajaran SLTA ke bawah yang diterbitkan secara nasional
  • Mendapat tanda jasa / penghargaan
  • Mempunyai sertifikat keikut-sertaan pada seminar
  • Dibuktikan dengan sertifikat asli / surat ucapan terima kasih asli.

CONTOH KASUS 1 [Proses Baru] :
Seorang Dosen lulus S2 pada tanggal 14 Februar1 2001, dan mulai mengajar di Binus pada semester Ganjil 2005 / 2006. Dosen ybs belum punya jenjang jabatan akademik dan telah mengajar di Binus selama 2 sem [ 8 sks / sem ], mempunyai jenjang pendidikan S2 dalam bidang ilmu yang sama atau berhubungan / berdekatan S1-nya , mempunyai satu tulisan yang terbit pada Jurnal ber ISSN sebagai penulis mandiri, pernah menjadi Instruktur dalam suatu pelatihan di Binus, pernah mengikuti 5 macam seminar sebagai peserta; maka point yang diperoleh dosen tsb adalah:
 
A. Pendidikan dan Pengajaran [ minimal 30 % dari 10 point = 3 point ]:
  • Pendidikan S1 : 100 point
  • Pendidikan S2 : 50 point
  • Mengajar : [ 8 * 0,5 point ] * 2 sem 8 point [+]
  • 158 point
B. Penelitian [ minimal 25 % dari 10 point = 2.5 point ] :
1 Publikasi Tdk Akreditasi : 1 * 8 point 8 point
 
C. Pengabdian pada Masyarakat [max. 15% dari 10 point = 1.5 point ; min. 1 point]
Instruktur dalam Pelatihan di Binus : 1 point [+]
Total A+B+C = [minimal 80% dari angka yang di syaratkan] 167 point
 
D. Penunjang Tridharma PT [ max. 20 % dari 10 point = 2 point ; min. 1 point ]
Mengikuti 5 seminar / pelatihan 5 * 1 point 2 point [+]
Total A+B+C+D = 169 point

Dengan perhitungan di atas, maka dosen ybs dapat diusulkan ke : Asisten Ahli [ 150 ] karena telah mempunyai angka kredit yang cukup, dengan jenjang pendidikannya S2 dan sebidang ilmu

CONTOH KASUS 2 : [ Proses Naik]
  • Seorang dosen mempunyai pendidikan S2 bidang arsitektur dan telah mempunyai JJA Asisten Ahli-100 dengan TMT 01 Januari 1999. Dosen ybs ingin naik ke Lektor [300].
  • Pada tanggal 10 September 2003, dosen ybs lulus S3 bidang manajemen [tidak dalam bidang ilmu yang sama atau berhubungan / berdekatan] di salah satu PT di Jakarta
  • Mengajar di Binus pada semester Genap 1999/2000 sampai semester Ganjil 2004/2005 [12 sks/sem]
  • Penguji Utama pada semester Genap 1999/2000 sampai semester Ganjil 2004/2005 [3 mhs/sem] -> jika nilai penguji utama sudah digunakan, maka sebagai penguji pendamping nilai tidak dapat dihitung jika semesternya sama.
  • 3 Jurnal ber ISSN sebagai penulis mandiri dan 1 tulisan dalam jurnal terakreditasi, pernah menjadi Instruktur dalam suatu pelatihan di Binus sebanyak 30 kali
  • Mengikuti 35 macam seminar / pelatihan sebagai peserta
Maka point yang diperoleh dosen tsb adalah :
 
A. Pendidikan dan Pengajaran [ minimal 30 % dari 200 point = 60 point ]:
Pendidikan S3 : 15 point
Mengajar : [ 10 * 0,5 point ] * 10 sem 50 point
[ 2 * 0,25 point ] * 10 sem 5 point
Penguji Utama : [ 3 * 1 point ] * 10 sem 30 point [+]
100 point
 
B. Penelitian [ minimal 25 % dari 200 point = 50 point ]
3 Publikasi Tdk Akreditasi : 3 * 8 point 24 point
1 Publikasi Akreditasi : 1 * 25 point 25 point [+] 49 point [minimal 50]
 
C. Pengabdian pada Masyarakat [max. 15% dari 200 point = 30 point ; min. 1 point]
Instruktur dalam Pelatihan di Binus : 30 * 1 point 30 point [+]
Total A+B+C = [minimal 80% dari angka kenaikan = 160 point ] 174 point
 
D. Penunjang Tridharma PT [ max. 20 % dari 200 point = 40 point ; min. 1 point ]
Mengikuti 35 seminar / pelatihan: 35 * 1 point 35 point [+]
Total A+B+C+D = 209 point
 
Dengan perhitungan diatas, maka dosen ybs belum dapat diusulkan ke : Lektor [300], karena Bidang B ybs tidak memenuhi syarat minimal.

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN :
1.Untuk pengajuan ke Asisten Ahli dan Lektor, salah satu jurnal / majalah asli akan diberikan ke DIKTI [tidak dikembalikan], sedangkan untuk pengajuan ke Lektor Kepala dan Guru Besar, semua jurnal / majalah asli tidak akan dikembalikan .
 
2. Diktat Kuliah [Bidang A] dan Karya Ilmiah / laporan penelitian yang tidak dipublikasikan [Bidang B] harus diprint sesuai dengan format
  • Spasi 1½, font Times New Roman, size 11.3. 
  • Kenaikan jenjang jabatan akademik dapat diajukan minimal 1 [satu] tahun akademik sejak TMT SK JJA dengan syarat: karya ilmiah diterbitkan pada jurnal nasional terakreditasi oleh DIKTI [sebagai penulis utama / mandiri], point A, B, C, dan D terpenuhi.
  • Apabila dosen tidak mempunyai karya ilmiah yang diterbitkan pada jurnal yang telah diakreditasi oleh DIKTI, maka dosen yang bersangkutan baru bisa naik ke jenjang jabatan berikutnya setelah >= 3 [tiga] tahun akademik sejak TMT SK JJA dengan syarat : harus menulis karya ilmiah yang diterbitkan dalam majalah / jurnal ilmiah yang ber ISSN sebagai penulis utama.
  • Karya ilmiah yang belum pernah diajukan tetapi tahun penerbitannya < TMT, tidak dapat di hitung untuk kenaikan berikutnya.

GAJI DOSEN SWASTA INDONESIA

Hampir setiap hari Blog saya ini menerima enquiry “standar gaji dosen swasta Indonesia”. Karena enquiry ini bertubi-tubi, maka dengan ini saya bukakan saja standar gaji dosen swasta Indonesia yang saya kutip dari “Universitas X”

HONORARIUM PER SKS

Pendidikan S1 : Asisten Ahli Rp 50.000; Lektor/Praktisi/6 tahun pengalaman mengajar Rp 75.000

Pendidikan S2 : Asisten Ahli/sederajat Rp 75.000; Lektor/sederajat Rp 100.000; Lektor Kepala/sederajat Rp 125.000; Buru Besar Rp 175.000

Pendidikan S3 : Asisten Ahli/Lektor Rp 125.000; Lektor Kepala/sederajat Rp 150.000; Guru Besar Rp 175.000

HONORARIUM PEMBIMBING DAN PENGUJI SKRIPSI
Pembimbing skripsi Rp 400.000 per skripsi
Penguji skripsi baik penguji utama ataupun pembantu penguji Rp 150.000 per mahasiswa peserta ujian skripsi

UANG TRANSPORTASI
Diberikan sesuai dengan kebijakan Universitas

CATATAN
Honor dosen tersebut di lingkungan universitas swasta di Jakarta kurang lebih sama, namun bedanya, ada universitas yang menetapkan rate tersebut sebelum dipotong pajak (before tax), ada universitas lainnya yang menetapkan rate tersebut setelah dipotong pajak (after tax) – dalam hal ini tax telah dibayar oleh universitas yang bersangkutan..

Jika jumlah kelas cukup banyak di universitas swasta tersebut, dan dosen mendapat beban sks yang cukup besar, menurut hitungan kasar saya gaji dosen universitas swasta di Jakarta (setelah dipotong pajak) adalah berkisar antara Rp 2.000.000 sampai Rp 10.000.000
Berminat jadi dosen ?

Ingat jadi dosen itu selain mendapat imbalan berupa honorarium juga mendapat kepuasan pribadi karena telah mengamalkan ilmu kepada sesama, selain itu juga sesuai dan mendukung Tujuan Negara Indonesia seperti yang termaktub dalam Mukadimmah UUD 1945 yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”
Hidup dosen !!!

Selasa, 12 April 2011

Punya Sekolah karena Nyumbang Ribuan Buku

Casey Robbins (Foto: News10.net)
Casey Robbins (Foto: News10.net)
CALIFORNIA - Seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Amerika Serikat (AS), Casey Robbins, punya sekolah atas namanya di Liberia, Afrika Barat. Sekolah tersebut dinamai dengan namanya sebagai penghargaan pemerintah Liberia atas aksi Casey menyumbangkan puluhan ribu buku ke salah satu negara di benua hitam itu.

Siswa di SMA Mira Loma, Sacramento, California, AS, ini mulai melakukan aksi sosialnya sejak kelas delapan (2 SMP). Di usia belia, dia mulai mengumpulkan buku teks untuk dikirimkan ke Liberia. Aksinya bermula saat mendengar program radio yang mewawancarai Menteri Informasi Liberia yang membahas usaha negara ini bangkit dari kelumpuhan akibat perang saudara selama 14 tahun.

Robbins mendengar banyak orang usia dewasa yang buta huruf, dan selama lebih dari satu dekade, anak-anak tidak bisa sekolah. Setelah mendapatkan alamat surat elektronik sang menteri, Robbins mulai berkomunikasi. Atas simpatinya, dia pun memulai proyek yang diberi nama Text Books for Liberia.

"Saya melihat ada beberapa buku teks yang tergeletak di ruang staf sekolah. Kemudian saya bertanya kepada wakil kepala sekolah apakah bisa memilikinya. Dan dia menjawab, boleh saja asalkan saya tahu bagaimana cara mengirimkannya," kata Robbins seperti dikutip dari situs The Huffingtonpost, Jumat (8/4/2011).

Setiap tahun selama lima tahun terakhir, Text Books for Liberia mengirimkan satu kontainer berisikan perlengkapan sekolah untuk Liberia. Proyek ini telah menyumbangkan 14 ribu buku teks pelajaran.

Beberapa waktu lalu, Robbins mengunjungi Liberia. Di sana, dia disambut Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf. Sang presiden menerimanya di rumah eksekutif dan mengucapkan terima kasih atas kontribusinya. Robbins juga mengunjungi sekolah dengan namanya, yang dijadwalkan dibuka pada musim gugur mendatang atau sekira bulan September.

"Casey Robbins International School merupakan hal yang menarik bagi saya. Saya harus punya foto dengan tanda tangan untuk sekolah saya," ujar Robbins.

Robbins akan lulus tahun ini. Rencananya, dia akan kuliah di Universitas Stanford pada musim gugur. Meski kuliah, dia berencana melanjutkan proyeknya dan berharap dapat memperluas proyeknya ke sekolah dan negara lain. (rfa)(rhs)

Remaja Usia 14 Tahun, Raih Beasiswa S2

Anak Ajaib Colin Carlson (Foto : AP)
Anak Ajaib Colin Carlson (Foto : AP)
STORRS – Seorang remaja berusia 14 tahun asal Conventry, Amerika Serikat berhasil meraih beasiswa nasional sebesar USD30 ribu atau setara dengan Rp259 juta (Rp8.642 per USD) untuk studi pascasarjana. Anak ajaib bernama Colin Carlson ini tengah menempuh studi sarjana di Universitas Connecticut.

Menurut pihak universitas, Carlson adalah satu dari empat mahasiswa dari Universitas Connecticut yang menerima beasiswa prestisius Truman Scholar, sejak berdiri pada 1975.

Carlson mulai menjalani kuliah di Universitas Connecticut ketika berusia sembilan tahun. Kini, dia menjadi mahasiswa untuk gelar ganda dalam biologi evolusioner serta studi lingkungan dan ekologi. Seperti dikutip dari Huffingtonpost, Senin (11/4/2011).

Selain menerima beasiswa dari Truman Scholar, dia juga merupakan satu dari tiga mahasiswa yang mendapatkan USD7.500 setiap orang dari program beasiswa Barry M. Goldwater. Beasiswa ini diberikan kepada siswa yang merintis karir di bidang matematika, sains atau teknik.

Carlson mengaku berencana mengejar gelar sarjana hukum dan doktor, dan bekerja dalam bidang advokasi lingkungan.

AS 'Mencuri' Dokter dari Negara Miskin?

Di AS, selama puluhan tahun, sebanyak 25% dokter berasal dari negara lain. (Foto : Getty Images)
Di AS, selama puluhan tahun, sebanyak 25% dokter berasal dari negara lain. (Foto : Getty Images)
SISTEM pendidikan tinggi Amerika Serikat disebut sebagai yang terbaik di dunia. Ini terbukti dari masuknya Universitas Harvard, MIT, dan Princeton dalam jajaran universitas paling elit di dunia versi Times Higher Education. Namun begitu, Negeri Paman Sam tidak mampu mendidik tenaga dokter untuk kebutuhan negerinya.

Ini merupakan hasil analisa profesor filosofi dari University College London, Jonathan Wolff. Menurutnya, universitas di AS tidak berfungsi maksimal dalam memasok kebutuhan tenaga kerja untuk negaranya sendiri. AS mengandalkan keahlian dari orang yang dididik di tempat lain, seperti yang digambarkan buku Give Us Your Best and Brightest oleh Devesh Kapur dan John McHale.

Buku ini menjelaskan, sebanyak 40 persen warga keturunan India kelahiran Amerika Serikat mempunyai gelar sarjana, yang kebanyakan di bidang sains dan teknologi. Sementara warga asli kelahiran AS hanya sekitar 10 persen.

Gambaran paling jelas terlihat dalam pendidikan kedokteran. Sebuah laporan yang dilansir The Lancet (media mingguan paling prestisius di dunia medis) menunjukkan, AS tidak mampu melatih banyak dokter untuk memenuhi permintaan akan kesehatan. Pasalnya setiap tahun, lebih banyak dokter yang pensiun dibanding lulusan sekolah kedokteran.

Selama puluhan tahun, sebanyak 25 persen dokter yang bekerja di AS menempuh studi di tempat lain. Bahkan saat ini, tercatat sebanyak 200 persen dokter di AS belajar di luar negeri.
Sebanyak 5.000 dokter menjalani praktik di sub-Sahara Afrika, terutama Ghana, Nigeria dan Afrika Selatan. Pada 2002, ada 47 dokter asal Liberia yang bekerja di AS, dan hanya 72 yang bekerja di Liberia.

Di banyak negara, khususnya di negara berkembang, dokter menjalani praktik dengan mengorbankan publik. Jika seorang dokter dari Ghana direkrut bekerja di AS, maka Ghana tidak hanya kehilangan dokter, tapi juga kehilangan uang yang dibayar untuk praktik.

Memang para dokter yang bekerja di AS mengirim sebagian dari pendapatan mereka kembali ke rumah (dalam istilah bisnis disebut remiten/pengiriman uang). Tapi kompensasi ini jelas lebih sedikit dibanding yang diterima AS. Negara ini menerima uang yang tidak sedikit dari negara berkembang karena memberikan tempat pada pekerja medis. Seperti dikutip dari Guardian, Selasa (5/4/2011).

Mengapa AS tidak bisa memenuhi kebutuhan akan tenaga dokter? Apalagi, dokter di AS dibayar layak. Menurut Wolff, yang jadi masalah adalah biaya kuliah kedokteran di AS sangat mahal. Selain itu, menempuh pendidikan ini juga membutuhkan waktu yang panjang dan sulit. Seseorang yang baru bergelar dokter dan menjalani praktik, harus berutang sebanyak USD200 ribu (Rp1,7 miliar lebih). Dan tidak seperti menjadi pengacara dan bankir, yang tidak pernah mengalami kekurangan di AS, dokter di AS tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan gaji besar dalam waktu cepat untuk membayar semuanya kembali.

Jadi saat kita memandang iri atas prestasi yang dibuat universitas di AS, kita harus ingat bahwa tidak semua tampak seperti yang terlihat. Bahkan, sangat mungkin bahwa kelemahan sistem pendidikan tinggi AS ini berkontribusi atas terjadinya krisis kesehatan dan pembangunan yang terjadi di negara miskin dunia.  

Profesor Dong Tak Mau Dianggap Jika Muridnya Tak Sukses!

 Perilaku seorang profesor di China menimbulkan perdebatan. Pasalnya, profesor bernama Dong Fan ini membuat pernyataan kontroversial melalui microblog populer di China, Sina.
 
Direktur Pusat Penelitian Real Estate di Beijing Normal University ini memperingatkan mahasiswanya agar tidak mengunjunginya atau menyebutkan Dong sebagai mentor, jika mereka tidak memiliki pendapatan 40 juta yuan atau setara dengan Rp52 miliar (Rp1.324 per yuan) di usia 40 tahun.
 
”Kemiskinan bagi mereka yang mempunyai gelar pendidikan tinggi berarti rasa malu dan kegagalan,” tulis Dong di akun microblog-nya. Pernyataan Dong menarik perhatian ribuan netizen dan memicu diskusi panas tentang menjadi hamba uang dalam sistem pendidikan China.

Sebuah survei yang dihelat Ifeng.com atas pernyataan Dong menunjukkan, lebih dari 78,8 persen dari 124.882 responden menyatakan tidak akan mempertimbangkan hidup mereka masuk kategori gagal jika tidak mendapatkan 40 juta yuan.

 
Sementara 44 persen tidak melihat kekayaan sebagai satu-satunya indikator keberhasilan dan 26 persen benar-benar tidak setuju dengan pernyataan Dong. Meski memicu kontroversi, pernyataan Dong dipandang positif oleh sejumlah pihak.
 
“Ini memang kejam tapi nyata. Apa gunanya pendidikan tinggi jika tidak mampu menciptakan kekayaan dan mencari uang untuk orang yang Anda cintai?” tulis seorang netizen. Netizen lainnya yang bernama “Chaney” bertanya, “Apa salahnya mendorong orang untuk membuat keberuntungan?” seperti dikutip dari Xinhua, Senin (11/4/2011).
 
Menurut catatan situs pencarian kerja yang populer di China, Zhaopin, rata-rata pendapatan bulanan lulusan sarjana di Cina adalah 2.321 yuan atau setara dengan Rp3 juta. Lulusan pascasarjana menerima penghasilan rata-rata 3.254 yuan atau setara dengan Rp4,3 juta per bulan pada 2010.

Survei terpisah yang dilakukan atas 5.866 perusahaan, yang juga dilakukan Zhaopin menunjukkan, orang yang bekerja di real estate mendapat pendapatan tahunan rata-rata 66.700 yuan atau setara dengan Rp88.3 juta. Bekerja di bidang real estate merupakan profesi dengan bayaran tertinggi kedua.


Menanggapi keraguan dan kritik atas dirinya, Dong mengklarifikasi pernyataan yang menuai kontroversi. Menurutnya, tulisan itu merupakan alat untuk “menggoda” agar mahasiswanya mau bekerja keras saat memasuki dunia bisnis. Dan yang terpenting, pesan ini tidak berlaku untuk semua pekerjaan.

 
“Empat puluh juta yuan tidak akan menjadi standar yang tinggi untuk seorang manajer senior atau pemilik dengan gelar pascasarjana saat mahasiswa saya menjadi 40 tahun,” tulis Dong sambil menambahkan pernyataannya adalah tentang uang dan investasi di bidang real estate, bukan tentang moralitas.


Selasa, 05 April 2011

BENTUK PERGURUAN TINGGI

Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dan dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.

Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus.
Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.

Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang sejenis.

Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu.

Jalur Pendidikan
Struktur pendidikan tinggi di Indonesia terdiri dari 2 jalur pendidikan, yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesional.

Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, dan lebih mengutamakan peningkatan mutu serta memperluas wawasan ilmu pengetahuan.
 
Pendidikan akademik diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut, dan universitas.
Pendidikan profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu, serta mengutamakan peningkatan kemampuan/ketrampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi. Pendidikan profesional ini diselenggarakan oleh akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.

Pendidikan akademik menghasilkan lulusan yang memperoleh gelar akademik dan diselenggarakan melalui program Sarjana (S1-Strata1) atau program Pasca Sarjana. Program pasca sarjana ini meliputi program Magister dan program Doktor (S2 dan S3).

Pendidikan jalur profesional menghasilkan lulusan yang memperoleh sebutan profesional yang diselenggarakan melalui program diploma (D1, D2, D3, D4) atau Spesialis (Sp1, Sp2).

Program pendidikan sarjana dan diploma merupakan program yang dipersiapkan bagi peserta didik untuk menjadi lulusan yang berbekal seperangkat kemampuan yang diperlukan untuk mengawali fungsi pada lingkungan kerja, tanpa harus melalui masa penyesuaian terlalu lama.

Program pendidikan pasca sarjana S2 (Magister), S3 (Doktor), dan Spesialis (Sp1, Sp2) merupakan program khusus yang dipersiapkan untuk kegiatan yang bersifat mandiri. Pendidikan S2 dan S3 lebih menekankan pada penelitian yang mengacu pada kegiatan inovasi, penelitian dan pengembangan, Sedangkan pendidikan spesialis ditujukan untuk meningkatkan pelayanan bagi pemakai jasa dalam bidang yang bersifat spesifik.

Nama, Hadiah Pertama Si Kecil

 Menanti sang buah hati adalah salah satu pengalaman menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi calon orangtua. Termasuk memilih nama yang tepat bagi si kecil. Memilih nama memang menyenangkan, meski kadang membuat orangtua bingung. Pasalnya, nama adalah hadiah pertama yang diberikan bagi sang buah hati yang akan digunakan selamanya. Sebaiknya proses mencari nama untuk calon bayi jangan hanya sembarangan dan asal pilih saja.

Nama merupakan persoalan penting. Meskipun William Shakespeare mengatakan,“What’s in the name, a rose is a rose“. Apalah artinya sebuah nama, setangkai mawar tetaplah mawar yang harum mewangi.

Pemilihan nama yang tidak biasa atau unik memang semakin banyak dilakukan oleh para pasangan muda saat ini. Tengok saja pasangan Chris Martin dan Gwyneth Paltrow yang menamakan putrinya, Apple. Tak kalah unik, pasangan Arthur Ashe dan Jeanne Moutoussamy menamai anaknya, Camera. Nama Fuchsia menjadi pilihan Sting dan Trudie Styler untuk putrinya.

Dari pasangan selebritis Indonesia juga dapat ditemukan nama unik. Pasangan Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga memilihkan nama unik bagai kedua putranya. Putra pertama pasangan ini dinamai Anakku Lelaki Hoed. Nama putra kedua pasangan Melly dan Anto juga tidak kalah unik yaitu Pria Bernama Hoed.

Selain itu, artis sinetron Lucky Hakim menamai putri pertamanya, Nokia Alike Putri Hakim. Yang artinya, bintang penghubung nan cantik. Dia menuturkan, ingin agar Nokia bisa menjadi penghubung ayah dan ibunya kelak. "Kami mengambil nama Nokia bukan karena merek handphone, tetapi Nokia diambil dari bahasa Italia yang punya arti bintang penghubung," jelas Lucky.

Menurut Penulis buku best seller Baby Name Book in the world, Bruce Lansky, beberapa orangtua menyesuaikan dengan memberi nama yang umum namun dimodifikasi dari pengucapapan atau ejaannya.

“Bahkan beberapa orangtua berusaha untuk mencari nama baru yang diperoleh dari tempat-tempat yang jauh,” ujar Lansky yang baru-baru ini merilis buku terbarunya Baby Names Around the World.

Dia menuturkan, saat ini perbedaan gender tidak lagi menjadi persyaratan mutlak untuk pemberian nama. Lansky mengungkap, tren yang terjadi ialah anak perempuan seringkali diberi nama yang biasanya diberikan nama anak laki-laki.

“Kini terdapat nama-nama yang dapat digambarkan sebagai nama androgini, yaitu nama yang dapat digunakan oleh anak laki-laki dan perempuan. Misalnya, nama seperti Terry, Chris, Dana dan Cameron,” paparnya.

Lansky menyarankan, untuk memilih nama anak sebaiknya kembali ke latar belakang yang paling fundamental, yang biasanya merupakan kebalikan dari pemberian nama sesuai tren.

“Pilihlah nama yang paling mudah diingat dan mudah diucapkan. Kemudian, pilihlah nama yang memiliki image positif dan tidak mudah untuk diejek. Serta, pilihlah nama panggilan yang disukai oleh orangtua,” saran Lansky.

Lebih baik berbagi pendapat dalam keluarga mengenai nama yang akan dipilih. Kemudian lihatlah respon ketika mereka mendengar nama tersebut.

“Pilihlah nama yang mendapat respon positif dibandingkan gumaman yang tidak senang,” tukas Lansky. (ri)

Tips Memilih Nama

Ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan sewaktu orangtua memilih dan menentukan nama bayi, antara lain: Pilihlah nama yang terdengar indah sewaktu diucapkan dan serasi dengan nama keluarga Anda, bila menggunakan nama keluarga dibelakang nama si kecil kelak.
 
Memilih nama yang unik tetap bagus asalkan tetap indah didengar, serasi dan mudah diucapkan. Unik tidak berarti menjadi nama yang terdengar aneh atau sulit diucapkan. Memilih nama yang mengandung makna dan arti yang positif untuk kehidupan. Salah satu hal yang penting, jangan memberi nama yang mengandung arti dan makna buruk. Ingat nama tersebut akan dibawa selamanya oleh anak Anda. Pilihlah nama yang mudah untuk mengambil nama singkat atau panggilan sehari-hari. Juga pilihlahnama yang mudah untuk diucapkan. Pertimbangkn untuk memilih nama yang menunjukkan jenis kelamin yang jelas. Meskipun tengah tren memberikan nama yang dapat digunakan untuk pria dan wanita, sebaiknya Anda pertimbangkan lagi. Tampunglah semua ide-ide nama yang ada dengan suatu daftar, bisa dari majalah, tv, atau keluarga dan teman Anda. Sebaiknya jangan membiarkan siapapun memaksa untuk memberikan nama yang Anda tidak suka. Diskusikan bersama pasangan untuk memberi nama yang terbaik bagi si buah hati. Yangterpenting ialah kedua orangtua memilih dan memutuskan nama bayi yang disukainya. (ri) 
 

LULUSAN JAMAN SEKARANG

Kita semua tahu bahwa pengangguran di negeri ini luar biasa besarnya. Kita semua juga tahu bahwa lulus dari perguruan tinggi (sarjana) ternama pun tidak selalu menjamin pekerjaan seperti yang diharapkan.
Ironisnya lagi, serbuan tenaga kerja asing yang merangsek ke negeri ini meningkat dengan begitu tajam. Menurut data Depnakertrans, pada tahun 2004 hanya ada 19.567 ekspatriat di negeri ini. Tetapi di akhir tahun 2005, jumlahnya sudah mencapai lebih dari 51 ribu. Sebanyak 59,86% dari jumlah tersebut menduduki jabatan profesional, sementara 32,47% memegang pucuk pimpinan. Tentu saja, mereka menikmati fasilitas dan gaji yang begitu wah.

Konsep Dasar

Menurut saya, idealnya perguruan tinggi hadir sebagai institusi pembangun linkage antara dunia sekolah dan dunia kerja. Perguruan tinggi menjadi jembatan yang mempersiapkan lulusan sekolah dasar-menengah menjadi personel yang siap pakai dan siap diberdayakan.
University Linkage
Lulusan perguruan tinggi kemudian memegang “tanggung jawab” sebagai pemberi value added bagi perusahaan. Lebih lengkap lagi, lulusan perguruan tinggi dituntut untuk bisa meningkatkan value added perusahaan dengan menggunakan sumberdaya internal secara optimal serta memberikan feedback demi perbaikan perusahaan.
Sayangnya, perguruan-perguruan tinggi di Indonesia tidaklah sama kualitasnya. Ada yang benar-benar highly-reputable, tetapi ada pula yang sekadar (maaf) menjual ijazah. Akibatnya, lulusan perguruan tinggi menjadi sangat besar variansnya.
Banyak perusahaan yang mengaku telah membatasi varians mutu lulusan dengan mengontrol beberapa variabel, seperti IPK di atas 3, akan tetapi hasil tes internal perusahaan menunjukkan bahwa varians mutu lulusan tetap lebar.
Akibatnya lagi, ada lulusan-lulusan yang berkualitas tetapi masih menganggur; dan ada pula lulusan-lulusan yang “so-so” tetapi sukses mendapat pekerjaan dan memberi “value added” yang destruktif bagi perusahaan.
Kalau situasi demikian tetap terus terpelihara, bukan mustahil pengangguran di tanah air akan terus meningkat jumlahnya.

Yang Mempengaruhi Mutu Lulusan

Kualitas input. Untuk top PTN di Indonesia, screening test (PMB) dilakukan dengan cukup ketat. Di samping itu, beberapa PTN juga membuka jalur penerimaan tersendiri yang kualitasnya lebih disesuaikan lagi. Tapi ada juga perguruan tinggi yang membuka jalur penerimaan yang “ala kadarnya”; semata-mata karena kekurangan mahasiswa. Kalau sudah begini, wajar jika kualitas lulusan kemudian “biasa-biasa saja”.
Kualitas dan kuantitas dosen. Ada dosen berkualitas yang mengajar dengan penuh motivasi dan memberi materi dengan begitu inspiring. Ada juga dosen yang hanya membacakan buku, bercakap-cakap dengan papan tulis, dan kurang memiliki dedikasi. Perguruan tinggi memiliki kontribusi terhadap baik-buruknya kualitas dosen lewat kebijakan pengangkatan, remunerasi, dan faktor lingkungan. Gap pengajar yang begitu lebar dan dosen yang miskin akan pengalaman praktis kurang baik efeknya bagi mahasiswa.
Sistem penilaian. Walau sudah diatur oleh Dirjen Dikti, perbedaan sistem penilaian di perguruan-perguruan tinggi begitu lebar. Ada yang mensyaratkan nilai C sebagai batas kelulusan. Ada yang mensyaratkan penulisan research report. Ada juga yang bisa lulus asal nggak bener-bener kebangetan. Akibatnya, nilai A di sebuah perguruan tinggi “biasa” mungkin hanya “setara” dengan nilai C di perguruan tinggi yang highly-reputable.
Teaching materials. Perguruan tinggi seharusnya didukung oleh teaching materials yang memadai. Sayangnya, membeli buku teks dan berlangganan jurnal ilmiah membutuhkan biaya tinggi. Di kampus kami, alhamdulillah banyak mahasiswa yang bisa menikmati buku teks asing yang bermutu dan akses terhadap jurnal-jurnal terkini. Apakah setiap perguruan tinggi bisa mendapatkan fasilitas semacam itu? I doubt it.
Kualitas sarana prasarana. Penyelenggaran pendidikan tinggi tidak cuma disediakan dengan adanya ruang-ruang kelas. Perguruan tinggi harus punya perpustakaan, ruang dosen, aula, musholla/ruang ibadah, ruang pertemuan/ruang sidang, ruang bagi kegiatan kemahasiswaan, restroom, pantry, tempat parkir, dan seterusnya. Apa setiap perguruan tinggi punya semua itu? Kalau iya, bagaimana dengan kualitasnya?
Kerjasama. Yang sering dilupakan, perguruan tinggi kadang terlalu angkuh dan percaya diri tanpa merasa membutuhkan bantuan pihak lain. Faktanya, kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia kerja, organisasi profesi terkait, dan bahkan perguruan tinggi lainnya adalah wajib. Idealnya, dosen tamu harus sering didatangkan, studi banding/site visit juga perlu dilakukan.

Masalah-Masalah Umum

Kalau faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut di atas gagal dipenuhi dengan baik, maka wajar jika lulusan-lulusan perguruan tinggi kualitasnya tidaklah seberapa. Apalagi jika mereka dibandingkan dengan lulusan-lulusan India atau Taiwan misalnya.
Kepercayaan diri. Sudah banyak dosen yang mengeluhkan rendahnya kepercayaan diri mahasiswa, baik itu kepercayaan diri secara umum, teknis, analitis, komunikasi, maupun kepercayaan diri dalam bidang lainnya. Contoh gampangnya, mahasiswa malas untuk bertanya/berkontribusi pada diskusi kelas. Sementara ketika ditanya apa mereka sudah faham dengan materi kuliahnya, lagi-lagi tidak ada yang menjawab. Kalau sudah begini, sulit sekali membangkitkan kepercayaan diri ketika mereka berada di dunia kerja.
Komunikasi efektif. Kebanyakan kegiatan perkuliahan cenderung dilakukan secara satu arah. Dosen dianggap dewa yang maha tahu segalanya. Akibatnya, mahasiswa merasa bahwa dosen adalah satu-satunya sumber ilmu. Akibat laten yang lebih parah, mahasiswa jadi minim dalam kemampuan komunikasi karena tidak terbiasa bertanya, berinteraksi dengan dosen, melakukan presentasi, diskusi kelompok, atau adu argumentasi.
Pengetahuan praktis. Banyak mahasiswa yang memiliki pengetahuan teoretis yang mumpuni namun tidak dilengkapi dengan pengetahuan praktis. Lucu jadinya jika seorang lulusan finance misalnya, tidak bisa memahami transaksi perbankan, praktek perpajakan, sulit merumuskan dan mempraktekkan feasibility study, tidak paham standar akuntansi internasional atau PSAK, tidak mengerti risk-based audit, dan juga praktek keuangan lainnya. Ibaratnya, mereka punya Ferrari tapi nggak bisa nyetir.
Presentasi dan kemampuan meyakinkan orang lain. Dalam dunia kerja, kemampuan presentasi, pitching, dan meyakinkan orang lain adalah skill yang mutlak diperlukan. Sayangnya, tidak semua kegiatan perkuliahan memfasilitasi mahasiswanya untuk melakukan presentasi. Sebagian mahasiswa memang terlatih dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Namun jumlahnya tentu tak seberapa dibandingkan jumlah seluruh mahasiswa yang ada.
Leadership. Seperti sudah disinggung di atas, mahasiswa yang pernah terlibat dalam organisasi kemahasiswaan sedikit beruntung karena memiliki tempat untuk mengembangkan kemampuan leadershipnya. Tapi, tentu tidak banyak lulusan yang sempat mendapatkan pengalaman leadership tersebut. Dunia kerja kini tidak lagi menuntut kinerja individual yang superior, tetapi lebih dari itu, kemampuan leadership dan teamwork yang mumpuni.
Keberanian dan etika. Sudah jadi rahasia umum kalau lulusan kita sering sungkan dalam mengambil keputusan berdasar sound business practice, corporate government, regulasi yang berlaku, cost-benefit analysis, project management, dan variabel lainnya. Namun, ada juga sebagian lulusan yang terlalu “berani” menembus batas etika bisnis maupun etika profesi yang seharusnya menjadi pegangan. Etika mutlak diperlukan agar kemampuan yang dimiliki tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan moral dan hukum.
Pengetahuan bisnis lemah. Sekarang jamannya globalisasi. Kita perlu memahami adanya transaksi keuangan dan pelaporan lintas negara, harmonisasi dan konvergensi antara satu kebijakan/satu negara dengan yang lainnya, dan ide pasar bebas (AFTA. EEC, WTO, dsb) yang semakin berkembang. Akibatnya, tanggung jawab seorang lulusan perguruan tinggi tidak melulu terbatas di bidangnya, tetapi juga memperluas ke luar daerah, mengarahkan orientasinya ke bisnis yang lebih bersifat strategik, dan bukan sekadar operasional atau taktikal.
Kemampuan bahasa inggris. Di sebagian perguruan tinggi, kemampuan bahasa inggris mahasiswa/lulusannya masih perlu dipertanyakan. Beberapa memang sudah mewajibkan skor TOEFL minimum dan memfasilitasi pendidikan/kursus inggris cuma-cuma bagi mahasiswa. Tapi respon dari mahasiswa belum terlalu baik. Padahal, kemampuan bahasa inggris mutlak diperlukan tidak hanya secara pasif, tetapi juga dalam presentasi, diskusi kelompok, penulisan laporan, dan sebagainya.
Komputer dan internet. Ini kisah nyata. Saya pernah bertemu dengan seorang mahasiswa S2 dari daerah yang tidak bisa mengoperasikan Microsoft Word dan bingung luar biasa dengan yang namanya internet. Tanpa bermaksud su’udzon, saya jadi bertanya-tanya, dulu gimana ya dia menyelesaikan skripsinya? Jangan-jangan…
Masalah persepsi umum. Ada sebagian profesi yang dicap negatif oleh publik. Akuntan misalnya. Dalam sebuah polling yang dilakukan suatu media, akuntan dianggap less trusted daripada pengacara, politisi, dan jurnalis. Wajar memang, mengingat banyaknya oknum akuntan yang sering melakukan mark-up project untuk kepentingan kelompok/pribadi, menyusun studi kelayakan tanpa menghitung depresiasi agar cost tidak terlalu tinggi, atau membuat laporan keuangan yang menyesatkan investor/publik. Siapkah mahasiswa jaman sekarang untuk menghadapi persoalan semacam itu?

Solusi

Kesempatan presentasi secara individual. Idealnya, kegiatan perkuliahan bisa memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan presentasi, berdiskusi, melatih komunikasi, beradu argumentasi tanpa saling menjatuhkan. Lebih baik lagi jika kesempatan tersebut dilakukan dalam bahasa inggris.
Praktik simulasi bisnis. Khususnya di bidang bisnis/keuangan, perkuliahan banyak berkutat pada sisi teori dengan mengabaikan kemampuan praktis. Dengan praktik simulasi bisnis semacam itu, kemampuan teknis yang dimiliki akan lebih diarahkan untuk mengatasi persoalan (problem solving) dan membuat keputusan (decision making).
Integritas dan profesionalisme. Kemampuan untuk menegakkan integritas dan profesionalisme mutlak diperlukan karena seorang lulusan perguruan tinggi nantinya akan bertanggung jawab penuh pada perusahaan dan kepentingan publik (stakeholder). Mereka juga dituntut untuk tunduk pada standar profesi. Sayangnya, mata kuliah terkait dengan keagamaan, civics, etika, dan personality development seringkali dipandang sebelah mata oleh mahasiswa.
Suasana ilmiah yang terkondisi. Kuliah seharusnya bisa menjaga terpeliharanya suasana ilmiah. Dengan demikian, mahasiswa “akrab” dengan perpustakaan, familiar dengan dosen, betah berjam-jam nongkrong di lab, dan melakukan kegiatan ilmiah lainnya. Sayangnya, banyak mahasiswa yang hanya kuliah, bikin tugas, praktikum, lalu pulang.
Jangan jadi kupu-kupu. Seperti disinggung di atas, banyak mahasiswa yang jadi kupu-kupu: kuliah-pulang, kuliah-pulang. Padahal, ada baiknya spend some times di kampus untuk melakukan kegiatan organisasi kemahasiswaan, terlibat dalam kegiatan olahraga, menjadi asisten/tutor, magang dan terlibat dalam proyek penelitian, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
Sikap mental positif. Dunia kerja penuh dengan tantangan dan tekanan yang saling berbenturan antara pihak-pihak berkepentingan (conflict of interest). Ada baiknya sejak dini disiapkan sikap mental positif seperti trust, image positif, integritas, profesionalisme, dan kredibilitas. Integritas dan kredibilitas, terutama, sangat penting untuk mengatasi masalah persepsi umum seperti tersebut di atas.
PS: Selamat bagi UGM yang masuk Top 100 Best University versi The Times. Semoga segera menyusul bagi universitas-universitas lain.

Mama Papa, Lihat Langkah Pertamaku!

Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan pembelajaran, penjelajahan, dan perkembangan baik motorik maupun kognitif. Orangtua seringkali lupa betapa berat usaha yang harus dilakukan si kecil dalam mencoba melakukan segala sesuatu. Mulai dari menggerakkan tubuh, merangkak, berdiri hingga melangkahkan kaki di lantai yang serasa bergoyang.

Menurut Penulis Baby Steps, Claire B.Kopp dan Henry Holf, gerakan sangat penting untuk memungkinkan anak tumbuh. Gerakan adalah kunci pembelajaran bayi dan sangat penting untuk perkembangan otak.

Dengan menggunakan gerakan seluruh tubuhnya dan seluruh panca inderanya, si kecil “memprogram” alat gerak dan penerimaannya, saraf dan sel-sel otak.

Dalam publikasi yang mengulas filosofi dan praktik metode Montessori berjudul ”The First Year—Crawling, Pulling Up, Standing”, dikatakan salah satu pencapaian paling menggetarkan untuk seorang anak adalah belajar menggerakkan tubuhnya untuk meraih objek yang diinginkan.

Bayi punya beberapa cara untuk melakukannya, yaitu dengan merangkak, mundur, tengkurap, menyamping, merayap, berguling, serta mengangkat perut dengan lengan dan kaki. Belajar menggerakkan tubuh inilah yang disebut ‘pekerjaan penting’.

Sebagian orangtua merasa senang jika anaknya mengalami perkembangan yang cepat seperti proses berjalan. Sebagian kita merasa senang jika bayi langsung belajar berjalan tanpa merangkak dulu. Padahal, merangkak itu penting buat bayi.

Dokter anak, chiropractor dan anggota International Chiropractor Association asal Amerika Serikat, Peter Fysh mengatakan, merangkak menuntut pemakaian kaki dan tangan yang berlawanan secara simultan.

Mulai dari menggerakkan tangan kanan dengan kaki kiri, diikuti tangan kiri dengan kaki kanan dan seterusnya, dalam gerakan timbal-balik. Tiap gerakan semacam itu menuntut pemakaian kedua belahan otak kiri dan kanan dalam sebuah koordinasi neurologis yang kompleks.

Berjalan terlalu dini atau  merangkak terlalu singkat sebelum mulai berjalan diduga berhubungan dengan masalah akademis di belakang hari.

“Penelitian terhadap anak-anak yang digolongkan ‘berjalan terlalu dini’ menunjukkan bahwa mereka meraih skor  lebih rendah dalam berbagai tes prasekolah,” kata Dr. Fysh.

Spesialis Anak dan Konsultan Tumbuh Kembang, Dr Soedjatmiko, SpA(K) MSi mengatakan, saat anak bebas bergerak maka akan merangsang kecerdasan bayi mengkoordinasikan gerakan lengan, kaki sehingga terarah sesuai keinginannya.

“Semakin terampil merangkak dan berjalan maka semakin bebas bergerak sehingga anak semakin percaya diri, merasa tidak tergantung pada orang lain untuk berinteraksi dengan lingkungan,” tutur Soedjatmiko.

Dia menambahkan, semakin mudah mereka mengeksplorasi lingkungan, berinteraksi dengan banyak benda dan lingkungan baru, sehingga pengetahuan, pengalaman dan kecerdasannya akan bertambah.(berbagai sumber/ri)

Tahapan Tumbuh Kembang Si Kecil (0 - 24 bulan)

0 - 3 Bulan
  • Belajar mengangkat kepala.
  • Mengikuti obyek dengan matanya.
  • Melihat muka orang dan tersenyum.
  • Bereaksi terhadap suara/bunyi.
  • Mengoceh spontan.
3 - 6 bulan
  • Mengangkat kepala 90 derajat.
  • Berusaha meraih benda-benda.
  • Menaruh benda-benda di mulut.
  • Tertawa atau menjerit bila diajak bermain.
  • Berusaha mencari benda-benda yang hilang.
6 - 9 bulan
  • Mulai tengkurap dan berbalik sendiri.
  • Dapat duduk tanpa dibantu.
  • Dapat merangkak, meraih benda atau mendekati seseorang.
  • Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
  • Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk.
  • Mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
  • Takut kepada orang lain.
  • Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian.
9 - 12 bulan
  • Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu.
  • Dapat berjalan dengan dituntun.
  • Menirukan suara.
  • Mengulang bunyi yang didengar/belajar mengatakan satu atau dua kata.
  • Mengerti perintah/larangan sederhana.
  • Selalu mengeksplorasi dan memasukkan semua benda ke mulutnya.
  • Berpartisipasi dalam permainan.
Sumber : Republika.co.id

Memilih Sepatu Untuk Pertumbuhan Kaki

Kerangka kaki anak yang masih berkembang mengikuti pertumbuhkan umur dan aktivitas, membutuhkan alas kaki yang tepat. Jelas berbeda dengan kebutuhata orang dewasa yang struktur kakinya sudah terbentuk.

Kaki manusia dewasa terdiri dari 26 tulang yang bekerjasama menggerakkan kaki hingga bisa beradaptasi bahkan terhadap permukaan jalan yang tidak rata. Tulang-tulang itu juga bertindak sebagai peredam getar pada setiap langkahnya.

Pembentukan tulang kaki sebagai proses yang rumit dan memerlukan waktu yang lama. Pada bayi yang baru lahir, kaki terdiri dari tulang lunak yang sangat lembut.

Tulang lunak perlahan akan berubah menjadi tulang yang sebenarnya sejalan dengan pertambahan usia anak. Tulang yang keras dan sempurna pada kaki baru benar-benar terbentuk sekitar usia 18 tahun.

Menurut Children’s Foot Health Register, sekitar 70% gangguan pada kaki disebabkan oleh penggunaan sepatu yang tidak tepat atau ukuran sepatu yang tidak akurat di masa anak-anak.

Padahal gangguan pada kaki tidak dapat dipandang sebelah mata. Seperti sebuah rumah, kaki adalah pondasi dari keseluruhan tubuh. Kelainan pada pertumbuhan dan bentuk kaki juga dapat berdampak buruk pada tubuh yaitu antara lain postur dan cara berjalan anak yang bisa terus terbawa hingga dewasa.

Kaki anak memiliki tulang yang masih lembut dan sensitif. Selain itu, kaki anak juga sangat cepat pertumbuhannya. Para ahli medis spesialis kaki (podiatrist) sangat menganjurkan para orangtua untuk memastikan ukuran sepatu anak pada saat membeli, baik ukuran panjang maupun lebarnya. Pada usia balita, idealnya pengecekan ukuran sepatu dilakukan setiap enam sampai delapan minggu.

Podiatrist dari Glasgow Caledonian University Gordon Watt mengatakan, orangtua masih banyak yang kurang mewaspadai masalah yang berhubungan dengan perkembangan kaki.

“Kewaspadaan terhadap masalah yang dapat diakibatkan oleh terhambatnya perkembangan kaki anak, seharusnya dapat mendapatkan konsultasi dari podiatrist untuk meningkatkan kesehatan kaki anak,” ujar Watt.

Oleh karena itu, diperlukan sepatu yang tepat untuk dapat mendukung perkembangan kaki anak. Saat anak mulai dapat berjalan, sebaiknya mulai dibiasakan mengenakan sepatu. Selain berguna untuk membentuk kaki yang ideal dan normal, juga agar anak dapat langsung belajar mengatur jatuhnya titik berat tubuh pada posisi yang benar.

"Manfaat sepatu juga untuk menjaga pertumbuhan serta rotasi tulang tungkai. Lebih baik jika anak mulai mengenakan sepatu sejak usia 1,5-7 tahun,” terangnya.

Ukuran sepatu anak akan mengalami perubahan bisa sampai 34 kali. Hingga anak menjelang umur 10 tahun. Setelah itu, perlu menunggu sampai usia 18 tahun, agar berkembang sepenuhnya menjadi kaki dewasa. Mulai umur 18 tahun, ukuran sepatu anak mulai sedikit sekali mengalami perubahan.
           
Faktor penting yang harus dimiliki sepatu anak antara lain kemampuan mendukung struktur kaki anak yang sangat beragam, sol yang lunak tapi aman, bantalan atau cushion yang empuk tapi tidak licin, serta ruang kaki dimana ujung jari kaki dapat bebas. (feetforlife.org/ri)

 Sumber : Republika.co.id

Bayi Lahir Alami Lebih Dekat dengan Ibu

Secara alami, ibu dan anak memiliki keterikatan (bonding) yang istimewa. Sebuah penelitian membuktikan, bayi yang dilahirkan secara normal memiliki keterikatan yang lebih tinggi dibandingkan yang dilahirkan melalui operasi caesar.

Pasalnya, ibu yang melahirkan bayi secara alami akan menyebabkan respon menangis lebih tinggi dari ibu yang memilih melahirkan secara caesar. Demikian fakta yang ditemukan para peneliti di Amerika.

Scan otak yang dilakukan terhadap 12 ibu yang baru melahirkan, ditemukan aktivitas yang menghubungkan motivasi dan emosi pada saat melahirkan secara alami.

Tim dari universitas Yale mengatakan, perbedaan hormon yang dihasilkan dalam proses kelahiran dapat menjadi kunci.

Kontraksi merupakan bagian terpenting untuk memicu produksi hormon Oksitosin ketika melahirkan secara alami dan juga mempunyai peran kunci untuk membentuk prilaku keibuan. Kelahiran secara caesar tidak akan memicu produksi hormon yang sama.

Tim Yale kemudian mendapatkan hasil scan otak dari 12 orang wanita dua atau empat minggu setelah mereka melahirkan-yang dikenal dengan periode postpartum awal. Setengahnya melahirkan secara caesar dan setengahnya lagi secara alami.

Perbedaan dalam aktivitas otak telah ditemukan tidak hanya berpengaruh terhadap respon ibu terhadap anak tapi juga menciptakan mood ibu.

Ketua Tim peneliti, DR James Swain mengatakan, penelitian yang dilaporkan dalam jurnal psikologi anak dan psikiatri itu diharapkan akan menciptakan keterikatan batin antara ibu dan anak.

"Hasil yang penelitian akan mendukung teori bahwa perbedaan kondisi melahirkan pada saat caesar atau alami
akan mempengaruhi tingkat respon yang terbentuk dalam otak setelah melahirkan,"ujarnya.

Profesor James Walker, pembicara untuk the Royal College of Obstetricians and Gynaecologists mengatakan, pihaknya telah lama mengenali wanita yang melahirkan secara caesar mempunyai masalah dengan keterikatan dengan bayi mereka.

Bagaimanapun, Walker menambahkan, alasan masalah ini tidak selesai karena ada hubungan antara kesulitan ketika persalinan membuat melahirkan secara caesar menjadi pilihan utama.

Studi terakhir diperoleh hanya satu wanita yang tidak memilih melahirkan secara caesar dari enam orang yang melahirkan, tapi profesor Walker mengatakan, terdapat pengaruh karakteristik personal spesifik dari keluarga yang membuat kelahiran alami semakin sulit.

Dia menambahkan, ada kemungkinan bahwa wanita yang melahirkan secara caesar lebih cepat proses persalinan ketimbang yang memilih secara alami.

Tidak adanya studi menyeluruh memperkirakan bahwa ibu yang memilih melahirkan secara caesar akan mengalami masalah keterikatan dengan bayi mereka.

"Tidak diragukan bahwa kebanyakan wanita yang memilih caesar tidak bisa menjadi ibu yang sempurna," katanya.

The National Childbirth Trust, Belinda Philips mengatakan, keterikatan antara ibu dan bayi adalah sangat penting dan respon dari bayi ketika menangis menjadi pelengkap naluri keibuan.

"Wanita yang memilih caesar harus mememluk anaknya yang baru lahir untuk bersentuhan langsung dengan kulit si bayi dan membantu memberi makan dan perawatan untuk bayi mereka," tuturnya.

Antara 10% dan 20% dari keseluruhan bayi di Inggris lahir secara caesar. Kecenderungan peningkatan kelahiran melalui operasi itu juga terjadi di Indonesia terutama kota besar. Penelitian semacam itu sebaiknya menjadi perhatian para wanita untuk lebih memilih melahirkan secara alami. 
 

Apa Sih, Dampak Anak di Depan Komputer/TV Tak Lebih dari Dua Jam?

Apa Sih, Dampak Anak di Depan Komputer/TV Tak Lebih dari Dua Jam?
Makin jarang, wanita yang ingin punya anak di AS

Selama lebih dari dua jam sehari menonton televisi ataupun bermain "video game" di komputer dapat memberikan risiko yang lebih besar bagi anak-anak pada masalah kejiwaan apapun tingkat aktivitas mereka, demikian menurut sebuah penelitian di Inggris pada Selasa.

Para peneliti dari Universitas Bristol meneliti lebih dari 1.000 anak kecil yang berumur sepuluh hingga 11 tahun. Selama lebih dari tujuh hari, mereka mengisi kuesioner yang menanyakan intensitas waktu yang mereka habiskan sehari-hari di depan televisi atau komputer dan menjawab pertanyaan yang menjelaskan keadaan jiwa mereka, termasuk emosi, tingkah laku, dan masalah yang bersangkutan lainnya sementara sebuah pengukur tingkah laku (accelerometer) memantau aktivitas fisik mereka.

Jumlah selisih kerumitan kejiwaan secara signifikan sebanyak sekitar 60 persen lebih tinggi bagi anak kecil yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam selama satu hari di depan salah satu layar tersebut, dibandingkan dengan mereka yang menonton pada waktu yang lebih sedikit, kata laporan para peneliti di dalam jurnal Pediatrics.

Angka selisih tersebut menjadi berlipat bagi anak kecil yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam di depan kedua jenis layar tersebut selama sehari.

Para peneliti menemukan hasil ini tanpa memerhatikan jenis kelamin, umur, tingkat pubertas, atau tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi dan tidak memantau keaktifan anak tersebut selama sisa harinya.

"Kami mengerti aktivitas fisik baik bagi kesehatan jiwa dan tubuh pada sang anak dan terdapat beberapa bukti bahwa menonton layar itu mengakibatkan kelakuan yang negatif," ujar Dr. Angie Page kepada Reuters Health. "Namun hal itu masih belum jelas apakah tingkat aktivitas fisik akan "mengimbangi" tingginya tontonan pada layar itu bagi anak kecil."

Para peneliti menemukan masalah kejiwaan jauh meningkat jika anak kecil mengalami pelatihan sehari-hari mulai dari tingkat yang sedang hingga ketat selama kurang dari satu jam atas meningkatnya tontonan pada layar itu.

Bagaimanapun, aktivitas fisik tidak hadir untuk mengimbangi konsekuensi kejiwaan pada waktu tontonan layar itu.

Para peneliti mengatakan waktu yang tetap juga tidak berhubungan dengan mental kelakuan yang baik. "Tampaknya lebih kepada apa yang kamu lakukan pada waktu tetap itu yang menjadi penting," ujar Page, menjelaskan kurangnya dampak negatif ditemukan pada kegiatan seperti membaca dan melakukan pekerjaan rumah.

Page dan tim penelitinya mengakui beberapa keterbatasan pada penelitiannya, termasuk potensi ketidak-akuratan seorang anak sewaktu mengisi jadwal kegiatan pada kuesioner.

Sumber :http://www.republika.co.id/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *