Meraih sukses kehidupan dunia akhirat
Hakikat sukses
Sukses. Kata
yang begitu akrab di telinga kita. Sebagai luapan atas kelahiran anak, kita
sering mendengar oran mengatakan ”Alhamdulillah,
anak saya lahir dengan sukses”, beranjak balita ucapan ini sering
terlontar, “Alhamdulillah anak saya
sukses diterima di TK itu”, dan seterusnya. Termasuk ketika sukses
mendapatkan pekerjaan diperusahaan yang besar, ataupun ketika sukses membangun
rumah dan mendapatkan mobil mewah.
Esensi
kehidupan dibangun diatas definisi sukses yang sering kali berbasis pada materi semata. Kesuksesan materi menjadi
standar hidup kebanyakan manusia. Padahal, kesuksesan material akan berbahaya
bagi seorang jika dibarengi dengan terjangkitnya penyakit jiwa yanbg bernama
kesombongan. Biasanya penyakit kesombongan menempel dengan materialisme. Dan
hampir semua manusia tak lepas dari penyakit kesombongan ini, kecuali
hamba-hamba yang diselamatkan Alla.
Itulah
gambaran sukses yang berkembang ditengah-tengah masyarakat saat ini. Persis
seperti yang dialami pada zaman jahiliah saat Muhammad Saw. diutus menjadi
rosul Saw. lebih dari 14 abad yang lalu. Ketika itu, sukses dikait-kaitkan
dengan pencapaian dunia matei, seperti kemampuan bersyair, keturunan, suku, harta,
takhta, dan wanita, tanpa ada sistem fitri yang mengaturnya. Semua cenderung
berlandaskan hawa nafsu, bukan kecerdasan spiritual, emosional, dan intelektual
yang memadai. Itulah suskses yang dibungkus dengan kebanggan semu.
Suskses
dalam pandangan Al-Qur’an bisa terlihat dari spirit ayat-ayat tesebut:
Wahai orang-orang yang beriman! Maukah
kutunjukkan kalian pada suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian pada
azab yang pedih?. Yaitu kamu beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan berjihad
dijalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika
kalian mengetahuinya. (QS. Al-Shaff :
10-11)
Ini adalah suatu haru yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran (iman) mereka. Bagi meraka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya.
Alloh ridho terhadapnya. Itulah kesuksesan yang paling besar. (QS. Al-Maidah : 119)
Brdasarkan
wahyu dari segala sumber informasi, yakni Allah Swt., makna atau definisi
sukses dari seorang anak manusia bukan hanya diukur dari pencapaian berbagai
materi, pangkat dan kedudukan di dunia. Akan tetapi, sejauh mana ia berhasil
manjalankan misi ibadah, dan visi kekhalifahan yang telah ditentukan olehTuhan.
Materi
dengan segala fasilitas hidup yang diciptakan Allah Swt., didunia ini hanyalah
sarana untuk merealisasakian misi ibadah dan visi khalifah, bukan sebagai
tujuan hidup. Tujuan hidup didunia yang fana ini adalah kejhidupan abadi
diakhirat kelak. Disanalah ditentukan manusia sukses atau tidak. Saat Allah
Swt., menganugerahkan kepadanya surga dan terhindar dari neraka, itulah
kesuksesan sesungguhnya, yaitu kesuksesan tanpa batas.
Pimpin Keyakinan Dengan Prinsip
Sukses atau
kesuksesan itu berkaitan juga dengan keyakinan kita. Keyakinan (faith) adalah seperangkat prinsip dan
nilai yang sekaligus menjadi misi suci hidup kita. Dan agar lebih
optimalmembantu kita meraih sukses masa sekarangdan yang akan datang, tentunya
kita harus memipin dan mengarahkan keyakina itu dengan psinsip. Yang dimaksud
dengan prinsip dalam konteks ini bukan sebatas teori pemikiran, melainkan
narasi nyata dari optimisme kita sebagai manusia. Segala sesuatu memang harus
dimulai dari dan dengan keyakinan. Keyakinan akan memberikan kekuatan dalam
kehidupan kita. Karena itu, ada 3 prinsip yang harus anda yakini. Yakni, yaitu
prinsip manusia, prinsip alam, dan prinsip Tuhan.
Prinsip manusia
akan mengajak memahami pilihan-pilihan dan membantu mengarahkan hidup kita untuk
meraih sukses jangka panjang.
Prinsip alam
akan mengajak kita melihat bagaimana bekerja dan memanfaatkan hukum alam yang
ada untuk senantiasa menghadirkan keberuntungan dalam hidup. Alam memiliki
seperangkat hukum yang mengikat makhluk di dalamnya. Hukum kekekalam enegi
menjamin bahwa tidak ada energi di dunia ini yang sia-sia. Kita akan mendapat
hasil yang sama dengan usaha yang kita lakukan.
Adapun dalam
prinsip Tuhan, kita akan diajak
kaitan erat antara Tuhan dan makhluk-Nya serta bagaimana bisa mengakses energi
Tuhan untuk memperoleh kekuatan tanpa batas, sehingga kita menjadi orang yang
berprestasi dan memiliki kebermanfaatan yang tinggi bagi lingkungan kita.
Ketiga
prinsip keyakinan tadi pada gilirannya akan memberikan motivasi pada dirikita
untuk bisa lebih berkembang. Bahkan spirit tiga prinsip keyakinan tadi akan
terus menjadi jaminan terhadap kebersehajaan mental dan sosial kita. Dengan
keyakinan yang rasional dan berkualitas, seluruh aktifitas hidup kita akan
menjadi inspirasi terbaik bagi lingkungan kita. Itulah kerja yang
sungguh-sungguh. Dan Al-Qur’an telah menegaskan bahwa siapa saja yang bekerja
dengan penuh keyakinan (keusngguhan), maka ia akan bertemu dengan Tuhannya.
Prinsip Becermin untuk Manajmen Diri
Manusia
sebagai makhluk Allah Swt., yang ditakdirkan untuk menjadi khalifah di muka
bumi ini dibekali keunikan-keunikan dibanding dengan makhluk lainnya. Karea
itu, pengetahuan akan diri merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh manusia
untuk mengembangkan kapasitas dirinya didalam kehidupan ini.
Dalam
konteks etika sosial, misalnya, pengetahuan akan diri sesuatu yang sangat
dibutuhkan. Kalau kita sakit ketika dipukul, jangan memukul orang lain. Kalau
kita tidak suka dikhianati, jangan mengkhianati orang lain.
Begitulah
pelajaran akan diri sendiri menjadi sangat penting dalam hidup dan kehidupan
ini. Diri mita adalah cermin bai orang lainm, begitu juga sebaliknya. Tengggang
rasa, empati, dan merasakan penderitaan orang lain merupakan bukti bahwa
kesadaran diri kita semakin meluas. Sesama muslim, bahkan sesama manusia adalah
ibarat satu tubuh. Ketika yang lain sakit, tentunya kitapun merasakannya.
Para CEO
perusahaan-perusahaan besar, baik lokal maupun multinasional, merupakan orang
yang selalu berusaha mengenal dirinya. Sekali dia lupa dirinya, maka tak lama
lagi kariernya akan tenggelam. Mereka mengoptimalkan potensi yang ada dalam
dirinya, baik potensi yang berasal dari tubuh, akal, maupun jiwanya.
Proses
pembacaan diri harus dilakukan dalam kerangka untuk pencapaian masa depan yang
sukses. Pembacaan diri harus dilakukan sebelum menentukan visi yang akan diraih,
sehingga impian yang ada bukan sekedar angan-angan kosong, melainkan berpijak
pada kemampuan diri yang bisa terus dikembangkan.
Minimal ada
dua tahapan dalam proses pembacaan diri. Pertama:
membaca diri sebelum menentukan target dan impian yang akan dicapai. Kedua: membaca diri ketika sedang
menjalani proses pencapaian taget itu sendiri.
Self
Leadership Berbasis
Quranic Spiritual Commitment
Membangun
budaya kepemimpinan berbasis spiritualitas Al-Qur’an, setidaknya bisa
ditransformasikan melalui semangat ayat-ayat berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang (1) membaca
kitab Allah, (2) mendirikan sholat, (3) menfkahkan dari sebagian yang telah
kami rizqikan kepada mereka, baik secara sembunyi atau terang-terangan, mereka
itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan pernah merugi. (QS. Al-Fathir [35]:29).
Spirit ayat
ini akan malendasi kualita kerja-kerja sosial dalam kehidupan. Semangat ayat ini menjadi bukti bahwa
manusia memang bukan makhluk yang hanya memperkuat nialai vertikalitasnya,
tetapi ia juga harus mampu melejitkan niali horizontalnya. Sebab mengingkari
syukur kepada manusia, menurut agama adalah ingkar juga kepada Tuhannya.
Gambar
berikut ini sebagai salah satu upaya melukiskan kaitan dasar spiritualitas
dalam kehidupan.
Self Leadership
Membaca Kitab Allah
Self
Development
Mendirikan Sholat Self
Conciousness
Menafkahkan Sebagian Rizqi Allah Self Contribution
1.
Membaca Kitab Allah
Membaca
kitab Allah Swt., merupakan aktifitas yang bukan sekedar memahami makna lahir
dari teks-teks yang ada. Kitab Allah Swt., baik yang tertulis (ayat-ayat
qauliyyah) maupun yang berupa ayat
semesta (kauniyyah) harus kita kaji dan dalami untuk proses kehidupan.
Pembacaan atas kitab Allah Swt., menjadi sangat wajib karena disanalah lautan
ilmu bisa kita dapatkan. Kita bisa merenungkan bahwa didalam kitab-Nya semua
peroslan sudah tercakup.
2.
Mendirikan Sholat
Setelah kita
membaca kitab Allah Swt., perintah yang selanjutnya adalah mendirikan sholat.
Mendirikan sholat mempunyai makna filosofis bahwa ia bukan ritual belaka,
melainkan bagaimana sholat bisa terimplementasikan nilai-nilainya dalam
kehidupan dalam keseharian.
Sholat
merupakan latihan diri untuk terus menerus mengasah jiwa dan ruh kita agar
bersih terang benderang, sehingga bisa tersingkap bahwa diri kita yang
sebenarnya adalah makhluk spiritual. Makna kesadaran terdalam mendirikan sholat
inilah yang saya sebut dalam gambar tadi sebagai proses self conciousness (kesadaran diri).
3.
Menafkahkan Sebagian Rizqi Allah Swt.
Perintah
ketiga adalah menafkahkan sebagian rizqi Allah Swt., kita harus sadar bahwa
pada hakikatnya, kekayaan dan rizqi Allah Swt., yang dikaruniakan kepada kita
dalah milik Dia semata. Allah menitipkannya agar kita sebarkan kepada mereka
yang berhak. Karenanya, proses yang ketiga ini saya sebut sebagai self contribution (kontribusi diri).
Panduan Manajemen Alhamdulillah
Strategi 1: Self Conciousness
Menjadi Manusia Berkesadaran: Ulul Albab
Salah satu
ungkapan Al-Qur’an berkaitan dengan karaker manusia yang paling menggambarkan
sinergi antara kompetensi dan akhlak terpuji adalah Karakter Ulul Albab.
Karakter ini sama sekali tidak dilekatkan oleh Al-Qur’an kepada makhluk selain
manusia, karena ia merupakan karakter khas khlaifah Tuhan dimuka bumi. Firman
Allah Swt., seungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang yang berakal (ulil albab) (yaitu) orang-oranbg yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharakanlah
kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran [3]: 190-191).
Dari ayat
ini jelaslah bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang senantiasa mengingat
Tuhan dalam keadaan apapun, baik ketika senang maupun susah.selain itu, mereka
juga senantiasa negoptimalkan akal budinya untuk mengamati, memikirkan, dan
menelaah alam semesta ciptaan Tuhan, serta mampu memahami bahwa alam semesta
itu tidak acak-acakan, tetapi teratur sesuai Sunnatullah. Gambaran ini
menunjukan bahwa Ulul Albab adalah pribadi-pribadi yang mendapatkan dua karunia
sekaligus, yaitu kecerdasan dan keimanan
atau karunia pikir dan karunia zikir.
Dalam
tataran psikologi modern, Ulul Albab adalah pribadi-pribadi beriman yang mampu
memfungsikan secara optimal potensi-potensi rasional (IQ), emosional (SQ).
Mereka tidak saja mamou bersikap dan berpikir empiris, tetapi juga
transendental serta mampu mewujudkan sebaik-baiknya hubungan dengan Tuhan hablun min Allah), hubungan antar
pribadi (hablum min al-nas) termasuk
hubungan dengan diri sendiri serta kepada alam sekitar.
Tidak Ada Kebetulan
Dalam
sehari-hari kita sering kali menjumpai atau mengalami berbagai peristiwa yang
seolah-olah itu merupakan sebuah kebetulan. Misalkan, tiba-tiba dalam
perjalanan dinas kita bertemu dengan sahabat lama yan bertahun-tahun tidak
ketemu, atau mendadak mendapat promosi jabatan tertentu tanpa disangka-sangka
sebelumnya.
Kalau kita
menyadari kebesaran dang keagungan-Nya, sebenarnya peristiwa-peristiwa yang
seolah-olah kebetulan tersebut sejatinya “bukan kebetulan”. Kita harus
mengimani bahwa hal itu memang skenario besar Tuhan dalam kehidupan ini.
Sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
Persoalan
yang mengemuka adalah pesoalan-pesoalann yang muncul secara “kebetulan” itu
membuat kita merasa tidak nyata. Ketika seperti inilah kita perlu mengedepankan
2 hal secara instan: ikhlas dan berbaik sangka. Melalui komitmen
keikhlasan, kita akan lapang dada dan berprasangka baik kepada Allah atas apa
yang terjadi dan kita alami. Sebab, Allah pasti Mahatahu apa yang terbaik untuk
hamba-Nya.
Kalau sudah sampai
pada tahap ikhlas, kita tidak akan menganggap semua peristiwa sebagai sebuah
kebetulan. Semua adalah rencana Allah untuk hamba-hamba-Nya yang sadar, dan
semua merupakan pesan Allah yang harus kita baca.
Ketika hati
telah terbuka, boleh jadi peristiwa-peristiwa yang kita sebut sebagai kebetulan
itu justru jawaban dari isyarat Allah. Pada tahap inilah kita akan berkata
dengan sepenuh kesadaran, sebagaimana ungkapan Al-Qur’an: “Robbana maa kholaqta haadzaa baathilaa” Wahai Allah, tidak ada
ciptaan-Mu yang sia-sia.
Rasa Berlimpah
Kemampuan
atau kapasitas mental yang diaktualisasikan secara optimal akan menghasilkan
kebiasaan berpikir “menang, menang, dan
menang” dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. “Menang” disni tidak dapat diartikan sebagai perilaku
gampang menyikat dan mengalahkan orang lain dengan seenaknya. Istilah menang
ini berorientasi pada aktualisasi sikap positif dan empatik dalam diri ketika
bersentuhan langsung dengan apa yang ada diluar diri kita, termasuk kerabat dan
mitra kerja. Itulah yang dimaksud dengan mentalitas berlimpah (sense of abudance).
Pibadi yang
memiliki rasa berlimpah akan melihat setiap kejadian sebagai peluang untuk
memperbaiki diri. Sering kali, dalam pekerjaan,kita mendapat sumber daya yang
terbatas. Mentalitas berlipah akan berkatan, “Alhamdulillah, anggaran terbatas,
waktu mendesak, berarti kita harus lebih kreatif”. Atau, ketika menghadapi bos
yang sulit, pribadi berlimpah akan menyikapi dengan perkataan, “Alhamdulillah
ini kesempatan untuk belajar sabar dan mengasah keterampilan menjual”. Pribadi
berlimpah hanya memiliki energi positif dan tidak ada tempat untuk energi
negatif mengelih dan menyalahkan. Mentalitas berlimpah seperti itu akan
menghasilkan karakter kepribadian berprinsip.
Memilih Respons Terbaik
Kita harus
memilih sikap kita. Sikap terbaiklah yang harus kita pilih. Yakni, bagaimana
kita selalu menjadikan pengalaman dan pengetahuan hidup untuk terus menerus
memperbaiki kualitas diri kita. Inlah yabng mengantarkan kita menjadi pribadi
yang unggul. Tidak pernah berkelu kesah pada diri sendiri, orang lain, atau
bahka kepada Allah Swt. sekalipun kesalahan, kegagalan, penderitaan dan
sejenisnya senantias ditempatkan sebagai ujian mengasah ketajaman hati dan
kebesaran jiwa dalam memaksimalkan dinamika hidup.
Sikap kita
mencerminkan bagaimana pola pikir dan kesadaran yang kita miliki. Dengan
mengembil sikap yang terbaik dala hidup kesadaran dan pengetahuan kitapun akan
memperoleh umpan balik berupa hkmah yang terus berlimpah dalam kehidupan ini.
Bersandar Hanya Kepada Allah
Ketika
manusia dikaruniai akal dan hati, tentu akan sampai pada suat kesimpulan bahwa
diri kita ini sebenarnya fana. Sebagai makhluk yang fana tentunya kita akan
tetap bergantung kepada Tuhan Yang Mahakekal, bukan bergantung kepada orang
lain. Kita harus selalu menyandarkan diri kepada Allah Swt., karena kita bukan
apa-apa ditengah-tengah hamparan semesta yang luas ini. Kita tak lebuh percikan
kecil dari potensi yang Allah hidangkan di muka bumi.
Ketika kita
bersandar secara total kepada-Nya, maka Dia yang akan menggerakan seluruh
kehidupan kita. Inilah salah satu kunci sukses manusia baik untuk kehidupan di
dunia maupun untuk kehidupan di akhirat kelak.
Memungut
Hikah Dari Semua Peristiwa
Ketika kita
menyadari bahwa setiap peristiwa yang datang kepada kita asalnya dari Allah
Swt., dan akan kembali kepadaNya, hati ini sebenarnya menjadi lapang. Kita
tidak mempunyai beban apapun, karena kjita sadar bahwa setiap peristiwa
mengandung hikmah didalamnya. Bukan peristiwa yang mengubah seseorang , melainkan
orang tersebut yang mengubah dirinya dengan mengambil suatu pelajaran dari
kejadian itu.
Benar hal
itu sering kali kita praktikan, tetapi kita harus terus belajar untuk bisa
berma’rifat kepada Allah sehingga segala sesuatu bisa kita jalani dengan suka
cita. Setiap detik kita dilimpahi hkmah. Ilmupun kita bertambah. Dan ketika
kita mengeluh atas setiap paristiwa yang dialami, kita sendirilah yang
menghijab datangnya hikmah yang sebenarnya berlimpah ruah dalam kehidupan ini.
Strategi 2: Self-Development (pengembangan
Diri)
Be Proactive: Sebagai Agen dan Aktor Perubahan
Pribadi
unggul adalah orang yang terus menerus mengambil peran dalam setiap kesempatan
dimanapun dan apapun posisinya. Ia bukanlah objek yang terombang – ambing
gelombang perubahan yang terjadi di lingkungannya. Ia mampu menjadi subjek
perubahan.
Dalam
lingkungan kelompoknyam, ia mampu
bergerak sebagai inisiator: agen dan aktor perubahan. Ia juga proaktif didalam
meberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang ada. Ia aktif sebagai pemecah
masalah (problem solver), bukan malah menjadi sumber masalah (problem makera).
Inilah bukti bahwa adanya kualitas pengembangan diri dalam kehidupan seseorang.
4K: Komitmen, Kompeten, Konsisten, dan
Konsekuen
Ketika
seseorang ingin sukses dalam pengembangan dirinya, baik dalam persoalan bisnis
ataupun lainnya, ia harus menjalankan 4K ini.
a.
Komitmen mengandung
pengertian bahwa bisnis (misalnya) bukan haya dipertanggungjawabkan
pengelolaannya, namun juga harus mempertanggungjawabkan.
b.
Kompeten seseorang harus
mempunyai kemampuan dan keunggulan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang
sedang ia geluti.
c.
Konsisten seseorang harus
fokus terhadap bidang pekerjaan yang sedang digarapnya.
d.
Konsekuen dalam setiap
pekerjaan kita harus siap dengan resiko yang nantinya akan kita temui baik
dalam kondisi menguntungkan mauoun kondisi merugikan.
Menjadi
Pendaki : Ikhtiar Tanpa Henti
Pendakian
sebuah tujuan merupakan ikhtiar yang tiada henti dalam berbagai persoalan
kehidupan. Mereka yang bermental pendaki akan selalu menjadikan segala
rintangannya sebagai pendorong untuk mencapai kesuksesan dalam segala hal,
terutama tujuan dan cita-citanya.
Proses
pendakian memang akan dikacaukan oleh berbagai jalan penyelesaian yang beragam.
Tapi percayalah, ketika sudah mantap dan teguh dan mantap dalam usaha mencapai
visi, kita akan lebih fokus dalam memilih jalan mana yang bisa menghantarkan
pencapaian cita-cita itu dengan benar.
Strategi 3 : Self-Contribution
Manusia Bernilai Tambah
Kalau kita
renungkan secara mendalam, Tuhan yang Maha Pengasih berkehendak baik bagi kita.
Semua bergantung kepada kita untuk meraih dan menikmatinya atau hanya berhenrti
ditengah jalan. Seorang yang sukses adalah kalau ia berhasil membawa nilai
tambah bagi dirinya sendiri dan juga berhasil membawa niali tambah bagi
lingkungannya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berhubungan dengan
manusia lainnya, dengan makhluk hidup lainnya, bahkan dengan benda mati
sekalipun.
Mereka yang
sukses dan signifikan, adalah orang-orang yang pandai dan cerdas dalam
memnfaatkan lingkungan secara fokus. Prinsip dasar hidup mereka adalah
bersosialisasi membangun jejaring.
Team Player & Solution Finder
Kita tidak
bisa menganggap bahwa suksesnya sebuah pekerjaan adalah hasilkerja keras kita
sendiri. Semua pihak mempunya andil, berapapun kecilnya, sesuai dengan bidang
yang ditanganinya masing-masing. Dalam sebuah tim kerja, pribadi yang selalu
berpikir sukses tim dan bukan sukses dirinya sendiri, akan semakin meningkat
nilai dirinya dimata anggota tim atau anggota lainnya, begitu pula sebaliknya.
Karena itu,
dalam bekerja untuk mencapai hasil kita adalah sebuah tim. Dalam sebuah tim
tentunya diperluakan solideritas, rasa hormat, dan kerja sama diantara para
anggotanya. Solideritas diantara anggota tim akan memberiak jalan yang lebih
mulus bagi tercapainya sebuah tujuan.
Dalam sebuah
tim pula, kita semestinya menjaditeam
player, yaitu aktor, dan kontributor keberhasilan tim sesuai peran dan
tangung jawab kita. Pada saat yang sama juga bisa memberikan dan menemukan
penyelesai solusi bagi masalaha anggota tim lainnya. Penyelesai solusi adalah
orang yang berikhtiar mencari solusi dari sumber manapun, tidak semata-mata
dari dirinya, selama bisa menjadi jawaban terbaik bagi persoalan anggota dan
timnya.
Logis Tapi Empati
Dalam upaya
pencapaian tujuan, hal yang perlu dilakukan juga adalah kita bersikap logis.
Maksudnya, dalam membuat rencana kerja atau tahapan-tahapan pencapaian tujuan
dilakuakan dengan menggunakan logika sehat, sehingga semua hal tersebut bisa
kita kontrol dalam prosesnya. Selain dengan logis, disisi lain kita harus
berrempati dengan pihak lain, atau juga bawahan kita. Sebab, yang kita hadap
bukan mesin yang tidak mempunyai perasaan, melainkan orang-orang yang mempunyai
perasaan.
Logis tetapi
juga empati merupakan sebuah langkah yang bijak dalam bersikap. Jadi, kita
tetap bersikap logis tanpa harus bersikap cuek terhadap lingkungan kita.
Intinya, kita tifdak bisa mengunakan kaca mata kuda. Dalam setiuap tindakan
kita yang logis haruslah menjaga kesantunan, menyenangkan, membangun rasa
hormat, dan menjadi solusi bagi pelanggan, bawahan, atau rekan kerja kita.
Mnejadi Manusia Yang Signifikan
Manusia
signifikan adalah manusia yang merasa sukses dan beruntung kalau membuat orang
lain sukses. Mereka dalah orang-orang besar (great
people) dan mulia. Orang-orang besar adalah mereka yang bersedia berkorban
dan menunda kepentingan diri sendiri untuk kepentingan orang banyak. Sukses
kita hari ini sesungguhnya adalah sukses perjuangan dan pengorbanan orangtua
kita,vserta orang-orang jyabng membantu di sekitar kita.
Pemimpin
yang signifikan adalah pemimpin yang dapat melahirkan kader-kader pengganti
yang lebih baik dari dirinya. Tidak ada jalan pintas bagi manusia signifikan.
Kebesaran dan kemuliaan bukan pemberian, tetapi buah atau hasil dari proses
perjalanan yang teguh dan konsisten untuk memberi manfaat dan energi positif
dimanapun dia berada.
PENUTUPAN
Menyikapi Setiap Kejadian dengan Bijak
Sikap
terbaik yang harus kita lakukan adalah tetap berprasangka baik kepada Allah
Swt., dalam segala sesuatu. Sebab, dari sikap itulah lahr motivasi dalam diri
kita untuk bisa mencapai kesuksesan yang seharusnya. Berpikirlah positif bahwa
segala sesuatu pasti menyimpan hikmah. Kita tidak perlu kecewa atas apa yang
terjadi. Karena semua yang terjadi dalam hidup merupakan pelajaran bagi kita
untuk terus mendaki kesuksesan yang menanti didepan kita.
Beberapa hal
yang dapat dijadikan kunci meraih sukses antara lain....:
Berilmu Sebagai Setir
Berilmu
berarti harus memperbanyak pengetahuan, meningkatkan keilmuan, dan
mengelaborasi pengalaman. Dengan ilmu dan penglaman, segala persoalan akan
lebih mudah dicarikan jalan keluarnya. Dengan ilmu pula, berbagai antisipasi
bisa kita lakukan untuk menghadapi situasi yang mungkin saja terjadi. Seseorang
yang berilmu akan memiliki kemampuan untuk mengerjakan bukan hanya hal-hal yang
kecil, termasuk pekerjaan yang besar.
Disinilah
ilmu berperan sebagai setir, yang akan mengarahkan setiap gerak langkah kita
dalam meraih tujuan.
Bersyukur Sebagai Gas
Bersukur
merupakan gas, yaitu media mengakselerasi motivasi dan tindakan untuk mencapai
kesuksesan. Bersyukur berarti semakin mendidik diri kita untuk menjadi lebih
ikhlas dan optimis dalam menggapai cita-cita. Orang yang jarang atau tidak
bersyukur, berarti ia tidak mengerti dan tidak pula menghargai potensi dirinya.
Sabar Sebagai Rem
Bersabar
merupakan kemampuan seseorang untuk bisa mengendalikan diri dari hasrat yang
belebihan terhadap dunia, atau cobaan yang Allah berikan kepada kita. Sabar
harus dijadikan rem bagi kita untuk bisa menahan keinginan berlebihan yang
mungkin bisa menghancurkan jalan kesuksesan yang sedang dan akan kita rintis.
Orang yang sabar adalah oran yang penuh ketelitian. Dari ketelitian dan
kejelian, akan lahir kematangan. Dan dari kematangan, akan tumbuh subur
keberhasilan.
sumber :MANAJEMEN ALHAMDULILLAH, Indra Utoyo, Mizan Bandung, Januari
2011, 142 Halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar