Petunjuk atau paradigma adalah suatu teori, perspektif
, atau kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita memandang,
menginterpretasikan, dan memahami aspek-aspek kehidupan. Untuk bisa mencapai
tujuan dengan benar, kita membutuhkan peta yang baik dan tepat. Jadi, paradigma
bisa dikataka sebagai peta dalam perjalanan kita dalam kehidupan ini.
Paradigma yang lama adalah guru memberikan pengetahuan
kepada siswa yang pasif. Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigm lama
ini sebagai satu-satunya alternative. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan
mengharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat, dan Hafal (3DCH) serta mengadu
siswa satu sama lain.
Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan
belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
- Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
- Siswa membangun pengetahuan secara aktif.
- Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.
- Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.
Transformasi Pendidikan dan Globalisasi
Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali
praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan
oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi
secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan
peranan tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah-sekolah.
Ada beberapa alasan penting mengapa system pengajaran
ini perlu dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses
globalisasi, juga terjadi transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang
mengharuskan sekolah dan perguruan tinggi untuk lebih menyiapkan anak didik
dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam
dunia yang berubah dan berkembang pesat.
Nilai-Nilai Gotong Royong dalam Budaya Indonesia
Ini menjabarkan nilai-nilai gotong royong dalam budaya
Indonesia yang akan sangat memungkinkan digunakannya metode pembelajaran
cooperative learning dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah.
Metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar
kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran
cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok
yang terstruktur.
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning, kompetensi
bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang bisa dan harus dipakai. Ada 3
pilihan model, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Dalam
model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tujuan
utama dalam metode pembelajaran kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam
urutan mulai dari yang paling baik
sampai dengan yangpaling jelek. Secara positif, model kompetisi bisa
menimbulkan rasa cemas yang justru bisa memacu siswa untuk meningkatkan
kegiatan belajar mereka.
Model individual, setiap anak didik belajar dengan
kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Asumsi yang mendasari
sistem pengajaran individual adalah bahwa setiap siswa belajar sendiri tanpa
atau dengan sedikit bantuan dari pengajar. Asumsi lainnya menyatakan bahwa
setiap anak didik adal unik dengan segala kebiasaa, kemampuan, minat, dan
bakatnya yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Anak didik bisa diharapkan
belajar sesuai dengan kemampuan mereka sendiri dan bebas dari stress yang
mewarnai system kompetisi. Selain itu, model pembelajaran individual ini jelas
memakan biaya yang relative mahal.
Model pembelajaran cooperative learning tidak sama
dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan
benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Lima Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
- Saling Ketergantungan Positif.
- Tanggung Jawab Perseorangan.
- Tatap Muka.
- Komunikasi Antaranggota.
- Evaluasi Proses Kelompok.
Pengelolaan Kelas Cooperative Learning
Pengelolaan kelas model Cooperative Learning yang
bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangakan niat dan kiat bekerja
sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Ada tiga hal penting yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model Cooperative Learning, yakni
pengelompokan, semangat Cooperative Learning, dan penataan ruang kelas.
Ability grouping adalah praktik memasukkan beberapa
siswa dengan kemampuan yang setara dalam kelompok yang sama. Praktik ini bisa
dilakukan pada pembagian kelompok di dalam satu kelas atau pembagian kelas di
dalam satu sekolah.
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses
pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai
semangat gotong royong. Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang
bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti di bawah
ini :
- Kesamaan kelompok;
- Identitas kelompok;
- Sapaan dan sorak kelompok.
Dalam metode pembelajaraan Cooperative Learning,
penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu
ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis
dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada
dalam jangkauankelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain,
tetapi tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit
ruang kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain.
Teknik-Teknik Pembelajaran Cooperative Learning
Teknik
Belajar-Mengajar Cooperative Learning antara lain :
- Mencari Pasangan. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
- Bertukar Pasangan. Teknik belajar mengajar Bertukar Pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain.
- Berpikir-Berpasangan-Berempat. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
- Berkirim Salam dan Soal. Teknik belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.
- Kepala Bernomor. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
- Kepala Bernomor Terstruktur. Teknik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.
- Dua Tinggal Dua Tamu. Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
- Keliling Kelompok. Dalam kegiatan Keliling Kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
- Kancing Gemerincing. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
- Keliling Kelas. Dalam kegiatan Keliling Kelas, masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain.
- Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
- Tari Bambu. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Dan keunggulannya yaitu adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
- Jigsaw. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
- Bercerita Berpasangan. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa makin terdorong untuk belajar.
Model Evaluasi Belajar Cooperating Learning
Berikut ini
uraian tiga model evaluasi berdasarkan ketiga sistem pembelajaran :
- Model Evaluasi Kompetisi. Sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, sistem kompetisi ini tampak sangat mendomonasi kegiatan pendidikan. Sistem ini hanya menekankan pada hasil belajar yang bersifat kognitif.
- Model Evaluasi Individual.Tampaknya, sistem pengajaran individual lebih menarik disbanding sistem kompetisi. Anak bisa diharapkan belajar sesuai kemampuan mereka sendiri dan bebas dari stres yang mewarnai sistem kompetisi.
- Model Evaluasi Cooperative Learning. Alternatif lain yang perlu ditambahkan untuk mengimbangi atau mengganti sistem peringkat adalah sistem pendidikan Cooperative Learning. Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternative menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Penutup
Banyak nilai yang didapatkan seorang siswa di dalam
ruang kelas akan terbawa terus dan tercermin terus dalam tindakan orang
tersebut dalam kehidupan bermasyarakatnya. Berdasarkan asumsi ini , dapat
disimpulkan seorang pengajar mempunyai peranan yang sangat besar untuk ikut
membina kepribadian anak didiknya.
Sampai saat ini, metode pembelajaran Cooperative
Learning belum banyak diterapkan di sekolah. Jika sekolah juga bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya,
metode pembelajaran Cooperative Learning perlu lebih sering dipakai.
Selain itu, suasana positif yang timbul dari metode
pembelajaran Cooperative Learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencintai pelajaran dan sekolah/guru. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
ini, siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
Sumber :
Anita Lie, Cooperative Learning, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar