A. Pendahuluan
Instrumen memegang peranan yang sangat
penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan
data yangdiperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas
instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh.
Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi
data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai
dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta
atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Sedangkan jika kualitas instrumen yang
digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang
rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan
fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula
menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada
umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data
variabel-variabel tertentu.
Dengan demikian, jika instrumen baku
telah tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat
langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang
dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu
dalam penelitian. Selain itu konstruk variabel yang diukur oleh instrumen
tersebut juga sama dengan konstruk variabel yang hendak di ukur dalam
penelitian. Akan tetapi, jika instrumen yang baku belum tersedia untuk
mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen untuk mengumpulkan data
variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti.
Dalam rangka memahami pengembangan
instrumen penelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang
terkait, diantaranya pengertian Konstruk, Variabel, instrumen penelitian,
validitas dan reliabilitas.
B. Pembahasan
1. Konstruk
Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang
menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau
hubungan.Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen
dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari
segala sesuatu dalam ekstensi,
memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di
mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya.
Konsep-konsep dasar penelitian meliputi: konsep, konstruk,
dan variabel. Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan
hal-hal khususKerlinger[1],misalny:
10 m, 1 l, 5 gallon digeneralisasikan sebagai "volume". Merah, hijau,
kuning, digeneralisasikan sebagai "warna".Membaca buku, mendengarkan
kuliah, mengerjakan pekerjaan rumah digeneralisasikan sebagai
"belajar".Volume, warna dan belajar adalah konsep. Tetapi setelah
pengertiannya dibatasi secara khusus sehingga dapat diamati, ia berubah menjadi
"konstruk". Dengan perkataan lain bahwa konstruk adalah konsep yang
dapat diamati dan diukur.
Konstruks tersebut merupakan istilah konseptual yang
digunakan untuk menggambarkan fenomena dari minat teoritis (Cronbach &
Meehl, 1955; Edwards & Bagozzi,
2000; Messick, 1981).[2]Konstruk adalah adalah sebuah abstraksi yang tidak dapat diamati secara
langsung, itu adalah konsep yang diciptakan untuk menjelaskan perilaku. Contoh
konstruk dalam bidang pendidikan adalah inteligensi, kepribadian, efektivitas
guru, kreativitas, kemampuan, prestasi, dan motivasi.[3]Konstruk merupakan
istilah istilah yang ditemukan oleh para peneliti untuk
menggambarkan,mengorganisir, dan memberi arti pada fenomena yang relevan dengan
domain penelitian (Cronbach & Meehl, 1955; Messick, 1981; Nunnally, 1978;
Schwab, 1980).
Konstruk merupakan jenis konsep tertentu yang berada dalam
tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan
teoritis tertentu.Konsep dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk kepentingan
ilmiah.Konstruk dapat diartikan sebagai konsep yang telah dibatasi pengetiannya
(unsur, ciri, dan sifatnya) sehingga dapat diamati dan diukur.untuk mengukur
konstruk, maka perlu untuk mengidentifikasi nilai atau nilai bisa berasumsi. Sebagai contoh konstruk kepribadian dapat diukur dengan mendefinisikan
dua tipe kepribadian, introvert dan ekstrovert, dapat diukur melalui skor yang terdapat dari 30 pertanyaan, yang semakin
tinggi skornya menunjukkan kepribadian introvert seseorang dan semakin rendah
skor menunjukkan kepribadian ekstrovert.[4]
Jadi konstruk
berubah menjadi variabel apabila konstruk tersebut sifat-sifatnya sudah
diberi nilai dalam bentuk bilangan.
2. Variabel
Menurut
Sanapiah (1982, hal 83) Variabel adalah kondisi-kondisi
atau karakteristik-karaktristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasi,
dicontrol atau diobservasi”.. Selanjutnya dijelaskan oleh Moh.Nasir Variabel (1983, hal. 149) adalah konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai.Dalam penelitian,
variabel dibagi dalam tiga kategori: (1) independent
variable dan dependent variable,
(2) variabel aktif dan variabel atribut, (3) variabel kontinum dan variabel
diskret.Variabel yang diduga sebagai penyebab disebut variabel bebas dan
variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi disebut variabel
terikat.Nazir (1988: 14[i]9-151)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis variabel, yakni:
a. Variabel
kontinu
Variabel kontinu merupakan variabel yang memiliki
nilai sembarang, baik berupa nilai bulat maupun pecahan, diantara dua nilai
tertentu atau variabel yang mengambil seluruh nilai dalam suatu interval.Nazir
(1988: 149) mendefinisikan variabel kontinu adalah variabel yang dapat kita
tentukan nilainya dalam jarak jangkau tertentu dan desimal yang tidak terbatas.
Contoh:
Berat badan, tinggi, luas, pendapatan, dsb.
Berat badan dapat ditulis 45 kg; 15 kg; atau 52,125
kg.Demikian juga dengan contoh variabel kontinu lainnya.
b. Variabel descrete
Variabel descrete merupakan konsep yang nilainya tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan atau desimal di belakang koma.Variabel
descrete ini sering juga disebut sebagai variabel kategori.Bila dalam satu
variabel tersebut mempunyai 2 kategori saja maka variabel tersebut dinamakan
variabel dikhotom.Sedangkan bila dalam satu variabel memiliki lebih dari dua
kategori maka disebut sebagai variabel politom.
Contoh:
Dikotom
|
Jenis
kelamin
|
Laki-laki,
perempuan
|
Status
perkawinan
|
Kawin,
tidak kawin
|
|
Politom
|
Tingkat
pendidikan
|
SD,
SMP, SMA, PT
|
Jumlah
Anak
|
1, 2, 3, 4
|
c.
Variabel
dependen dan Independen
Dalam hal terdapat hubungan antara dua variabel,
misalnya antara variabel Y dan variabel X, jika variabel Y disebabkan oleh
variabel X, maka dapat dikatakan:
Y = variabel dependen
X = variabel independen
Contoh:
Jika dipikirkan ada hubungan antara konsumsi dan
pendapatan, di mana dengan bertambahnya pendapatan, konsumsi juga akan
bertambah, maka:
Konsumsi =
variabel dependen (terikat dengan pendapatan)
Pendapatan = variabel independen (variabel bebas)
d. Variabel moderator dan random
Jika dilihat suatu hubungan antarvariabel, biasanya
terdapat sebuah variabel dependen dan beberapa variabel independen (bebas), dan
semua variabel bebas telah diperkirakan dalam membuat hubungan tersebut.
Jika :
Y = variabel dependen
X = variabel independen, yang misal tergantung dari
beberapa variabel bebas yakni X1, X2, X3, dan X4.
Y = f (X1, X2, X3, dan X4)
Jika ada variabel lain, yang dianggap berpengaruh
terhadap variabel dependen tersebut, tetapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama,
maka variabel ini dinamakan variabel moderator.
Contoh:
Variabel yang mempengaruhi demand terhadap ikan (Y)
adalah harga ikan (X1), pendapatan (X2), dan harga daging (X3). Ketiga variabel
tersebut adalah variabel utama.Jika umur (X4) juga berpengaruh, tetapi bukanlah
sebagai penyebab utama, maka umur (X4) ini lah yang disebut dengan variabel
moderator.
Disamping variabel tertentu yang nyata mempengaruhi
variabel dependen, masih terdapat variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
persamaan hubungan di atas. Variabel ini dinamakan variabel random, dan
pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan error yang timbul dalam mengadakan
estimasi.
e. Variabel Aktif
Variabel aktif merupakan variabel yang dimanipulasikan
oleh peneliti. Jika peneliti memanipulasikan metode mengajar, cara menghukum
mahasiswa, maka metode mangajar, cara menghukum, adalah variabel aktif, karena
variabel ini dapat dimanipulasikan.
f. Variabel atribut
Variabel atribut merupakan variabel yang tidak dapat
atau sukar untuk dimanipulasi.Variabel atribut umumnya merupakan karakteristik
manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap,
dan sebagainya. Variabel yang merupakan inanimate
objects juga merupakan contoh variabel atribut seperti populasi, rumah
tangga, daerah geografis, dan sebagainya.
3.
INSTRUMEN
Pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran, oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur
dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang
variasi karakteristik variabel secara objektif.Instrumen pengumpul data menurut
Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut
non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Di
dalam suatu proses penelitian, jumlah instrumen
tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk
diteliti. Misalnya pada penelitian berjudul “Pengaruh kepemimpinan
dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang
perlu dibuat, yaitu :[5]
1. Instrumen
untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen
untuk mengukur iklim kerja
3. Instrumen
untuk mengukur produktivitas kerja pegawai.
Instrumen-
instrumen penelitian dalam bidang sosial pada umumnya dan khususnya bidang
administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus
mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian.
Titik tolak dari penyusunan adalah
variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari
variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya
ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan
menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.Untuk memudahkan penyusunan instrumen,
maka perlu digunakan “matrikpengembangan
instrumen” atau kisi-kisi instrumen”.
Untuk dapat menetapkan
indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan
yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang
pendukungnya.Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin
agar diperoleh indikator yang valid.Caranya dapat dilakukan dengan membaca
berbagai referensi.
Instrumen
penelitian itu merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam
proses penelitian. Dalam konteks pembelajaran, instrumen penelitian jenis tes
dijadikan alat untuk mengukur hasil belajar. Kadangkala dalam proses
pembelajaran, aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan. Artinya, dosen, guru
atau instruktur terlalu memperhatikan penyajian pelajaran saja.Perkuliahan atau
pelajaran berjalan baik, praktikum berjalan rapi, namun saat membuat tes atau
soal praktikum, tidak lagi melihat tujuan pembelajaran yang pernah dibuatnya di
SAP atau RPP.Akibatnya, tes hasil belajar yang dibuat terkesan seperti jatuh
dari langit saja.Artinya, dosen atau guru membuat soal tes menjadi seadanya
atau seingatnya saja, tanpa harus memenuhi kriteria pembuatan tes yang baik dan
benar.Misalnya apakah soal ujian tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan; apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik dan
sebagainya.Penyusunan
tes hasil belajar yang menggunakan instrumen untuk keperluan penelitian, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:[6]
a. Tes
tersebut fungsinya dapat memperoleh informasi tentang kemampuan subjek
penelitian.
b. Mendiskusikan
tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apa saja
yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu tes. Apakah sekedar memberi nilai
untuk menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa atau siswa tersebut. Ataukah ada
fungsi-fungsi lain yang ingin dicapai melalui penilaian tersebut, misalnya data
yang diperoleh digunakan untuk penelitian.
c. Menentukan
kriteria penilaian untuk kepentingan penelitian. Ini berarti untuk melakukan
penilaian yang baik dibutuhkan mutu soal tes yang baik pula. Dalam praktek
pengajaran, tes dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal tes hasil
belajar. Semakin bermutu tes yang diberikan maka semakin terandalkan pula
penilaian yang diperoleh dan hal ini berdampak pada makin baik data yang
diperoleh untuk keperluan penelitian.
d. Merancang
soal-soal yang diberikan kepada sunjek penelitian dalam suatu struktur yang
sedemikian rupa, sehingga jumlah dan derajat kesukaran soal yang tetap relevan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Rancangan
Kegiatan Belajar Mengajar(RKBM).
e. Mengingat
derajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap soal perlu
mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan tujuan belajar.
f. Sesudah
proses membuat, menstrukturkan dan menentukan bobot soal, maka soal-soal
tersebut disajikan melalui ujian. Setelah itu dilakukan pengukuran dan
penilaian hasil untuk keperluan penelitian.
a.
KARAKTERISTIK INSTRUMEN
Alat pengukuran dapat dinilai pada
berbagai manfaat.Ini termasuk isu-isu praktis.Semua instrumen memiliki kekuatan dan kelemahan-ada instrumen yangsempurna
untuk setiap tugas. Beberapa isu-isu praktis yang perlu diperhatikan antara
lain:
a) Biaya
b) Ketersediaan
c) Pelatihan
diperlukan
d) Kemudahan
administrasi, penilaian, analisis
e) Waktu dan
upaya yang diperlukan untuk responden untuk menyelesaikan mengukur
Selain isu-isu
praktis tersebut, syarat utama instrumen yang baik adalah valid, reliabel, sensitif, obyektifitas tinggi dan fisibilitas baik.
b.
Prosedur
Penyusunan Instrumen Tes
Prosedur
penyusunan instrumen tes adalah sebagai berikut.[7]
1.
Mengembangkan
spesifikasi tes, yang meliputi:
- Menyusun
tujuan khusus pembelajaran
- Mengadakan
pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan
- Menyusun
kisi-kisi tes, yang memuat pokok materi, tujuan instruksional khusus, dan aspek
berpikir yang diukur. Selanjutnya ditentukan banyak item tes untuk
masing-masing tujuan instruksional khusus pada masing-masing domain.
2.
Memilih
bentuk tes yang tepat
3. Menulis
item-item tes berdasarkan kisi-kisi yang sudah disusun.
4. Petunjuk
pengisian instrumen
c.
Prosedur Pengujian Instrumen
Penelitian
Pengujian instrumen dimulai dengan responden. Hasil yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk menguji instrumen tersebut. Ukuran umum yang
digunakan adalah validitas dan reliabilitas. Khusus untuk tes hasil belajar,
selain validitas dan reliabilitas masih ada lagi ukuran lain yang dapat
digunakan, antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda, dan analisis pengecoh.
d. Menentukan Instrumen
Penelitian
Instrumen Penelitian adalah
segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan
menginterpretasikan informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola
pengukuran yang sama, Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan dan
tidak bisa digunakan pada penelitian yang lain. Kekhasan setiap objek
penelitian menyebabkan seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang
digunakan. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan
penelitian lain. Hal ini mengingat tujuan dan mekanisme kerja dalam setiap
teknik penelitian juga berbeda-beda.
Beberapa jenis instrumen
dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut[8]
1.
Tes
Tes
adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengkukuran, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
2.
Angket
atau Kuesioner
Kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.
3. wawancara
(Interview)
wawancara
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari
data tentang variable latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi
Di
dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung,
observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman
suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati.
5. Skala
bertingkat (Ratings)
Rating
atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat
dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam
menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel
skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi
Dokumentasi,
dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.
e. Penyusunan Instrumen
Penelitian
Dalam setiap penelitian yang bersifat
empiris selalu dibutuhkan instrumen penelitian yang terdiri dari daftar
kuesioner (pernyataan), formulir tabulasi, dan formulir analisis. Ketiga macam
instrumen penelitian tersebut harus dirancang dalam satu kesatuan sehingga
dalam proses penelitian dapat bekerja dalam satu arah terpadu. Di antara ketiga
penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan perhatian yang lebih
besar dibanding jenis instrumen lainnya. Mutu daftar kuesioner sangat
menentukan keberhasilan penelitian yang sedang dilakukan. Jenis instrumen lain,
perancangan menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan. Keterpaduan semua
aspek instrumen penelitian diharapkan dapat menghasilkan suatu instrumen yang
baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian
pertanyaan yang diajukan kepada responden guna mengumpulkan informasi dari
responden mengenai objek yang sedang diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan,
ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrumen penelitian, maka
pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis.
Dengan demikian, daftar pertanyaan yang harus diajukan dengan taktis dan
strategik sehingga mampu menyaring informasi yang dibutuhkan oleh responden.
Pertanyaan yang diajukan oleh responden
harus jelas rumusannya, sehingga peneliti akan menerima informasi dengan tepat
dari responden. Sebab responden dan pewawancara dapat menginterpretasikan makna
suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti, sehingga isi pertanyaan
justru tidak dapat dijawab. Di samping itu harus pula diperhatikan kemana arah
yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun suatu
daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam menyusun
daftar pertanyaan hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Apakah
anda menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan keduanya
2. Dalam
mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah inti/pokok dalam
penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap, sehingga mampu
mengorek informasi yang dibutuhkan.
3. Pertanyaan
hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau setempat agar mudah
dipahami oleh responden.
4. Apabila
menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun jawaban
diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan informasi.
5. Dalam
membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah seorang
introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
f.
Proses Perancangan Daftar
Pertanyaan
Menyusun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya
merupakan kerja kolektif seluruh anggota tim peneliti. Keterlibatan semua
anggota tim peneliti akan memberikan kontribusi penyempurnaan konstruksi
instrumen penelitian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun
daftar pertanyaan:
1. Penentuan
informasi yang dibutuhkan
2. Penentuan
proses pengumpulan data
3. Penyusunan
instrumen penelitian
4. Pengujian
instrumen penelitian.
5.
Validitas dan Realibilitas
Validitas
dan reliabilitas merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dari suatu alat
ukur.Suatu alat ukur yang telah memenuhi unsur validitas dapat dikatakan bahwa
alat ukur tersebut juga memenuhi unsur-unsur reliabilitas.Namun demikian, suatu
alat ukur yang telah memenuhi unsur-unsur reliabilitas belum tentu alat ukur
tersebut juga memenuhi unsur-unsur validitas.Reliabilitas sendiri belum
merupakan kriteria yang cukup untuk menyimpulkan bahwa alat ukur tersebut sudah
valid.Jadi, bisa terjadi bahwa ada alat ukur yang reliabel namun tidak
valid.Alat ukur yang valid dan reliabel untuk penelitian yang satu belum tentu
valid dan reliabel untuk penelitian lainnya.
Sebuah contoh yang dikemukakan olen Neuman (2000 : 165) cukup
jelas untuk mengerti konsep reliabilitas dari suatu alat ukur. Dia memberikan
contoh dengan menimbang berat badan kita. Pada waktu kita menimbang berat badan
yang sama walaupun kita berkali-kali naik dan turun dari timbangan tersebut.
Dengan asumsi bahwa kita tidak makan, minum, maupun berganti pakaian saat
itu.Timbangan tersebut dapat dikatakan sebagai alat ukur yang reliabel.
Timbangan tersebut akan dikatakan tidak reliabel bila timbangan tersebut
menunjukkan angka yang berubah-ubah walaupun berat badan kita saat itu tidak
berubah.
Kalau reliabilitas mengacu pada
konsistensi dari hasil pengukuran, validitas suatu alat ukur mengacu pada
sejauh mana hasil pengukurannya dapat menggambarkan kenyataan yang
sesungguhnya. Bila dalam suatu tes kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris A
mendapatkan nilai lebih tinggi dari B, dan C mendapatkan nilai yang sama dengan
B, maka perbedaan antara A dan B serta kesamaan antara B dan C merupakan fakta
di lapangan. Fakta sehari-hari harus menunjukkan bahwa A memang mempunyai
kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris lebih baik dari B dan C, dan B
mempunyai kemampuan yang relatif sama dengan C. seandainya hasil tes tersebut
dapat menggambarkan fakta yang sesungguhnya, alat ukur yang digunakan untuk
menilai kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan
sebagai alat ukur yang valid.[9]
Dari penjelasan tersebut bisa
terjadi ada suatu alat ukur yang reliabel namun tidak valid.Bila alat ukur yang
digunakan sudah valid, alat ukur tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi aspek
reliabilitas.Karena suatu alat ukur yang mempunyai reliabilitas rendah berarti
alat ukur tersebut tidak valid.
a. Validitas
Dalam penelitian pengajaran bahasa asing ada lima jenis validitas dari alat ukur, yaitu validitas tampilan, validitas isi, validitas prediktif, validitas konstruk, dan validitas kesetaraan.
1. Validitas Tampilan (Face validity)
Ada kemungkinan validitas tipe ini tidak terlalu ilmiah dan hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, misalnya format penyusunan pilihan-pilihan dalam soal pilihan ganda.Seiring dengan perkembangan teori belajar bahasa asing, validitas tampilan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.Contohnya saja untuk mengukur kemampuan berbahasa Inggris dalam bentuk tulisan sudah mulai popular sehingga tes semacam TOEIC (test of English for International Communication) atau JLPT (Japanese Language Proficiency Test) yang dilaksanakan secara tertulis dan valid.
2. Validitas Isi (Content validity)
Validitas isi terkait dengan seluruh butir-butir soal yang ada dalam suatu alat ukur. Untuk memenuhi validitas tipe ini peneliti harus melihat seluruh indikator yang berupa butir-butir soal dan menganalisisnya apakah alat ukurnya secara keseluruhan telah mewakili dari materi yang akan diukur. Contoh validitas isi adalah tes bakat kebahasaan.Bakat kebahasaan sering didefinisikan sebagai kemampuan dasar seseorang untuk belajar bahasa yang mencakup ranah kosa kata, minat, analisa kebahasaan, pembedaan suara dan kemampuan berasosiasi antara simbol dan suara. Bila alat ukur tersebut dikembangkan berdasarkan definisi itu, alat ukur tersebut harus memenuhi ke lima ranah tersebut.
3. Validitas Prediktif (Predictive validity)
Validitas alat ukur yang terkait dengan kemampuan memprediksi fenomena di masa mendatang disebut validitas prediktif.Validitas ini mengambarkan sejau mana hasil tes dari suatu alat ukur mempunyai korelasi dengan suatu keberhasilan belajar di masa mendatang. Dengan kata lain, suatu alat ukur yang mempunyai validitas prediktif dapat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang akan lebih berhasil atau kurang berhasil dalam belajar sesuatu.
4. Validitas Konstruk (Construct validity)
Validitas konstruk diperlukan untuk alat ukur yang mempunyai beberapa indikator dalam mengukur satu aspek atau konstruk.Bila ada alat ukur yang mempunyai beberapa aspek dan setiap aspek diukur dengan beberapa indikator, indikator yang sejenis harus berasosiasi positif satu dengan lainnya.Sebaliknya, indikator-indikator tersebut harus berasosiasi negatif dengan indikator lainnya bila indikator tersebut mengukur aspek yang berbeda atau berlawanan.
5. Validitas Kesetaraaan (Concurrent validity)
Alat ukur yang baru dikembangkan dalam suatu penelitian membutuhkan validitas kesetaraan.Validitas kesetaraan mengukur sejauh mana alat ukur yang baru tersebut dapat dikorelasikan dengan alat ukur sejenis yang seudah terbukti validitasnya.Bila atal ukur yang baru tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dan signifikan berarti alat ukur tersebut mempunyai validitas kesetaraan.Dengan mempunyai validitas tipe ini, alat yang baru tersebut diasumsikan mempunyai validitas yang sejenis seperti alat ukur yang sudah ada.Bila atalt ukur yang sudah ada mempunyai valiiditas isi, alat ukur yang baru diasumsikan mempunyai validitasi isi juga. Korelaasi kedua alat ukur tidak perlu mempunyai asosiasi yang sempurna karena taka da dua alat ukur yang mampu mengukur satu aspek kebahasaan dengan hasil yang sama.
Form
of Validity
|
Method
|
Purpose
|
Content
Validity
|
Compare
content of the test to the domain being measured
|
To
what extent does this test represent the general domain of interest?
|
Criterion
related validity
|
Correlate
scores from one instrument of scores on a criterion measure, either at the
same (concurrent) or different (predictive) time
|
To
what extent does this test correlate highly with another test?
|
Construct
validity
|
Amass
convergent divergent, and content related evidence to determine that the
presumed construct is what is being measured
|
To
what extent does this test reflect the construct it is intended to measure?
|
Consequential
validity
|
Observe
and determine whether the test has adverse consequence for test takers of
users
|
To
what extent does the test create harmful consequences for the test taker?
|
b.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari
suatu alat ukur, atau sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur subjek yang
sama dalam waktu yang berbeda namun menunjukkan hasil yang relatif sama. Untuk
mengukur reliabilitas sebuah tes kita dapat memberikan tes tersebut kepada
subjek yang sama paling sedikit dua kali dalam waktu yang berbeda, dan
membandingkan kedua hasilnya. Cara ini sering disebut dengan istilah test retest dan digunakan untuk mencari
reliabilitas dari aspek stabilitas suatu alat ukur. Dengan membandingkan kedua
hasil tes tersebut (atau lebih) kita dapat melihat sejauh mana kedua tes
tersebut memberikan hasil yang sama atau stabil di dalam mengukur suatu
fenomena.
Faktor yang mempengaruhi kedua
pengukuran tersebut adalah kelelahan, kondisi lingkungan dan aspek-aspek
psikologis maupun fisiologis lainnya. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan bahwa
kedua tes tersebut harus diberikan dalam situasi dan kondisi yang relatif sama
atau mirip. Selanjutnya akan dijelaskan jenis-jenis reliabilitas.
1. Reliabilitas antarindikator
Bila suatu alat ukur terdiri dari
beberapa indikator yang berupa butir-butir soal, perlu diukur sejauh mana
masing-masing indikator menunjukkan hasil yang sama di dalam mengukur suatu
aspek. Sebagai contoh sebuah kuesioner yang digunakan untuk mengukur motivasi
belajar bahasa Inggris biasanya terdiri dari beberapa butir-butir soal yang
digunakan untuk mengukur aspek motivasi.Butir-butir soal yang ada dalam
kuesioner tersebut merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi
dalam belajar bahasa Inggris. Seandainya kuesioner tersebut merupakan alat ukur
yang reliabel, masing-masing indikatornya akan memberikan hasil yang relatif
sama terhadap satu individu.
Alternatif lain untuk mengukur
reliabilitas tipe ini adalah dengan cara reliabilitas teman sejawat (interrater reliability). Dengan cara ini
diperlukan beberapa peneliti, penilai, atau pengamat sebagai tim dan biasanya
dilaksanakan sebelum pengumpulan data. Semakin banyak orang yang dilibatkan
dalam tim itu, semakin reliabel hasil analisanya. Reliabilitas tipe ini
ditentukan berdasarkan kesamaan antar anggota tim. Cara yang paling sederhana
untuk mengukur reliabilias adalah dengan menghitung persentasi kesamaan dari
masing-masing indikator. Contoh, bila ada sebuah kuesioner yang terdiri dari
sepuluh indikator yang berupa
butir-butir soal, masing-masing anggota tim perlu dimintai pendapatnya apakah
ia setuju dengan butir-butir soal yang ada sebagai indikator untuk mengukur
motivasi belajar bahasa Inggris. Misalnya.bila ada empat orang yang setuju
dengan butir soal nomor 1 sebagai salah satu indikator motivasi sedangkan satu
orang menolaknya, nilai butir soal nomor 1 sebagai salah satu indikator
motivasi adalah 80%. Begitu seterusnya dengan butir-butir soal
lainnya.Persentase yang ideal untuk menerima suatu indikator adalah minimal 80%
tingkat kecocokan antar penilai. Bila anggota tim mempunyai kesamaan untuk
menolak sebuah indikator, indikator tersebut harus dibuang dari kuesioner
tersebut.
2. Reliabilitas antar Kelompok
Dalam
sebuah penelitian yang mengaruskan alat ukurnya reliabel untuk semua kelompok,
peneliti harus melaporikan analisa reliabilitas antar kelompok.Untuk melihat
apakah alat ukur tersebut dapat reliabel untuk semua kelompok yang ada dalam
sebuah penelitian, peneliti dapat melakukan analisa perbandingan. Cara ini
digunakan untuk membandingkan apakah di dalam menjawab butir-butir soal kelompok-kelompok yang berbeda tersebut mempunyai respon yang terpola dan sangat berbeda dengan
kelompok lainnya, perlu ditinjau kembali keberadaan indikator tersebut.
Misalnya, seorang peneliti ingin melihat bagaimana pola penggunaan strategi
belajar antara siswa yang berhasil dan kurang berhasil dalam belajar bahasa
Inggris.Subjek dalam penelitian tersebut bervariasi dari siswa SD hingga
mahasiswa.Untuk mengukur kemampuan berbahasa digunakan alat ukur yang berpa
polihan ganda. Bila ternyata seluruh siswa SD tidak dapat menjawab salah satu
soal yang ada, dan secara umum berbeda dengan siswa SLTP atau mahasiswa dalam
menjawab soal tersebut, sial tersebut tidak dapat dikatakan reliabel sebagai
indikator untuk membandingkan antara siswa yang berhasil dan tidak berhasil
dalam penelitian tersebut. Bila setelah dibandingkan ternyata seluruh siswa SD
memberikan jawaban salah pada soal itu, sedangkan kelompok siswa lain cukup
bervariasi dalam memberikanjawaban, perlu dipertimbangkan keberadaan butir soal
tersebut. Dengan mencari reliabilitas tipe ini selurh kelompok dalam sebuah
penelitian mendapatkan perlakuan yang sama. Perlu dihindari penggunaan butir
soal yang merugikan salah satu kelompok yang berfungsi sebagai variable bebas.
Five
Types of reliability
|
||
Stability
(test retest)
|
Stability
of scores over time
|
Give
one group the same test at two different times, and correlate the two scores
|
Equivalence
(alternative forms)
|
Relationship
between two versions of a test intended to be equivalent
|
Give
alternative test forms to a single group, and correlate the two scores
|
Equivalence
and stability
|
Relationship
between equivalent versions of a test given at two different times
|
Give
two alternative tests to a group at two different times, correlate the scores
|
Internal
consistency
|
The
extent to which the items in a test are similar to one another in content
|
Give
test to one group, and apply split-half, kuder Richardson, or cronbach’s
alpha to estimate the internal consistency of the test items
|
Scorer/rater
|
The
extent to which independent scores or a single scorer over time agree on the
scoring of an open ended test
|
Give
copies of a set of tests to independent scorers or a single scorer at
different times, and correlate or compute the percentage of scorer agreement
|
Usaha
Untuk Meningkatkan Validitas dan Reliabilitas dalam Penelitian Kuantitatif
1. Memperhatikan
aspek atau ranah yang dikembangkan dalam alat ukur tersebut. Dalam satu alat
ukur sering sekali peneliti mempunyai beberapa aspek yang aka diukur. Misalnya,
dalam sebuah penelitan yang mengukur sikap dalam belajar bahasa Inggris alat
ukurnya mempunyai butir-butir soal yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok
aspek. Aspek pertama mengukur sikap terhadap bahasa Inggris, aspek kedua
mengukur sikap terhadap pengajaran bahasa Inggris, dan aspek ketiga mengukur
sikap terhadap penutru asli Bahasa Inggris.
2. Mengembangkan butir-butir soal.
3. Pengumpulan data.
4. Penyempurnaan alat ukur.
5. Mencari reliabilitas dengan data baru.
6. Mencari validitas konstruk.[12]
C. Kesimpulan
Instrumen
adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data
yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan dan
dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu
penelitian.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
Instrumen
penelitian memiliki kualitas yang baik bila memenuhi dua kriteria pokok
instrument yaitu adalah: validitas, reliabilitas, dan.
Validitas
adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya
diukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam
melakukan fungsinya.
Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Makin cocok dengan sekor
sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat
kepercayaan dimana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes
sama yang diulangi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2000
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta: Rajawali
Pers, 2012
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif.
Rajawali Pers, 2012
Gronlund E Norman & Robert L, Linn, Measurement and Evaluation in Teaching.New York:Macmillan Publishing Company, 1990
Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo
Persada. 1996.
Kerlinger ,F.M., Foundation of Behavioral Research, Holt, Rinehart and Winston, New
York, 1973
Nazir, Mohammad, Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983
Peter Airasian, Geogffrey E.
Mills, L.R. Gay, Educational Research,Competencies for
Analysis and Applications, New Jersey, Ohio: Pearson, 2009
Faisal, Sanapiah,Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982
Setiyadi, Bambang, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa
Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &.Bandung:Alfabeta,2010
Suryabrata, Sumadi. Metodologi
Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008
Uno B Hamzah, Herminanto Sofyan; I made
Candiasa; Pengembangan Instrumen Untuk
Penelitian.Jakarta: Delima Press, 2001
[1]Kerlinger
,F.M., Foundation of Behavioral Research,
Holt, Rinehart and Winston, 1973, hlm 28
[3]Peter
Airasian, Geogffrey E. Mills, L.R. Gay,(Educational Research,Competencies for
Analysis and Applications, 2009), hlm.144
[4] Ibid., hlm 144
[5] Sugiyono, Metode Peneltian
Kuantitatif kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta,2010),hlm.102
[6] Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan & I Made Candiasa, Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian(
Jakarta: Delima Press, 2001).hlm.60
[7] Norman E. Gronlund & Robert L. Linn, Measurement and Evaluation in Teaching.(New York: Macmillan
Publishing Company,1990).hlm.109
[8]Blogkatte.blogspot.co. Jenis Instrumen Penelitian;( senin, 28
Desember 2009)
[9] Bambang Setiyadi, Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa
Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, 2006, h. 14.
[10] L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for Analysis and Applications,
2009, h. 154
[11] L.R. Gay, Geoffrey E. Mills dan Peter Airasian, Educational Research Competencies for Analysis and Applications,
2009, h. 159
[12] Bambang Setiyadi, Metode
Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
2006, h. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar