Mengapa Dunia Butuh Revolusi Hijau
dan Bagaimana Cara Memperbaharui Masa Depan Global Kita
(BAB III - BAB V)
Disusun : Safrudin, Malesa & Ahmad Kurnia*
I.
Pendahuluan
Thomas L
Frieddman dalam buku Hot, Flat, and Crowded ini
menawarkan keberanian dan ketajaman pandangan salah seorang penulis
buku terlaris dunia, yang mampu membawa para pembacanya melihat lebih jauh ke
masa depan, untuk memperhatikan tidak hanya kepentingan sesaat dan bersifat
individual, melainkan ikut memikirkan bagaimana kondisi bumi yang kita diami
ini bisa lebih sehat dan lebih aman untuk di tinggali.
Friedman
menjelaskan bagaimana pemanasan global, populasi yang meningkat secara cepat,
dan ekspansi kelas menengah dunia melaui globalisasi setelah menghasilkan dunia
yang panas (hot), rata (flat), dan sesak (crodwed). Dalam hanya beberapa tahun
saja upaya untuk memperbaikinya akan terlalu terlambat, kecuali ada upaya
mendunia untuk menggantikan praktik praktik energi.
Bumi menjadi
panas (hot) karena kemajuan teknologi telah mempercepat laju peningkatan emisi gas-gas
rumah kaca ke atsmosfir yang menghambat pelepasan hawa panas dari bumi ke ruang
angkasa.
Bumi menjadi
rata (plat) kerena kemajuan teknologi komunikasi dan transformasi memungkinkan siapaun, dimanapun, dapat saling berhubungan dan saling
bersaing dalam segala hal dengan mudah sehingga seolah-olah bumi seperti berada diatas sebuah pinggiran yang datar.
Bumi menjadi
penuh sesak (crowded) karena penduduk yang makin banyak, akibat keberhasilan
upaya menekan angka kematian , dan industrialisasi, bertumpuk di kawasan
perkotaan dan sekitarnya tampa upaya yang seimbang dalam pembenahan sarana dan
prasana
Hot, Flat dan Crowded adalah tiga kata yang menggambarkan
kondisi planet dan kehidupan yang ada di atasnya saat ini.
1.
Hot, Bumi kita makin panas,
akibat kenaikan temperatur yang
signifikan selama periode 150 tahun terakhir. Sebagai catatan, suhu bumi
memang mengalami fluktuasi sepanjang sejarah geologi. Konon, fluktuasinya
mencapai plus - minus 6 derajat celsius. Tetapi laju kenaikan dan penurunan
temperatur alami amat sangat lambat. Ordenya paling tidak puluhan hingga
ratusan ribu tahun. Kenaikan temperatur yang relatif cepat satu setengah abad
terakhir, oleh banyak orang, diyakini akibat ulah kita, bukan alam. Kenaikan
suhu 2 derajat celsius saja, dalam tempo relatif singkat, maka akibatnya tidak
akan sanggup kita saksikan.
2.
Flat,
adalah nature kehidupan modern. Teknologi informasi dan komunikasi
menjadikan planet kita tidak lagi bulat dengan radius lebih dari 40 ribu km,
melainkan hanya sebuah pinggan yang datar. World wide web, handphone dan
teknologi informasi publik memungkinkan, bukan hanya pertukaran
informasi, tetapi juga akulturasi budaya global. Melalui teknologi,
masyarakat pedalaman Sumatra bisa mengakses dan meniru cara berpakaian orang
Amerika. Seorang yang terlihat sering mengunci diri di kamarnya, di tengah
pemukiman kumuh Kota Bandung, mampu bertransaksi dengan pebisnis di London atau
Moskow.
3.
Crowded,
sesak, akibat pertumbuhan populasi yang semakin menghawatirkan. Dalam beberapa
dekade ke depan (2030), manusia penghuni planet ini diperkirakan
mencapai 9 milyar, atau bertambah 50% dari kondisi saat ini. Malthus telah
lama merasa pesimis akan kemampuan bumi dalam memberi makan seluruh warga
yang numpang di atasnya. Meskipun rasa pesimisnya itu tidak terbukti.
Sampai saat ini, bumi masih sanggup menjalankan tugasnya.
Strategi untuk
energi bersih, efisien energi dan konservasi yang disebut
fredman Code Green. Ini sebuah tantangan besar tetapi juga sebuah
peluang besar yang tidak boleh dilewatkan . menurutnya ini semua tidak akan
terjadi tampa komitmen an kepemimpinan amerika
Revolusi hijau yang kita perlukan sebuah revolusi yang
belum disaksikan yang belum disaksikan oleh dunia, dan merupakan proyek inovasi
terbesar dalam sejarah ini tak akan mudah dan akan mengubah semuanya.
Friedman
dalam Bab Tiga memaparkan
ide tentang strategi penyelamatan lingkungan global secara inovatif dan
kreatif. Dalam bab ini dapat kita lihat bagaimana Friedman dengan begitu lugas
berani memaparkan permasalahan – permasalahan yang terkait dan memberikan
solusi pemecahannya yang brilian serta memiliki efek revolutif yang sangat
tinggi. Selain itu, Friedman juga memberikan contoh beberapa artikel tentang
betapa usaha – usaha untuk menyelamatkan lingkungan kita itu menjadi nampak
begitu sederhana dan dapat dimulai dari hal – hal kecil dan sederhana disekitar
kita.
Friedman dalam Bab Empat lebih fokus kepada negara China dengan segala
kelebihan dan kekurangannya dalam kontribusi mereka terhadap perubahan lingkungan
secara global. Secara tak langsung, pada bagian ini bagaimana Friedman
mengadakan komparasi secara langsung antara keadaan Amerika Serikat dengan
China beserta usulan – usulannya tentang masalah lingkungan global bagi kedua
negara.
Bagian yang terakhir, Bab Lima, Friedman memokuskan
diri kepada kondisi negaranya, Amerika, dan usaha – usaha mereka menciptakan
dan menjalankan sebuah strategi penyehatan lingkungan secara lengkap dan
menyeluruh, hingga efeknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Amerika saja,
melainkan juga masyarakat dunia. Fridman mengharapkan perubahan gaya hidup
masyarakat Amerika secara keseluruhan ini dapat menjadi tonggak kebangkitan
negara Amerika seperti masa – masa jaya nya dahulu.
II. Pembahasan Buku Bab III :
Bagaimana Cara Kita Melangkah Kedepan
A. 205 Cara Untuk Menyelamatkan Dunia :
Siapa
yang tahu menyelamatkan bumi bisa begitu mudah dan tidak sampai satu menit
dengan kunci tahu dan mau. Tiga hal
penting dari cara yang ditawarkan adalah :
1.
Kita harus mencari hal hal mudah, efektif
secara biaya dapat dikerjakan secra pribadi karena disitulah kita memiliki daya
dan kendali dan memberikan hal terbaik yang bisa dilakukan
2.
Jika kita semua mengerjakan, efek komulatif
tiap pilihan individu ini adalah sebuah planet yang aman adalah sesuatu yang
menguntungkan
3.
Kita secara alami sangat tidak suka
mengerjakan apapun yang tidak pribadi, tidak individualistis, tidak cost
evektif dan dengan cara yang mudah.
Bagian ini juga membahas Strategi Hijau yang Sistimatis,
yaitu mencoba mengubah sistim iklim guna
menghindari yang tidak dapat dikendalikan dan mengendalikan yang tidak dapat
dihindari. Fakta fahitnya adalah jika kita menggunakan upaya mudah, murah, efesiensi untuk
lingkungan yang harus dikerjakan kita semua, hasil terbaik yang dapat kita
capai adalah perlambatan pertumbuhan dan kerusakan lingkungan
B. Energi Internet : Ketika Bertemu IT Dengan ET
Revolusi teknologi informasi dan
revolusi teknologi energi (IT dan ET), telah menyatu ke dalam sebuah sistim
tunggal, rasanya seolah-olah kita hidup dengan sebuah internet energi. Dalam
bab ini menjelaskan bagaimana IE akan
memungkinkan anda,saya, tetangga,dan
lingkungan mengerjakan hal luar biasa dengan cara menhemat energi dan
mengunakan daya bersih secara efisien kemudian mengerjakan secara terus menerus
sepanjang waktu entah ketika memikirkannya atau tidak dan ketika kita tidak menyadarinya
Menjelaskan kebijakan pemerintah
trerpadu yang kita perlukan untuk memandu dan merangsang dunia usaha dan
investor kita untuk mengerahkan modal yang kita perlukan untuk mendirikan
Internet Energi seperti diatas dan menemukan elektron
berlimpah,bersih,handal,dan murah yang kita perlukan sebagai pengerak
Pelestarian: Bagaimana kita dapat
juga menciptakan kebijakan untuk melestarikan dunia alami : tumbuhan,
hewan,ikan, lautan, sungai, hutan yang mendukung kehidupan yang secara
keseluruhan menerangkan perwujudan sebuah REEFIGDCPEERPC <
Biaya sesungguhnya pembakaran batu bara, minyak dan gas dalam dunia
nyata.
C. Jaman Batu Tidak Berakhir Karena Kita Kehabisan Batu
Memberikan
gambaran begitu sulitnya mencari sang peluru ajaib untuk merubah bentuk
produksi energi yang memberikan kita elektron berlimpah, bersih, andal dan
murah . Semua kemajuan yang telah dibuat sejauh ini dalam teknologi angin,
cahaya surya, panas bumi, panas surya, hidrogen dan etanol adalah kemajuan
kecil, selain belum ada terobosan dalam sumber energi lain manapun. Yang
dimiliki baru terobosan-terobosan kecil, padahal yang diperlukan adalah
eksponensial. Oleh sebab itu revolusi hijau adalah sebuah tantangan inovasi
bukan tantangan regulasi yang pada akhirnya diselesaikan oleh insinyur.
Jawaban untuk
permasalahan itu, Pertama: Mendorong dalam tiap disiplin ilmu untuk melakukan
inovasi sekalipun Inovasi energi sejati itu sulit dan terbentur pada batas-batas
yang masih ada pada saat ini, seperti dalam fisika,kimia,termodinamika,
teknologi nano dan biologi. Kedua : Merancang ulang pasar dari inovasi energi. Ketiga
: Membuat kebijakan untuk mendukung keberlangsungan dan ketersediaan bahan baku
beserta teknologinya.
Dalam bab ini
dibahas juga tentang :
a.
Harga
dan Inovasi : sinyal harga yang digunakan mungkin tidak usah berupa pajak sinyal
itu bisa hanya sebuah harga dasar yang bisa dipercaya
b.
Harga
sebagai rem untuk perilaku buruk : Selain keperluan inovasi setelah terbentuk
pasar energi dengan pajak dan regulasinya maka hal ini akan dikaitkan dengan
hidup dan mati atau stabilitas dan instabilitas sehingga hal yang merusak dan
mencemari alam harus ditinggalkan
c.
Berbagai
macam sinyal harga: Diawali dengan perubahan persepsi dari “ini lah upaya
terbaik kita” menjadi,“ inilah yang harus kita perbuat dengan sebaik-baiknya.
D. Jika Tidak Membosankan, Berarti Tidak Hijau
Dalam berbagai aktifitas ketika
topik pembicaraan menyangkut code hijau maka yang bersangkutan seringkali
merasa bosan sehingga ketika yang dibicarakan diluar penyelamatan bumi dengan code hijau maka akan
lebih menarik, Tergantung rancangan : yang tersirat disini adalah jika ingin
memberikan sesuatu yang bermakna pada lingkungan maka fahami aturan aturan
seputar efesiensi energi dan emisinya.
Mengusahakan agar kata “hijau”
hilang sebagaimana
istilah hak-hak warga negara, sehingga hijau merupakan standar baku bukan
pilihan atau opsi dan menyadari bahwa yang dijalani adalah revolusi hijau bukan
sekedar sebuah pesta hijau.
E. Satu Juta Nuh Dan Satu Juta Bahtera
Mencerikan
perjalanannya ke indonesia dan memaparkan persepsinya tentang warga dan negara
indonesia, mulai dari pohon, rumah, sehingga, pendidikan, pemerintahan,
perkembangan ekonomi yang saling terkait, sehingga dibutuhkan strategi global
dan pemaparan dari rencana strategis yang tidak dilaksanakan dan diabaikan di
Indonesia.
Pada akhirnya
sebanyak apapun investasi bahkan efesiensi energi tidak akan menyelamatkan
dunia alamiah yang telah diberikan secara cuma-cuma oleh alam kepada kita jika
kita tidak memberikan perhatian dari sekarang, kenyataannya kita tidak bisa
menjual saham dalam bentuk alam tetapi tidak berarti alam tidak mempunyai harga
sehingga tampa sebuah etika konversi kita akan kehilangan sesuatu yang tidak
ternilai tetapi tampa label sama sekali.
F. Menjadi Lebih Hijau Dari Pada Al
Qaeda (Atau Beli Satu, Gratis Empat)
Memaparkan tentang catatan marinir AS dan Nolan beserta
tim, dengan cara penganalogian nama-nama
pesawat yang digunakan seperti
greenhawk, outgreening, outflank dan sebagainya. Serta kejadian kejadian
pembersihan ranjau, pemanfaatan listrik dan sumber energi lainnya dalam
operasinya di irak.
Catatan operasi di irak mebuka mata untuk kemajuan di AS
diantaranya timbul kesadaran penulis
bahwa bukan hanya kalangan tertentu yang bisa diajak untuk program penghijauan
ini tapi kaum miskin dan yang terpinggirkanpun perlu di raih dengan pintu dan
jalan yang berbeda agar semua lapisan terangkul.
Menginginkan adanya pembakuan istilah outgreening
terwujud dengan segera dalam setiap bahasa. Dan kompetisi menjadi lebih baik
dimualai segera sehingga siapapun yang bisa lebih “hijau” dan terus demikian
akan menjadi yang terbaik selamanya. Dalam zaman energi –iklim, tidak ada satu
negarapun yang jadi pemimpin bila tidak jadi pemimpin dalam membuat konsep,
merancang, membuat, menerapkan,dan mengilhami solusi yang bersih.
Bab IV : China : Bisakah “Cina Merah” Menjadi “Cina Hijau “
Cina yang memiliki pertumbuhan
indutsri sangat tinggi, jika dilihat dari komposisi sumber energinya secara
baik bisa mengurangi ketergantungannya pada minyak. Meskipun konsumsi minyak
yang dilakukan Cina tergolong besar yaitu sebesar setara dengan 308,6 juta ton
minyak sepanjang tahun 2004, jumlah ini “baru” mencapai 187% dari produksi
minyaknya. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mengkonumsi minyak mencapai
284% dari total produksi minyaknya.
Cina dengan pertumbuhan industri
baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu bara sebagai sumber energi
alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar. Disamping itu
dengan harga batubara yang lebih murah mampu membuat industri Cina dapat
bersaing. Meskipun cadangan batu bara Cina tidak sebesar Amerika Serikat
(cadangan Amerika mencapai 27,1% dari seluruh cadangan batu bara di dunia
sedangkan Cina memiliki 12,6%), murahnya harga energi batu bara membuat Cina
begitu gencar mengintensifkan penggunaan batu bara untuk kebutuhan
energinya.
Cina menjadikan batu bara sebagai
sumber utama energinya yang mencapai setara 956,9 juta ton minyak. Jumlah
konsumsi batu bara yang terbesar di dunia tersebut mampu memasok lebih dari 69%
kebutuhan energi dalam negeri Cina. Tidak heran untuk memenuhi kebutuhan batu
bara yang begitu besar, produksi batu bara Cina menjadi sangat luar biasa
melebihi konsumsi dalam negerinya yaitu mencapai setara 989,8 juta ton minyak.
Produksi ini juga merupakan yang terbesar di dunia yang merupakan 36,2% dari
total produksi batubara di seluruh dunia.
Pendekatan yang menarik dari
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya juga bisa dilihat
pada kasus Rusia atau Prancis. Rusia yang memiliki cadangan gas alam terbesar
di dunia (Rusia menguasai 26,7% cadangan gas alam di dunia) menjadikan gas alam
sebagai sumber utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara
361,8 juta ton minyak atau 54,1% dari total energi yang dikonsumsi oleh Rusia.
Produksi gas alam yang melimpah yang dilakukan oleh Rusia yang mencapai setara
530,2 juta ton minyak (setara dengan 21,9% dari total produksi gas alam di
seluruh dunia yang merupakan produksi gas alam terbesar di dunia), membuat
Rusia cukup stabil dalam pemenuhan kebutuhan energinya.
Prancis memiliki caranya sendiri
dalam memenuhi kebutuhan energinya. Berbeda dengan Amerika, Cina atau Rusia
yang cukup memiliki kekuatan menguasai sumber sumber energi fosil seperti
minyak, batu bara ataupun gas alam, Prancis memiliki keterbatasan terhadap
sumber sumber energi fosil tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan energinya yang
besar, selain membuat besar perusahaan-perusahaan minyaknya untuk menjamin
suplai minyak dalam negerinya, Prancis secara serius menggarap sumber energi
nuklirnya hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak (jumlah ini
merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar
setelah Amerika). Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan
dengan minyak, gas ataupun batubara.
Cara yang sama ditempuh oleh Kanada
dengan memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah
keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4% (Kanada
merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai
12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia).
Jika kita perhatikan kebijakan
energi pada negara-negara konsumen energi terbesar tersebut, terlihat bahwa
setiap negara akan mengoptimalkan sumber energi yang mungkin untuk
diproduksinya sendiri seperti yang dengan jelas terlihat pada kasus Cina,
Rusia, dan Perancis.
Industri energi yang besar dari
negara-negara tersebut dan kedekatan dengan negara-negara produsen energi,
seperti halnya industri industri minyak dunia yang dimiliki negara-negara
konsumen terbesar energi, juga perlu dikelola dengan baik untuk menjamin
ketersediaan pasokannya, seperti yang dilakukan oleh Amerika melalui pendekatan
politik dan militer pada negara-negara timur tengah. Selain itu membuat
perbandingan yang relatif berimbang terhadap sumber sumber energi yang ada
membuat ketergantungan sebuah negara terhadap satu sumber energi bisa
berkurang.
Pada kasus di Indonesia, sebenarnya
produksi yang ada dari tiap-tiap sumber utama energi yaitu minyak, gas alam,
dan batubara, telah melebihi dari konsumsi dalam negerinya. Produksi minyak
Indonesia yang sebenarnya melebihi konsumsi dalam negeri (produksi sepanjang
2004 berjumlah 55,1 juta ton lebih tinggi dibandingkan konsumsi yang 54,7 juta
ton) terpaksa sebagiannya harus lari ke pihak perusahaan pengelola yang nota
bene dimiliki oleh perusahaan asing (kontraktor Bagi Hasil/ KBH).
Data yang sedikit berbeda yang
dikeluarkan oleh kementerian ESDM dalam Blue Print Pengelolaan
Energi Nasional menunjukkan bahwa dengan kondisi produksi minyak saat ini dan
perjanjian bagi hasil yang sedang berlaku, Indonesia harus mengimpor minyak
mentah sebesar 487 ribu barel per hari dan produk minyak sebesar 212 ribu barel
per hari, melebihi besar ekspor minyak mentahnya sebesar 514 ribu barel
perhari.
Kondisi besarnya impor minyak inilah
yang membuat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh level 70
US$ per barel menjadi sangat memberatkan APBN di tahun 2005 lalu. Melihat
ketergantungan yang sangat tinggi dari minyak, sudah saatnya Indonesia
mengikuti pola kebijakan energi seperti yang dilakukan oleh Cina, Rusia ataupun
Perancis di mana sumber utama energi didapat dari sumber yang pasokannya stabil
baik ketersediaan di dalam negeri maupun harganya.
Optimalisasi penggunaan batubara dan
gas alam dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai bagian dari
kebijakan mix energi sesungguhnya segera bisa direalisasikan
untuk membuat ketahanan energi di Indonesia bisa lebih stabil. Untuk jangka
panjang, memfokuskan sumber energi non-fosil untuk dikembangkan secara
besar-besaran agaknya perlu dimulai sejak saat ini sebagaimana Jepang yang
sangat serius mengembangkan nuklir dan sel suryanya, atau Kanada yang
mengembangkan energi hidro secara besar-besaran.
Bab V : Amerika : Menjadi Cina Sehari Saja
(Tapi Jangan Lebih)
Sebuah Cina Yang Demokratis, Atau
Sebuah Banana Republik
Dunia
yang datar memungkinkan Cina untuk merayakan the end of history dimana
kapitalisme memberikan sebuah kenikmatan dari pencapaian teknologi, sains, dan
ekonomi. Dahulu Amerika memiliki visi untuk menglobalkan american way of
life. KFC, McD, dan ratusan gaya hidup full consumed mewabahi bumi.
Namun sekarang Amerika sadar bahwa ada kontradiksi di dalam gaya hidupnya.
Kontradiksi
yang berakhir kepada munculnya permasalahan-permasalahan seperti energy
poverty, biodiversity loss, dan food scarcity. Tapi, semua
sudah terlambat, dunia yang datar membuat american way of life menyebar
layaknya jamur. Negara-negara maju telat untuk merenungkan maksud dari filsuf
lingkungan Ernhe Naess, “High quality of life yes; high standard of living
mabye yes maybe no.“
Berbicara
konsumsi energi, AS memang rajanya. Mereka pun sebetulnya sadar, bahwa konsumsi
energi mereka 32 kali lipat rata-rata penggunaan energi masyarakat Kenya. China
segera menyusul AS. Pertumbuhan ekonominya yang mencengangkan tidak bisa
dinikmati dengan gratis. Dampak serius pada lingkungan (eksternalitas?), akibat
industri-industrinya yang rakus energi dan gemar mencemari lingkungan, sungguh
mengerikan. Pertumbuhan ekonominya telah mengantarkan jutaan orang China
menjadi makmur. Populasi kelas menengah tumbuh pesat di sana. Ini
membawa dampak serius lainnya yang tidak kalah mengerikan.
Sebagaimana
masyarakat AS, selain di China, tumbuhnya masyarakat kelas menengah di
berbagai belahan dunia, khususnya di negara-negara yang sedang bangkit
ekonominya, akan menyebabkan konsumsi meningkat tajam: bahan makanan
yang lebih banyak dan berkualitas, penyejuk udara, lemari pendingin,
mobil-mobil pribadi mereka, telfon genggam, mesin cuci, dan sebagainya. Daya
serap ekonomi mereka akan memaksa pembangunan industri besar-besaran, untuk
memproduksi makanan kemasan dan barang-barang itu. Barangkali tesis Malthus sedikit
meleset. Bukan bertambahnya populasi yang menyebabkan bumi kewalahan
menyediakan kebutuhan sehari-hari manusia, melainkan tumbuhnya masyarakat kelas
menengah yang masif di seantero jagat.
Karena
itu, Friedman, dalam banyak bagian di bukunya, mengingatkan “kesalahan”
masyarakat Amerika dalam memberikan contoh kepada seluruh dunia akan pola rakus
energinya. Friedman juga mengakui, bahwa mereka tentu tidak bisa melarang
masyarakat di belahan dunia lain untuk menghentikan pertumbuhan ekonomi mereka
dan menikmati gaya hidup a la Amerika.
III.
Analisis
Kelompok
Thomas
L. Friedman, yang telah melemparkan wacana sosial politik ekonomi yang segar untuk dunia setiap waktu, dalam "Hot, Flat, dan Crowded ia kembali
dengan strategi bertahan hidup gaya baru bagi masa depan yang dikenal sebagai
strategi utama dari Kode Hijau yang bertujuan untuk mengubah sistem yang lama
ke sistem "energi bersih".
Friedman percaya "Kode Hijau" adalah satu-satunya cara untuk
bertahan hidup di dunia ini.
Metode
yang berbeda untuk menafsirkan Kode Hijau Friedman. Jika seseorang mengamati
secara sederhana menyebutnya
"Revolusi Hijau." Jika seseorang mengambil pandangan yang luas
itu, itu adalah "Revolusi global." Dan bagaimanapun subjek revolusi harus 'Amerika,' dan Friedman
meyakini bahwa dunia akan berubah hanya jika Amerika melakukan perubahan
pertama. Di wajah buku itu, ia tampaknya dibaca lebih dekat mengungkapkan bahwa
buku ini diisi dengan pemikiran 'hijau' nya Friedman, yang sebenarnya tidak hijau tapi masih 'sentrisme
Amerika. " 'merah, putih, dan biru. "
Secara umum
lingkungan berarti
kondisi alam sekitar kita, terutama tentang tanah, air, udara, tumbuhan,
binatang, sinar matahari, dan lainnya yang mengisi planet bumi ini, atau
sebagian dari planet bumi yang berada di daerah tertentu. Lingkungan
hidup (life environment):Adalah lingkungan hidup di atas bola bumi sebagai
wadah (tempat) makhluk hidup itu berada. Lingkungan hidup di atas bola bumi itu
disebut wadah bagi hidup dan hidup itu merupakan isi dari lingkungan.Antara
wadah dan isi menyatu, selalu terdapat suasana dan kondisi yang berhubungan
secara utuh dan menyeluruh, yang dapat diartikan menjadi serba terhubung.
Keduanya tampak selaras, serasi, lengkap baik dari dalam maupun dari luar.
a. Asal Mula Timbulnya Masalah
Lingkungan Hidup
1) Diawali pada bulan April 1968,
sejumlah 30 orang ahli dari segala penjuru dunia berkumpul di Acadenua dei
Lincei, Roma atas undangan untuk membahas masalah lingkungan hidup.
2) pada akhir tahun 1960-an dan awal
1970- kekawatiran tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merusak lingkungan.
3) Juni 1972 di Stockholm (Swedia),
sejumlah 113 utusan negara dari badan dunia yaitu PBB hadir pada pertemuan yang
membicarakan masalah lingkungan hidup yang disebut dengan “UN Conference on
Human Environment” yang kemudian dikenal dengan “Stockholm Conference”, atau
“Hari Lingkungan Hidup dan ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1972.”
4) Begitu pula di Bali telah
dilangsungkan Konperensi yang berhubungan dengan Lingkungan hidup pada bulan
Oktober 1982 dan merupakan tindak lanjut dari Konperensi di Stockholm, yang
kemudian Indonesia mempunyai UULH.
5) Dewasa ini seluruh negara-negara di
dunia menganggap bahwa lingkungan hidup manusia sudah semakin terganggu dan
terus mengalami kerusakan, untuk itu masalah lingkungan hidup perlu mendapat
pemecahan dan penanggulangan serta pengelolaan secara serius. Pengelolaan
lingkungan mutlak perlu demi masa depan umat manusia sendiri.
Llingkungan
sekarang menghadapi, :
- Over population, too many people dan reproducing too quickly.
- Depletion (penipisan), eroding the basis life.
- Pollution (pencemaran), defilling the land, air, and water.
- The human failing (kemunduran), a crisis of spirit
Ada tiga unsur dasar lingkungan hidup
- wadah (the contour)
- isi (the content)
- tata laku (the conduct).
Antara
ketiganya selalu dalam satu perwujudan dan perikehidupan yang serba terhubung
yang laras, berimbang, lengkap, dan bulat. Perubahan salah satu unsur dasar
tersebut, maka akan timbul kelainan yang dapat menjadi gangguan, dan mungkin
menjadi ancaman. Hubungan ketiga
unsur lingkungan dapat dilihat dalam suatu sistem yang utuh, menyeluruh, laras, dan
berimbang sehingga dapat dikatakan bahwa tata-kehidupan di atas bola bumi
merupakan suatu sistem yang utuh menyeluruh. Dengan lain perkataan, antara hidup
sebagai isi dan lingkungan hidup sebagai wadah serta tata-kehidupan sebagai
tata-lakunya, terdapat suatu hubungan yang bersatu dan tidak tercerai-beraikan
(holistik).
b. Definisi Lingkungan Hidup : Lingkungan
yang dimaksud adalah suatu lingkungan dari perspektif ekologi yang berarti
semua isi alam dunia ini, yang manusia bisa menjalani kehidupannya. Konsep ini
lebih mengedepankan manusia sebagai unsur utama di dalam lingkungan. Atau sesuai dengan UULH NO. 23 1997 : Lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
c. Pengelolaan Lingkungan Hidup: Adalah
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan
- Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan
- Terkendalinya pemanfaatan secara bijaksana dan lestari sumberdaya.
- Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
- Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan.
- Terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara terhadap lingkungan.
IV.
Penutup
Langkah
yang bisa diambil untuk perbaikan lingkungan kita, sebagai negara kesatuan RI, dari buku tersebut diantaranya :
1. Menghindari Sengketa lingkungan
hidup : Perselisihan
antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
2. Membentuk Organisasi lingkungan hidup yang merupakan kelompok orang yang terbentuk atas kehendak
dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di
bidang lingkungan hidup.
3. Melakukan Audit lingkungan hidup yang merupakan proses evaluasi yang
dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat
ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan
standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan.
4. Melaksanakan Konservasi sumber daya alam dengan cara pengelolaan sumber daya
alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya
terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya
5. Mendukung Lembaga swadaya masyarakat yang merupakan organisasi yang
tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
6. Melakukan Pembangunan berwawasan lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkesibambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Daftar Pustaka
Thomas L
Friedeman, Hot,
Flat, And Crowded : Mengapa Dunia Butuh Revolusi Hijau Dan Bagaimana Cara
Memperbaharui Masa Depan Global Kita, gramedia, 2008
*Mahasiswa Program Pendidikan Manajemen Pendidikan (S3), UNJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar