Selasa, 22 Mei 2012

Catatan Seorang Mahasiswa yang Merindukan Tanah Air Indonesia

BEBERAPA minggu lagi insya Allah saya  akan  merampungkan program master bidang studi Islam di tempat yang begitu jauh dari Tanah air. Meski telah lama jauh dari tanah kelahiran, sesekali, saya membuka berita untuk melepas kangen dan rindu akan bumi pertiwi, Indonesia. Maklum saja sudah hampir 8 tahun saya berada di tanah Arab.

Hanya saja, setiap saya membaca berita di media, kegalauan dan kegundahan hati saya sering terus muncul.

Menurut saya, Indonesia hari ini sangat berbeda dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu, di mana ketika saya menghabiskan masa kecil di sebuah desa terpencil dengan literatur masyarakatnya yang lemah lembut.

Karena pekerjaan orangtua, saya pernah berpindah-pindah tempat. Bahkan pernah semasa sekolah dasar (SD), saya pindah tiga kali.  Tetap saja, di mana tempat saya temui, warga Indonesia orang yang ramah.

Catatan ringan ini bukan untuk cerita masa kecil, melainkan ingin memotret negeriku   sayang saya banggakan, yaa….dialah Indonesia. Sebuah bangsa yang bukan sekedar suku, ras atau golongan tertentu dan pada satu golongan saja.

Entahlah, setiap saya membaca berita di media, selalu yang disajikan membuat dahi ini mengkerut dan membosankan. Tapi itulah, tiap hari yang say abaca tetang Indonesia bukan berita-berita yang menggembirakan. Mengapa ya, media kita masih memakai  teori kuno berbunyi, “A Bad News is a Good News”. Saya sebenarnya merindukan sisi-sisi menarik negeriku yang patut dibanggakan. Dan saya yakin, itu sangat banyak.

Percaya tidak percaya, memang  fenomena demi fenomena itu hadir menghiasi hari-hari kita, fenomena para elit, kisruh Pilkada, tawuran antar warga, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, krisis moral, miskin toleransi dan lain sebagainya. Bahkan pelajar atau mahasiswa yang tawuran bisa-bisanya membawa pedang, seperti geng-geng yang saya temukan di film Hong Kong saja. Tapi itulah  potret bangsa kita hari ini.

Kadang saya berpikir apakah negeri ini harus hancur-lebur terlebih dahulu, sebagaimana saat dijajah oleh hegemoni Barat puluhan tahun silam? Lalu dengan itu, semua lapisan masyarakat kita dari berbagai unsur bersatu mengusir penjajah atas nama Indonesia tercinta?

Terlalu panjang jika harus bercerita negeri kita --negeri yang menurut saya-- sudah mulai banyak kehilangan jati diri dengan keramahtamahannya, lemah lembut dan lain-lain. Paling tidak, saya jadi teringat ucapan nenek  yang berpesan sebelum saya menimba ilmu di luar negeri,  “Nak, usahakan, jagalah hati orang,  jaga jangan sampai kita menyakiti hati orang sedikit pun,”  begitu pesan beliau.

Teringat  juga  pesan Rasulullah  betapa pentingnya kebajikan pada orang lain. Nabi mengajarkan murah senyum, ceria di saat bertemu dengan saudara, rekan, kerabat, handai taulan dan orang lain yang belum kita kenal.

Begitu mulianya Islam memanusiakan manusia dengan segala ajarannya yang lurus, tapi saying, kini kita  justru banting setir kembali ke zaman primitif. Maraknya kekerasan, perpecahan, kemiskinan yang merajalela ditambah kebodohan.

Saya hanya bisa memandang langit untuk saat ini dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’a, akankah Indonesia lebih baik dan lebih bermakna di hari-hari mendatang, ketika saya kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiran saya. 

Sambil merenung, saya teringat perangai lemah-lembut almarhumah ibunda. Paling tidak, melihat hiruk-pikuk dunia sekarang ini, saya  akhirnya bisa menangkap  pesan-pesan  tersirat yang dulu banyak kami peroleh darinya. Tidak jauh seperti pesan nenek saya tadi. Semoga.

Salam dari Maroko, negeri di penghujung Afrika.*

Ditulis: Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc

Profesor Psikologi Terkenal Belanda Palsukan Data Bertahun-tahun




 

Dunia pengetahuan Belanda dikejutkan dengan kasus penipuan yang dianggap terbesar dalam sejarah. Diederik Stapel, yang saat ini adalah mantan guru besar psikologi sosial, menyusun data-data dan penelitian palsu yang diterbitkan dalam puluhan artikel di majalah ilmu pengetahuan. Demikian lansir Radio Nederland (01/11/2011).

Guru besar psikologi Universiteit van Tilburg itu dinonaktifkan sejak awal September lalu, setelah ia terbukti menggunakan data palsu untuk publikasi ilmiahnya.

Hasil penyelidikan menunjukkan, Stapel, yang juga mengajar di Universiteit Groningen dan Universiteit van Amsterdam, ternyata mempublikasi tiga puluh tulisan di majalah ilmiah dengan data-data palsu. Saat ini penyelidikan juga dilakukan terhadap 130 artikel lainnya di majalah ilmiah dan 24 tulisan di buku-buku ilmiah.

Pim Levelt memimpin komisi yang menyelidiki kasus penipuan ini. Ia mengatakan kasus itu sangat besar, membingungkan dan merusak citra Belanda sebagai negara ilmu pengetahuan. Kasus ini tentu saja menarik perhatian dunia internasional.

Dibuang
Stapel antara lain terkenal di dunia sehubungan penelitiannya yang menyimpulkan bahwa orang yang mengkonsumsi daging akan menjadi lebih agresif. Selain itu ia juga menerbitkan artikel dalam majalah pengetahuan Science, soal eksprimen yang menyatakan orang cenderung melakukan tindak diskriminasi jika berada dalam lingkungan yang banyak sampahnya.

Sekarang penyelidikan-penyelidikan itu dan hasilnya bisa dibuang ke tempat sampah.

Para ilmuwan Belanda terkejut dengan skandal penipuan ilmiah ini. Universiteit Tilburg dan Groningen melaporkan kasus itu bersama. Sementara Universiteit van Amsterdam akan meninjau kembali apakah mereka mencabut gelar doktor yang diberikan kepada Stapel.

Terkejut
Ketua Persatuan Universitas Belanda, Sjibolt Noorda terkejut dengan besarnya skala kasus penipuan tersebut.

"Tak dapat saya mengerti, laporan yang baru diterbitkan tersebut, bahwa seseorang menipu secara sistematis. Ini bukan untuk waktu yang sebentar saja. Kejadian ini berlangsung selama bertahun-tahun dan ia melakukan eksperimen ini juga selama bertahun-tahun."

Stapel mempersiapkan penelitian bersama seorang asistennya dengan sangat cermat. Dan akhirnya membawa daftar pertanyaan seperti pengakuannya ke sekolah-sekolah. Beberapa pekan sesudahnya ia mempresentasikan penelitiannya itu di hadapan karyawannya. Jika ada seseorang yang menanyakan daftar pertanyaan itu, maka Stapel mengaku tidak memilikinya lagi, karena tidak bisa menyimpan semuanya.

Penyalahgunaan kekuasaan
Tapi penipuan Stapel tidak hanya mengenai hasil penelitian saja, kata penyelidik Levelt. "Stapel dengan kekuasaan yang dimilikinya mengintimidasi peneliti-peneliti muda. Jika ada seseorang yang terus bertanya-tanya maka ia mengatakan: 'Saya punya hak untuk dipercaya.' Namun yang lebih parah ia dapat berkata: 'Saya jadi ragu, apakah anda bisa mendapatkan promosi.'"

Menurut Levelt, penipuan hanya dilakukan oleh Stapel sendiri.

Komisi menyatakan para peneliti dan promovendi lainnya tidak terlibat atau tidak mengetahui tentang penipuan ini. Mengapa penipuan ini bisa berlangsung begitu lama? Komisi menyatakan terutama karena kerja Stapel yang rapih, manipulatif dan penyalahgunaan kekuasaan.

Namun universitas-universitas menyadari bahwa mereka juga kurang memperhatikan faktor-faktor ini. Diskusi pasti akan memanas. Karena bagaimana seseorang dapat melakukan praktek-praktek seperti itu dan tidak ada rekan kerjanya yang menyadari atau membongkar hal ini, dapat dikatakan memalukan dunia internasional.

Sementar itu Stapel sendiri menyesal. "Saya sadar, bahwa dengan kelakuan ini saya mengacaukan dan menimbulkan kemarahan di antara kolega dan memalukan dunia psikologi sosial. Saya malu dan saya menyesal," kata Stapel.

Ia juga menyatakan bahwa dirinya telah menerima bantuan untuk mencari tahu mengapa hal ini semua bisa terjadi.

Kaget
Farah Mutiasari Djalal, mahasiswa S2 Psikologi Sosial Universitas Tilburg asal Indonesia, mengonfirmasi bahwa para mahasiswa terkejut, kecewa sekaligus marah mendengar kabar penipuan Stapel. “Soalnya data-data yang dipalsukan Stapel dipakai oleh beberapa mahasiswa PhD dalam penelitian mereka,” tutur Farah. “Akibatnya, sejumlah kandidat PhD tertunda kelulusannya karena data mereka tidak shahih.”

“Dosen-dosen juga shock,” tambah Farah. “Mereka kecewa, nggak nyangka. Bahkan ada yang sampai menangis.” Toh, menurut Farah, dosen-dosen Universitas Tilburg lebih memilih bungkam jika mahasiswa — atau “pihak luar” – mempertanyakan kasus ini.

Kepercayaan

Untungnya, tidak ada mahasiswa Indonesia yang jadi korban. “Sampai sekarang sih, setahu saya, nggak ada mahasiswa Indonesia yang menggunakan data-data Stapel,” kata Inggar Larasati, kutip Radio Nederland (02/11/2011).

Inggar menyayangkan skandal ini, “Apalagi profesor Stapel kan lumayan terkenal di dunia akademis Belanda.”

Akankah ulah Stapel ini merusak kepercayaan mahasiswa asing terhadap sistem pendidikan Belanda? “Kalau dipikir-pikir sih, iya,” jawab Inggar. “Karena reputasi Universitas Tilburg yang sebenarnya bagus, jadi tercoreng skandal ini.”

Di lain sisi Inggar bangga skandal ini terbongkar. “Dan yang membongkar mahasiswa! Ini menunjukkan sisi positif dari dunia akademis Belanda: mahasiswa berani dan diberi ruang untuk mengkritik dosen mereka, dalam hal ini untuk membongkar penipuan seorang guru besar. Artinya, hampir tidak ada hirarki dalam sistem pendidikan di Belanda. ”*


SUMBER : http://www.hidayatullah.com/

Selasa, 01 Mei 2012

Perangkingan Webometrics pada Universitas Sedunia

Oleh : R.Priyoko Prayitnoadi, S.S.T., M.Eng*


Webometrics adalah salah satu dari beberapa macam jenis sistem perangkingan universitas di seluruh dunia dan Webometrics merupakan sistem perangkingan universitas sedunia berbasis website. 
Dari filosofinya webometrics sebetulnya berupaya untuk menggunakan website sebagai media promosi untuk mencerminkan secara keseluruhan tentang institusi kita. Cybermetrics Lab. di Spanyol adalah sebuah institusi yang secara rutin enam bulan sekali (Januari dan Juli) merilis hasil perangkingan menggunakan sistem ini. UBB sendiri ikut berpartisipasi sejak Juli 2010 dan hasilnya berfluktuatif setiap tahunnya, mulai dari rangking 86, 83, 80 dan turun ke 115 di Januari 2012 untuk perangkingan di lingkup Indonesia. Turunnya rangking UBB hampir diikuti oleh banyak universitas di Indonesia disebabkan karena penambahan peserta dan perubahan penilaian.

Terdapat 4 (empat) kategori penilaian dalam Webometrics ini
  • Size (S) merupakan jumlah halaman elektronik dalam suatu website universitas yang terindeks oleh 4 (empat) mesin pencari yaitu : Yahoo, Google, Live Search dan Exalead. Komponen ini mempunyai bobot 20% (versi 2012 adalah 10% dan hanya menggunakan mesin pencari dari Google)
  • Visibility (V) merupakan jumlah total tautan situs eksternal yang secara unik mencantumkan alamat website universitas dan terdeteksi Yahoo Search. Bobot untuk Visibility adalah terbesar dari semua kategori yaitu 50% (versi 2012 adalah tetap 50% dengan mengambil sumber dari Majestic dan SEO)
  • Rich Files (R) merupakan jumlah muatan file dalam suatu website universitas dan terindeks oleh Google. Ada 4 (empat) macam file yang masuk dalam kategori ini, pertama adalah Adobe Acrobat (*.pdf), PostScript (*.ps), Microsoft Word (*.doc) dan Microsoft Power Point (*.ppt). Kategori ini mempunyai bobot penilaian sebesar 15%.(versi 2012 adalah 10% dengan penambahan file yaitu docx, pptx, dan eps)
  • Scholar (Sc) merupakan jumlah publikasi elektronik baik berupa jurnal, academic report dan academic item lainnya dari suatu website universitas dan terindeks oleh scholar.google.com. Kategori ini mempunyai bobot 15% (versi 2012 adalah 30% dan dengan tambahan sumber yaitu Scimago IR)
Perangkingan Webometrics sendiri sudah dijadikan sebagai salah satu pencapaian kinerja universitas oleh Dikti. Perangkingan universitas melalui website bukan semata-mata menunjukkan kualitas universitas secara umum tetapi lebih kepada penunjukkan perubahan kualitas impak akademis yang ditunjukkan universitas melalui website, perubahan paradigma serta rekayasa ulang proses bisnis di berbagai institusi pendidikan, penelitian, perpustakaan dan layanan publik di berbagai Negara. Saat ini, misi utama yang didorong oleh lembaga-lembaga perangkingan berbasis web adalah peningkatan kiprah Open Archieve Initiative (OAI).

Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Isidro F Aguilo, Kepala Laboratorium Cybermatics di Spanyol pada acara Seminar Nasional Pemeringkatan Web Institusi pada akhir Februari 2012 lalu di IPB International Conventional Center, Bogor. Beliau merupakan penggagas Webometrics yang melakukan perangkingan terhadap lebih dari 12.000 universitas di dunia. Dalam kesempatan tersebut pada sesi akhir diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi langsung dengan beliau. Isidro F Aguilo berlatar belakang pendidikan Biologi tetapi mempunyai minat yang kuat terhadap masalah website institusi pendidikan yang berkembang secara eksponensial yang menaruh perhatian beliau untuk mengukurnya melalui pendekatan kuantitatif. Tidak hanya itu, beliau mendukung terlaksananya Open Access Initiatives untuk mengukur sejauh mana negara-negara berkembang berkontribusi baik secara formal maupun non formal di dalam masyarakat ilmiah internasional. Meski demikian masih banyak kendala untuk mewujudkannya, salah satunya bagaimana menciptakan suasana akademik yang baik tanpa terdengar kasus-kasus plagiarisme yang sebenarnya, menurut Isidro, bila itu terjadi merupakan masalah hukum dan diselesaikan di kepolisian. Beliau juga mengatakan bahwa ada 5 universitas di Amerika Selatan yang di blacklist dari perangkingan Webometrics karena berkaitan dengan masalah plagiarisme tersebut.

*Wakil Rektor III Bidang Pengembangan, Sistem Informasi & Kerjasama UBB

Ujian (Nasional) Kejujuran

oleh :

Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc (Dosen FPPB UBB)




"Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel"


MENDIKBUD M Nuh di sebuah stasiun televise swasta beberapa hari lalu, menyatakan bahwa kebocoran soal UN merupakan persepsi, dan 75 persen siswa terdorong untuk mempersiapkan diri belajar lebih keras karena UN ini, dan berita dari Kemendikbud menyebut 58 persen siswa mengalami stress karena pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK tahun ini.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelulusan 100 persen menjadi target dan pengukur keberhasilan kinerja dinas pendidikan kabupaten/kota. Beberapa pengamat pendidikan mencatat upaya mencapai harapan itu di beberapa daerah dilakukan melalui proses yang tidak mendidik. Kejujuran pelaksanaan di sebagian daerah ditengarai tidak dijunjung tinggi. Sebagian pendidik dan orang tua di beberapa daerah yang menyesalkannya. Pendidikan, yang mengikuti pengajaran guru, selama hampir tiga tahun dengan penerapan kedisiplinan, ketekunan, dan kejujuran, tiba-tiba menjadi tidak berarti di akhir masa pendidikan dan pengajaran.

Prosedur standar pengawasan

Setiap ruang ujian diawasi oleh dua orang pengawas ruang yang berasal dari sekolah lain atau pengawas silang. Pengawas ruang menjelaskan ke siswa 15 menit sebelum pelaksanaan ujian dan mengingatkan pentingnya penulisan data pribadi, kode sekolah, dan mengingatkan untuk tidak membawa alat elektronik kedalam ruang, melakukan dengan jujur dan mengingatkan akan berakhirnya waktu ujian, lima menit sebelum berakhir. Pada UN SMA/MA dan SMK yang baru lalu, terdapat satu orang pengawas satuan pendidikan dari perguruan tinggi. Selain pengawas ruang dan siswa, orang lain tidak diperkenankan masuk, dan karenanya tulisan “Dilarang masuk selain peserta ujian dan pengawas” Ditempel di bagian depan setiap ruang.

Pengawas ruang tidak diperkenankan membawa telpon seluler. Di dalam POS tertulis sanksi bagi siswa dan pengawas ruang yang melanggar. Selain itu, untuk menghindari menyontek terdapat lima tipe soal: A, B, C, D, E, unutk SMA/MA dan SMK atau empat untuk SMP/MTs di setiap pelaksanaan ujian. Dan setiap hari, denah tipe soal yang disediakan menyertai soal ujian, berubah. Perubahan denah tempat duduk disebutkan menyebabkan kegelisahan siswa terutama pada hari pertama penyelenggaraan UN.

Kelancaran dan keamanan pelaksanaan ujian dipantau oleh satuan pengawas pendidikan atau lebih dikenal dengan pengawas independen dan petugas dari kepolisian sektor terdekat.

Namun demikian pada pelaksanaan UN SMA/MA dan SMK minggu lalu, dilaporkan adanya temuan penggunaan HP oleh segelintir siswa di sebuah daerah di Pulau Sulawesi. Padhal HP disebut dilarang dan semestinya selalu disampaikan lima menit sebelum pelaksanaan ujian oleh guru pengawas ruang. Alat elektronik dilarang dibawa masuk oleh siapapun termasuk guru pengawas ruang sesuai di POS (prosedur operasional standar) UN Tahun 2012. Cara klasikal yang tidak mandiri alias kerjasama atau KS istilah gaulnya, beresiko kelihatan, namun tidak tertutup kemungkinan masih menjadi pilihan yang jitu di sebagian sekolah di sebagian daerah. Namun perlu juga mencermati komentar berita tv swasta diatas yang menuliskan bahwa "guru diam saja". Karena duduk di depan, bisa saja tidak meragukan gerak-gerik yang mencurigakan, atau tidak tertutup kemungkian “pembiaran”. Pengawasan ruang guru oleh yang bukan dari sekolah yang bersangkutan, pengawasan silang, dimaksudkan untuk menghindari kerjasama antara guru pengawas ruang dan siswa dalam bentuk pembiaran pencontekan.

Pemicu kekurangan

Tingkat kelulusan 100 persen adalah alasan klasik. Dengan komposisi gabungan nilai rapot untuk mata pelajaran yang diuji secara nasional dan ujian sekolah (US) sebanyak 40 persen dan UN 60 persen, siswa telah menabung nilai demi kelulusannya. Faktor lain yang berkembang kemudian adalah, selain tingkat kelulusan juga nilai UN yang tinggi. Ada target bahwa perbedaan nilai antar siswa semakin kecil. Tentu adalah bangga bagi suatu sekolah jika terdapat siswa yang memperoleh nilai UN tertinggi. Target yang semestinya menjadi salah satu motivasi bagi sekolah untuk membekali siswa lebih baik dan siap dalam UN, tidak jarang berujung pada upaya membantu siswa dalam pelaksanaan ujian. Pembentukan karakter menjadi salah satu cirri pendidikan akhirnya menjadi impian saja. Pengalaman siswa dengan kondisi demikian secara bersama-sama dengan teman sekelas, dengan teman se sekolah, dan dengan teman semua sekolah lain di daerahnya, dan di daerah dan di kabupaten dan provinsi lain akan menanamkan keyakinan yang salah bagi siswa-siswa. Tindakan yang dilakukan oleh sebagian guru pengawas, dan/ atau pengawas satuan pendidikan, dan/ atau pihak-pihak lain pada kondisi seperti ini tentu akan diamini siswa sebagai hal yang positif, suatu bentuk tanggung jawab dan solidaritas pihak lain yang tinggi, dan celakanya jika diakui sebagai bentuk kegiatan yang mulia.

Evaluasi Nasional

Jika UN 2012 berjalan dengan jujur, maka nilai UN mampu menjawab pertanyaan seberapa besar perbedaan pengajaran yang dilakukan diseluruh negeri. Data ini tentunya diperlukan sebagai bekal peningkatan sebagian sekolah di sebagian daerah. Banyak manfaat yang dapat dipetik baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, sekolah dan masyarakat sekitar dalam peningkatan pengajaran di sekolah- sekolah yang belum memenuhi standar yang ada. Namun jika data yang diperoleh tidak benar, para pemangku kepentingan, termasuk perusahaan dan masyarakat luas tidak dapat berperan serta dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran dengan jitu pada sekolah yang seharusnya membutuhkan. Keberadaan pengawas satuan pendidikan pun tidak akan berarti banyak dalam upaya mendukung tingkat kejujuran UN sekurang-kurangnya tanpa komitmen dari guru pengawas ruang, dan pihak sekolah.

Uji petik yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA dan Kejuruan, Kemendikbud pada pelaksanaan UN di Babel minggu lalu dapat menjadi salah satu solusi untuk memotret tingkat pendidikan dan pengajaran apa adanya di Babel, asalkan mempertimbangkan sampling yang mewakili seluruh propinsi. Contoh harus mewakili lokasi sekolah, kecamatan, kabupaten, sekolah negeri dan swasta, dan jumlah minimal ulangan kelas, program IPA dan IPS untuk SMA, dan selama empat hari pelaksanaan ujian. Pengambil sampel harus dapat memotret secara keseluruhan selama pelaksanaan ujian termasuk kepatuhan terhadap rambu-rambu yang ada baik untuk siswa, pengawas ruang, pengawas satuan pendidikan, dan sekolah.

Sekalipun tidak dapat di generalisir beberapa kejadian yang sempat menjadi berita utama disurat kabar saat pelaksanaan UN tahun ini, cukup dimengerti keraguan beberapa pimpinan universitas akan peran UN sebagai salah satu pengganti ujian masuk perguruan tinggi yang pernah menjadi berita hangat beberapa waktu lalu.

Campus Talks! Bapos, Jumat (27/04/2012)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *