Sabtu, 20 November 2010

PILIHAN SULIT

Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu. Disaat menuju jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa dan mahasiswinya: “Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”
 
Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.
 
DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis. Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.
 
DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda paling tidak penting ! Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.
 
DOSEN: Silahkan coret satu lagi! Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.
 
DOSEN: Silahkan coret satu lagi ! Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.
 
Sampai pada akhirnya di atas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya. Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua
 
Mahasiswa dan mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka (para mahasiswa atau mahasiswi) mengira sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu. Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata, “Silahkan coret satu lagi!”
 
Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.
 
DOSEN: Silahkan coret satu lagi!
 
Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.
 
Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan?
Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di jawabnya.
 
Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”

SEBENARNYA, KEHIDUPAN BAGAIKAN BAWANG BOMBAI, JIKA DIKUPAS SESIUNG DEMI SESIUNG, ADA KALANYA KITA DAPAT DIBUAT MENANGIS

=================================================
Sumber artikel, dari buku:
Sudarmono, Dr.(2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi. Yogyakarta: Idea Press. Volume 2. Hal. 285-287. ISBN 978-6028-686-938.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *