Sabtu, 23 Maret 2013

Perkembangan Filosofi dan Teori Sistem Dalam Prespektif Keilmuan



 oleh Ragil Tugiman & Agus Rohiman *

A.   Pendahuluan
  Berbagai permasalahan besar dan kompleks yang dihadapi pemerintah atau masyarakat baik yang menyangkut masalah Agama, Politik, Ekonomi, Social, Budaya, Pertahanan, Keamanan, dan sebagainya, bila diperhatikan secara seksama masalahnya memang selalu saling terkait satu sama lain atau tidak ada yang berdiri sendiri. Demikian pula berbagai masalah yang terjadi di luar negeri, ternyata langsung ataupun tidak langsung juga mempunyai pengaruh dengan masalah dalam negeri, apalagi dalam era globalisasi ini. Contoh-contoh yang menunjukkan bahwa berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan itu saling terkait atau berhubungan satu sama lain, memang banyak sekali. Salah satu contoh misalnya dalam masalah bidang pendidikan, ternyata sangat terkait dengan masalah kesejahteraan, lapangan kerja, kependudukan, industry, ekonomi, Teknologi, transfortasi dan lain-lain.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dalam menghadapi lingkungan yang semakin komplek terutama pada era globalisasi yang berdampak terhadap meningkatnya tuntutan kemampuan bersaing bagi setiap bangsa atau Negara agar dapat tetap bertahan atau lebih maju, maka kemampuan pendidkan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah serta kemampuan manajerial yang efektif bagi setiap pimpinan atau manajer dari suatu organisasi yang besar, menjadi suatu tuntutan yang harus dikuasai dengan baik.
Dengan menyadari bahwa setiap masalah itu tidak berdiri sendiri dan selalu terkait dengan atau berhubungan dengan masalah lain, maka berarti jika kita memecahkan masalah yang satu pasti akan berdampak terhadap masalah yang lain. Sebagai contoh misalnya kita lihat bahwa upaya untuk menekan harga kendaraan agar agar dapat terjangkau oleh banyak orang, pada gilirannya akan meningkatkan jumlah kendaraan di jalan raya dan jika hal ini tidak diikuti dengan penambahan ruas jalan maka kemacetan lalu lintas akan semakin parah.
Mengingat hampir tidak ada suatu masalah yang berdiri sendiri, maka semua pimpinan atau manajer yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi diharapkan perlu menggunakan pendekatan yang menyeluruh dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam menentukan tujuan, mengalokasikan sumber daya, dan membuat perencanaan. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan harus memperhatikan semua faktor yang terkait dan keputusan yang diambil harus ditekankan kepada upaya untuk mencapai kinerja dari keseluruhan (sistem) organisasi bukan hanya kinerja dari salah satu bagiannya. Peter Senge (1990) berkaitan dengan masalah ini pernah mengingatkan bahwa kita harus melihat hutannya jangan hanya pohon ke pohon. Artinya dalam menghadapi suatu persoalan kita jangan hanya memperhatikan detailnya tetapi juga kedudukan persoalannya dalam persepektif yang lebih luas. Dalam hal ini pendekatan sistem merupakan suatu metodologi yang akan dapat menjawab kebutuhan tersebut.
          Pada perkembangannya Maning perdana menteri Kanada menulis tentang ‘’Pendekatan Sistem’’ dan dalam platform politiknya menyatakan :
Sebuah hubungan timbal balik ada di antara semua elemen dan para pemilih dari masyarakat. Faktor-faktor yang utama dalam masalah-masalah umum, kebijakan-kebijakan, keputusan-keputusan, dan program-program haruslah selalu dipertimbangkan dan dievaluasi sebagai ketergantungan antar komponen dari seluruh sistem.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada makalah ini kami hanya akan membahas masalah perkembangan filosofi, dan teori sistem dalam perspektif keilmuan.

B.  Sejarah Perkembangan Teori Sistem
            Kata Sistem dalam maknanya di sini, memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri kembali ke Plato (Philebus), Aristoteles (Politik) dan Euclid (Unsur). Sistem pada saat itu berarti "total", "orang banyak" atau "serikat" pada zaman kuno, karena berasal dari kata kerja sunìstemi, menyatukan, menempatkan bersama-sama. "Sistem" berarti "sesuatu untuk melihat". Dalam filsafat, sebelum Descartes, tidak ada kata "sistem". Plato tidak memiliki "sistem". Aristoteles tidak memiliki "sistem".[1]  Pada abad ke-19 yang pertama kali mengembangkan konsep "sistem" dalam ilmu alam adalah fisikawan Perancis Nicolas Leonard Sadi Carnot yang belajar termodinamika. Pada tahun 1824 ia mempelajari sistem yang ia sebut substansi kerja, yaitu struktur uap air, di mesin uap, dalam hal kemampuan sistem untuk melakukan pekerjaan ketika panas diterapkan untuk itu. Substansi kerja dapat dimasukkan ke dalam kontak dengan baik boiler, reservoir dingin (aliran air dingin), atau piston (yang diterima oleh tubuh pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan mendorong di atasnya). Pada tahun 1850, fisikawan Jerman Rudolf Clausius umum gambar ini untuk memasukkan konsep lingkungan dan mulai menggunakan "Struktur yang bekerja" istilah tersebut mengacu ke sistem.
            Salah satu pelopor dari teori sistem umum adalah ahli biologi Ludwig von Bertalanffy. Pada 1945 ia memperkenalkan model, prinsip, dan hukum yang berlaku bagi sistem umum atau subclass mereka, terlepas dari jenis khusus mereka, sifat dari unsur-unsur komponen mereka, dan hubungan atau 'kekuatan' di antara mereka. Perkembangan yang signifikan dengan konsep sistem dilakukan oleh Norbert Wiener dan Ross Ashby yang memelopori penggunaan matematika untuk mempelajari sistem. Pada 1980-an sistem adaptif kompleks jangka diciptakan di Santa Fe Institute interdisipliner oleh John H. Holland, Murray Gell-Mann dan lainnya.[2]
            Teori Sistem  umum hadir pertama kali di dahului dengan adanya teori cibernatika, sistem keteknikan dan bidang pengetahuan yang saling berhubungan. Pengertian sistem mempunyai sejarah panjang, walaupun kondisi sistem tidak mengutamakan sejarah dari pengertian yang meliputi banyak nama dan ilustrasi. Nicolas dari cusa’s Deludo globy, Bertalanffy dan Hermann Hasse’s Glasperlenspiel yang mengamati bahwa pengerjaan dunia di refleksikan dalam sebuah desain yang cakap dan permainan yang abstrak. Menurut Kohler sebuah  teori sistem dimaksudkan untuk lebih mengerjakan sifat yang paling umum seperti properti organik daripada sistem organik untuk satu derajat, permintaan ini dipenuhi dengan teori sistem terbuka.
            Kemampuan mengerjakan disebabkan oleh berbagai perkembangan teoritis baru, epistemologis, matematis dan lain–lain. Dalam hubungannya dengan pekerjaan eksperimen pada metabolisme dan pertumbuhan pada satu sisi dan sebuah usaha untuk mengkongkretkan sebuah program organismik pada sisi yang lain, teori sistem terbuka adalah sebuah lanjutan berdasar pada fakta yang biasa bahwa organisme adalah suatu sistem terbuka. Seiring dengan perkembangan waktu keberadaan teori sistem  mulai di perhitungkan, kemudian ada usaha untuk menginterpretasikan ilmu pengetahuan dan teori yang sebelumnya belum pernah dilakukan, dan generalisasi yang lebih tinggi daripada yang terdapat pada ilmu pengetahuan khusus. Teori Sistem  umum ditanggapi sebagai sebuah trend rahasia dalam berbagai disiplin. Teori sistem sering diidentikkan dengan teori cybernatika dan control, hal ini tentu saja tidak benar. Sebab Cybernatika adalah berpikir kesisteman yang beranggapan bahwa manusia dan masyarakat  dapat dipahami melalui kajian terhadap pesan fasilitas komunikasinya. Pemahaman akan peran umpan balik dan dampaknya merupakan titik sentral dari pembahasan teori sistem, Konsep kotak hitam (black box) dan negative fedd back yang  dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki suatu sistem yang kompleks seperti organisasi, banyak dibahas dalam ilmu ini. Cybernatika merupakan sebuah bagian dari sebuah teori  sistem  umum dan sistem merupakan kasus spesial yang penting dari teori sistim.
B. Tinjauan Umum Teori Sistem
            Upaya mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi perilaku organisasi umumnya berasal dari teori sistem. Seorang biolog Ludwig von Bertalanffy menyatakan bahwa teori sistem dapat dianalogikan dengan sistem yang ada pada organisme. Organisme sel itu terdiri atas sel-sel, dan sel-sel membentuk suatu molekul. Tiap bagian yang ada membentuk sistem yang terintegrasi dan terdiri dari struktur yang saling bergantungan dan bekerja secara harmonis. Tiap molekul tahu tugas masing-masing dan harus dapat bekerjasama serta memenuhi aturan yang ada. Hukum keteraturan merupakan konsep yang bersifat menyeluruh. Ide tentang keteraturan merupakan ide dasar dalam memahami dan menganalisis situasi yang kompleks.
            Teori sistem memiliki dua konsep dasar yaitu pertama, konsep subsistem yang melihat hubungan antar bagian sebagai hubungan sebab akibat. Konsep kedua memandang sebab jamak (multiple causation) sebagai hubungan yang saling berkaitan yakni tiap bagian merupakan kompleks (kumpulan) yang tiap faktornya saling berkaitan.[3]
            Teori Sistem Sosial; Teori Peran, Konsep Peranan dan hubungannya dengan Teori Sistem Sosial. Ada dua pola sistem yakni open system (sistem terbuka) dan closed system (sistem tertutup) dalam konteks hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal. Suatu sistem adalah “terbuka”, jika mempunyai transaksi dengan lingkungan mana ia berada. Transaksi antara suatu organisasi dengan lingkungannya mencakup “input” dan “output”. Input biasanya dalam bentuk informasi, energi, uang, pegawai, material dan perlengkapan yang diterima organisasi dari lingkungannya. Output organisasi pada lingkungannya dapat berbentuk macam-macam tergantung pada sifat organisasi[4] Hubungan pada tiap aspek input dan output yang ada di sekolah dengan lingkungan yang lebih luas merupakan suatu interaksi yang membentuk siklus yang tiada akhir.
            Konsep input-output sering disebut sebagai model linear, yaitu teori yang menjelaskan bagaimana sistem dapat dijelaskan dalam konteks dunia nyata. Suatu teori yang beranjak dari konsep umum ke khusus yang tampak logis, rasional dan teratur berupaya untuk mencari jawaban terhadap upaya menghubungkan nilai input dan nilai output sehingga menghasilkan efisiensi biaya. Dalam konteks sekolah, siswa dan guru berupaya mencapai tujuan formal sekolah dengan keyakinan, tujuan dan harapan. Mereka akan mematuhi hukum, aturan dan disiplin agar dapat mempertahankan diri daripada memikirkan komitmen yang tidak jelas. Pendekatan lain dalam memahami organisasi sekolah dan perilaku anggotanya adalah dengan berfokus pada apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini berpusat pada proses yang terjadi di dalam yaitu sistem organisasi yang dipandang sebagai sistem total dari konteks yang menggambarkan seluruh pola yang ada.  Organisasi sebagai sistem yang menciptakan dan menjaga lingkungan didalamnya memuat interaksi manusia yang kompleks (baik antar individu maupun dalam kelompok). Organisasi sekolah, misalnya, harus dipandang sebagai hubungan antara perilaku manusia dan konteksnya. Dengan demikian, perilaku organisasi difokuskan pada sekolah sebagai suatu sistem.
            Andrew Halpin dan Don Croft meneliti tentang iklim sekolah yang berfokus pada karakteristik internal organisasi sekolah yang seakan terpisah dari pengaruh lingkungan. Hal ini akan memudahkan peneliti karena memisahkan unsur lingkungan sekolah dengan konteks yang lebih luas.
            Organisasi dengan sistem terbuka dapat digambarkan seperti fenomena nyala api lilin, sinar yang dipancarkannya akan memengaruhi kondisi lingkungan di sekelilingnya. Daniel Griffiths mengatakan bahwa organisasi (sistem) berada dalam lingkungan (suprasistem) yang didalamnya memuat pula sub sistem (perangkat administrasi dalam organisasi). Batasan antar sub sistem dibuat dengan garis putus-putus yang berarti antar bagian dapat saling menembus (permeable). Antara subsistem yang terlibat dapat saling mempengaruhi lewat hubungan yang interaktif dan adaptif antar komponen. Masalah yang terjadi pada satu bagian dapat menjadi ancaman terhadap fungsi keseluruhan. Adapun karakteristik dari sistem tertutup adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk bergerak mencapai suatu keseimbangan dan entropi yang statis. Sifat ini menunjukkan adanya kebekuan atau tepatnya keseimbangan yang beku. Istilah entropi aslinya dipergunakan dalam ilmu-ilmu fisika. Ia mempunyai pengertian dipergunakan pada setiap sistem yang tertutup dengan tidak adanya potensi berikutnya untuk membangkitkan daya kerja atau usaha transformasi[5]
Teori Peran
            Erving Goffman menganalogikan situasi kehidupan sehari-hari dengan peran di panggung ketika menganalisis perilaku interpersonal manusia dalam organisasi. Tiap organisasi harus mengartikan peran individu yang terlibat yang dipengaruhi oleh interaksi dinamis dengan orang lain. Seperti aktor dan penonton, peran yang dijalani oleh pimpinan, misalnya dibentuk oleh harapan atasannya dan juga oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain (direktur dan orang lain) bertujuan untuk mengontrol situasi dan organisasi agar orang-orang yang terlibat berperilaku seragam (conform).
Adapun beberapa istilah mengenai peran ini sebagai berikut;
  1. Peran adalah konsep psikologis tentang perilaku yang timbul dalam interaksi dengan manusia lain. Tiap posisi membawa harapan tertentu bagi pelaku dan organisasi lain.
  2. Deskripsi peran, yaitu perilaku aktual yang ditunjukkan. Lebih tepat lagi berkaitan dengan lagi persepsi seseorang tentang perilaku yang harus dijalankan.
  3. Peran preskriptif merupakan ide abstrak tentang norma umum yang terdapat dalam budaya tentang peran yang diharapkan.
  4. Harapan peran, yaitu harapan orang lain terhadap peran yang harus dijalankan orang lain, misalnya guru terhadap kepala sekolah, kepala sekolah terhadap guru. Jika mereka berinteraksi artinya mereka memiliki harapan peran yang saling melengkapi (bersifat komplementer).
  5. Persepsi peran, merupakan persepsi yang dimiliki seseorang terhadap peran yang seharusnya dilakukan orang lain.
  6. Peran manifes (nyata) dan peran laten, hal ini berasal dari kenyataan bahwa seseorang mempunyai lebih dari satu peran. Peran manifes merupakan peran yang ditunjukkan, lainnya akan menjadi peran laten.
  7. Konflik peran. Hal ini dapat terjadi dan merupakan sumber dari kinerja yang tidak baik. Contoh nyata dari konflik peran yaitu dua orang tidak mampu untuk membangun hubungan yang memuaskan secara timbal balik. Hal ini bisa berasal dari banyak sebab, yang menimbulkan kebingungan antara harapan peran dan persepsi peran. Konflik peran juga dapat terjadi pada individu yang sama: harapan peran berkonflik dengan kebutuhan pribadi misalnya konflik peran pada kepala sekolah .
  8. Ambiguitas peran. Hal ini dapat terjadi ketika preskripsi peran mengandung elemen yang kontradiktif atau kabur.
            Sebagai contoh hal ini dapat dilihat pada perbedaan kerja antara bidang administrasi dan supervisi. Supervisor sering merasa memiliki otoritas hirarki di atas guru. Mereka terkadang harus melawan perannya saat harus melatih dan menghilangkan otoritasnya terhadap guru. Konflik peran dapat menimbulkan tekanan dan ketidakpastian, yaitu suatu ketidakkonsistenan dalam perilaku. Hal ini berdampak pada perilaku yang tidak bisa diprediksi dan tidak bisa diantisipasi terutama bila terjadi tekanan atau konflik interpersonal. Orang yang berada pada situasi ini akan menjadi tidak mampu menghadapi situasi tersebut. Menghadapi situasi yang demikian kadang dilakukan dengan penghindaran, misalnya menghindari diskusi dengan obrolan-obrolan biasa yang tidak penting.
C.     Trend dalam Teori Sistem
            Ketika hal baru di serukan sebagai sesuatu yang revolusioner banyak orang memakai istilah ini untuk menandai perkembangan ilmu pengetahuan.Revolusi adalah proses menjebol tatanan lama sampai ke akar-akarnya, kemudian menggantinya dengan tatanan yang baru. Begitu juga yang di maksud dengan revolusi ilmu pengetahuan  atau revolusi sains muncul jika paradigma yang lama mengalami krisis dan akhirnya orang mencampakkannya serta mencita-gunakan paradigma yang baru yang sekiranya lebih rasional dan logis.
 Menurut pendapat Kuhn revolusi ilmu pengetahuan ditentukan  oleh adanya paradigma yang mengakibatkan perubahan konsep, sehingga ilmu pun terus berubah. Peran paradigma dalam perkembangan ilmu penetahuan sangat  penting, karena paradigma itulah yang menjiwai sebuah konsep. Dalam hal ini masalah sistem merupakan hal yang penting dalam pembatasan masalah pada prosedur analisis ilmu pengetahuan. Aplikasi prosedur analisis tergantung pada dua kondisi yang pertama interaksi antara bagian yang tidak ada atau cukup lemah untuk dibiarkan dalam tujuan penelitian tertentu. Yang kedua dalam hubungannya dengan menerangkan perilaku bagian haruslah linier.
 Teori Sistem  Klasik
Teori Sistem Klasik menambahkan  matematika klasik seperti kalkulus dengan tujuan untuk menyatakan prinsip yang digunakan pada sistem umum atau sub kelas yang ditentukan  (misalnya, sistem tertutup dan sistem terbuka), untuk menyediakan teknik dalam penelitian dan deskripsi, serta untuk menerapkan kasus-kasus konkret Karena sifat umum dari deskripsi tersebut. sehingga dapat dinyatakan bahwa sifat formal tertentu akan berlaku untuk setiap entitas sistem   ( sistem terbuka, atau sistem hirarkis, dll). Berbagai teori pendukungpun bermunculan untuk melengkapi pengaplikasian teori sistem umum antara lain : Teori Bagian, Teori Set, Teori Grafik, Teori Jaringan, Cibernetika, Teori Informasi, Teori Automata, Teori Permainan, Teori Keputusan, dan Teori Pengantrian.
Arti Teori Sistem Umum
            Ilmu modern dikarakterkan oleh spesialisasinya yang pernah meningkat, diharuskan dengan banyaknya jumlah data, kompleksitas tehnik dan struktur teoritis di semua bidang. Pada acara ini, kita merumuskan disiplin ilmu baru yang disebut “Teori Sistem Umum”. Pemikiran teori ini mengenai pembangunan model teoritis model kesisteman yang dasarnya terletak  diantara teori umum matematika murni dan teori disiplin ilmu tertentu. Pada teori sistem umum, subjek masalahnya adalah pada perumusan dan derivasi prinsip-prinsip yang valid untuk “sistem” secara umum. Arti disiplin ini dapat dikondisikan sebagai berikut : Fisika dihubungkan dengan sistem level-level generalitas yang berbeda. Ini diperluas dari sistem yang agak khusus, seperti yang diaplikasikan oleh insinyur pada konstruksi jembatan atau mesin, pada hukum khusus disiplin ilmu fisika seperti mekanik atau optik; pada hukum generalitas besar seperti prinsip termodinamika yang diaplikasikan pada sistem yang berbeda sifatnya secara intrisik, mekanik, kalorik, kimia atau yang lain. Dengan mendefinisikan konsep sistem, kita akan tahu bahwa model, prinsip dan hukum yang ada itu diaplikasikan pada sistem yang digeneralkan yang mengabaikan jenis, elemen dan “kekuatan” khusus yang terlibat.
Tujuan Teori Sistem Umum
            Teori sistem umum merupakan keseluruhan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai konsep yang semimetafisik dan tidak jelas. Dalam bentuk yang berelaborasi ini akan menjadi disiplin logis matematika secara formal tetapi dapat di aplikasikan pada berbagai ilmu empiris karena berhubungan dengan ‘’keseluruhan yang teroganisir’’ ini akan menjadi signifikasi yang hampir sama dengan yang dimiliki teori probabilitas untuk ilmu yang berhubungan dengan ‘’peristiwa kesempatan’’ yang berikutnya juga adalah disiplin matematika formal yang dapat diaplikasikan pada bidang yang paling berbeda, seperti termodinamika, percobaan biologi dan medis, genetik, statistik asuransi hidup dan sebagainya. Indikasi tujuan teori sistem umum, adalah sebagai berikut :
1. Ada tendensi umum melalui integrasi dalam berbagai ilmu alam dan sosial.
2. Beberapa integrasi nampaknya menjadi pusat dalam teori sistem umum.
3. Menjadi sarana penting untuk membidik pada teori yang tepat dalam bidang  ilmu pengetahuan nonfisik
4. Mengembangkan prinsip kesatuan yang dijalankan secara vertikal melalui universalnya ilmu individu, teori ini membawa kita lebih dekat pada tujuan kesatuan ilmu.
5. Lebih mengarah pada dibutuhkannya integrasi dalam pendidikan ilmiah.
 Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup
Fisika konvensional hanya berkenaan  dengan sistem tertutup,  yang terisolasi terhadap lingkungan. Dalam teori kimia fisis dijelaskan reaksi-reaksi, rata-rata dan kesetimbangan kimia yang ditetapkan dalam bejana tertutup dimana sejumlah reaktan dijadikan satu. Hukum termodinamika menyatakan bahwa hukum tersebut hanya diterapkan pada sistem tertutup saja. Sedangkan setiap organisme yang hidup pada dasarnya merupakan sistem yang terbuka. Mereka mempertahankan diri dalam sebuah pemasukan dan pengeluaran yang berkesinambungan, pembangunan dan kerusakan komponen-komponen, tidak pernah selama hidupnya berada dalam kesetimbangan kimiawi dan termodinamis, tapi tetap berada dalam sebuah keadaan tetap yang berbeda jauh dengan keadaan sebelumnya. Perumusan fisika yang terjadi tidak dapat dipakai oleh organisme hidup dengan sistem terbuka dan keadaan tetap, dan kita juga bisa menduga bahwa karakteristik sistem kehidupan yang beraneka ragam berlawanan asas dalam pandangan hukum-hukum fisika yang merupakan sebuah konsekuensi dari fakta ini.
Hubungan Sebab Akibat dan Teleologi
            Tujuan ilmu pengetahuan sepertinya menjadi analitis yaitu pemecahan realitas menjadi unit-unit yang lebih kecil dan isolasi deretan hubungan sebab akibat yang inidvidualis. Karakteristik ilmu pengetahuan modern yang dipolakan menjadi unit-unit yang dapat dijauhkan dari hubungan sebab akibat telah terbukti tidak mencukupi, oleh sebab itu realitas dalam semua bidang ilmu pengetahuan, gagasan seperti keseluruhan, holistik, organisme, gestalt dan sebagainya, semuanya menandakan bahwa kita harus berfikir dalam terminologi sistem-sistem elemen dalam interaksi satu sama lain.
            Sama halnya, gagasan teologi , terlihat seperti di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan menjadi tempat bermain bagi hal-hal yang misterius, supranatural, asing bagi pengalihan ilmu pengetahuan , pemusatan pikiran bagi para peneliti yang percuma pada alam yang diatur oleh hukum-hukum yang tidak jelas tujuannya
            Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.  Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar manusia.
 Beberapa Konsep Sistem.
Konsep sistem menyatakan bahwa sebuah sistem dapat ditetapkan sebagai sekumpulan elemen atau unsur yang berdiri di dalam interrelasi. Sistem dapat ditetapkan secara matematis dengan berbagai cara. Sebagai ilustrasi, dapat dipilih sistem dari persamaan-persamaan diferensial simultan. Tak ada pembicaraan masalah finalitas yang mendetail, tetapi dapat disampaikan tipe finalitas, antara lain :
1. Teleologi statis, berarti bahwa persesuaian berguna bagi tujuan tertentu.
2. Teleologi dinamis, berarti kelangsungan proses-proses.
Ada tiga prasyarat untuk keberadaan isomorfik dalam bidang dan ilmu pengetahuan yang berbeda, yaitu adanya analogis-analogis, homologis, dan penjelasan. Analogis secara ilmiah mungkin kurang bermanfaat, namun homologis sebaliknya seringkali menghadirkan model-model bernilai, sehingga secara luas dapat diterapkan dalam fisika. Sementara secara filsafat, bentuk teori sistem umum dalam  perkembangannya akan menggantikan apa yang dikenal dengan teori kategori.


 Kesatuan dalam Ilmu Pengetahuan
Selanjutnya seluruh hasil utama penyajian sebagai Kesatuan Ilmu Pengetahuan dapat kita rangkum sebagai berikut :
1. Analisis prinsip sistem umum memperlihatkan banyak konsep yang merupakan hasil     dari definisi sistem atau hasil kondisi sistem tertentu.
2. Investigasi ini merupakan prasyarat bermanfaat yang berkaitan dengan masalah nyata     dalam ilmu pengetahuan.
3. Investigasi sama pentingnya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
4. Fakta bahwa prinsip-prinsip diterapkan dalam sistem secara umum.
Dari sudut pandang kita, Kesatuan dalam Ilmu Pengetahuan memang terbukti nyata pada saat yang sama juga merupakan aspek yang lebih kentara. Realita dalam gagasan modern merupakan suatu urutan hirarkhis yang besar dari entitas terorganisir, mencakup seluruh tingkat dari sistem fisika, kimia hingga biologi. Penjelasan teori sistem umum pada masa yang akan datang, akan menjadi langkah utama terhadap penyatuan ilmu pengetahuan, dan akan memainkan peranan sama dengan logika Aristoteles dalam ilmu pengetahuan antiquiti. Dalam ilmu pengetahuan modern, interaksi dinamis menjadi suatu masalah besar dalam seluruh bidang realita dan prinsip-prinsip umumnya harus ditetapkan dengan teori sistem.
Metode-metode dalam Penelitian Sistem Umum
            Metode-metode Penelitian Sistem Umum, sebagaimana digarisbawahi oleh Ashby (1958) terdapat dua metode dalam studi sistem :
1. Metode pertama bersifat empiriko-intuitif, metode ini dikembangkan oleh Von Bartalanffy dan rekan-rekannya, dengan obyek amatannya yaitu zoologi dan psikologi. Metode ini dengan mengamati berbagai sistim yang terjadi dalam dunia yang diamati kemudian membuat pernyataan mengenai keteraturan yang telah diamati. Metode ini memiliki keunggulan yaitu mendekati dengan realita dan dapat dengan mudah diilustrasikan atau dijelaskan dengan contoh-contoh yang diambil dari bidang ilmu pengetahuan individual.
2. Metode kedua mempelajari serangkaian dengan metode deduktif, metode ini mempelajari serangkaian sistim yang dapat mungkin dan kemudian mengurangi rangkaian tersebut menjadi ukuran yang dikehendaki. Metode ini diikuti oleh Ashby (1958). yang meneliti tentang konsep fundamental mesin dan menjawab pertanyaan dengan menyatakan kondisi internal dan kondisi lingkungannya akan menentukan kondisi selanjutnya yang akan ada. Jika variabel bersifat berkelanjutan, definisi ini berkoresponden dengan deskripsi suatu system dinamis oleh serangkaian persamaan diferensial dengan waktu sebagai veriabel bebas.
Teori Sistem Terbuka
            Teori sistem terbuka merupakan generalisasi yang penting dari teori fisik kinetik dan thermodinamik. Teori ini telah menghasilkan suatu prinsip dan wawasan baru seperti misalnya prinsip equifinalitas, generalisasi prinsip thermodinamik kedua, peningkatan keteraturan yang mungkin dalam sistem terbuka terjadinya fenomena periodis, overshoot dan kesalahan permulaan dan lain-lain. Konsep sistem terbuka menemukan aplikasinya dalam ilmu pengetahuan tentang bumi, geomorphologi dan meteorologi dengan memberikan suatu perbandingan terperinci dari suatu konsep meteorologis dan konsep organismik Bertalanffy dalam bidang biologi.
Organisme yang dianggap sebagai Sitem Fisik
Organisme sebagai sistem terbuka. Dengan memperhatikan organisme sebagai keseluruhan, ia menampakkan ciri-ciri sama dengan ciri sistem pada keseimbangan menurut Zwaardemaker. Menururt pendapat Hopkins , “Hidup adalah satu keseimbangan dinamis di dalam sistem polyfasik”. Oleh karena itu dibutuhkan definisi dari apa yang disebut keseimbangan tidak berubah. Jelas, prinsip-prinsip umum seperti yang sedang dikembangkan tak dapat memberikan penjelasan rinci tentang permasalahan tersebut, namun dapat menunjukkan dasar-dasar fisik umum dari ciri kehidupan yang hakiki, termasuk pengaturan diri metabolisme dan penetapan dalam perubahan komponen-komponen. Ciri-ciri umum sistem-sistem kimia terbuka, menunjukkan bahwa, ekuilibria nyata pada sistem tertutup dan ekuilibria tidak bergerak pada sistem-sistem terbuka memperlihatkan kesamaan tertentu. Sistem tertutup harus mempertahankan keadaan seimbang bebas waktu yang ditetapkan oleh maksimum entropy dan minimum bebas energi, dimana rasio antara dua fase tetap konstan.
Model Sistem Terbuka.
Ada suatu perbedaan yang fundamental antara organisme yang hidup dan organisme yang mati. Biasanya kita tidak memiliki kesulitan dalam membedakan antara organisme hidup dan obyek yang mati. Dalam makluk hidup, proses kimia dan fisik yang tidak terbatas jumlahnya sangat “teratur/terarah”, sehingga memungkinkan suatu sistem yang hidup untuk bertahan, tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.
Pada bagian ini akan kita bahas mengenai mesin hidup dan keterbatasannya. Pada abad tujuh belas, ketika Descartes mengenalkan konsep hewan sebagai mesin, diperkenalkan pula mesin uap dan thermodinamik yang menghasilkan adanya pandangan bahwa organisme dianggap sebagai mesin pemanas, sehingga menghasilkan gagasan perhitungan kalori dan hal-hal lainnya. Namun demikian organisme bukanlah suatu mesin pemanas yang mengubah energi bahan bakar menjadi panas dan kemudian menjadi energi mekanik. Organisme adalah suatu mesin chemodinamik yang secara langsung mengubah energi bahan bakar menjadi kerja yang efektif, yang merupakan suatu fakta bahwa teori tindakan otot ini didasarkan. Selanjutnya, mesin yang dapat mengatur sendiri kemudian dikenalkan, seperti thermostat. Sehingga organisme menjadi suatu mesin cibernetik, yang merupakan penjelasan dari homeostatis dan fenomena yang berkaitan.
Terlepas dari keberhasilannya model mesin organisme memiliki kesulitan dan keterbatasan sebagai berikut :
1. Ada keraguan mengenai asal mula mesin khususnya dalam pemikiran fisik. Descartes lama tidak masalah karena mesin hewannya merupakan ciptaan Tuhan, namun bagaimanakah mesin-mesin tersebut terjadi dialam semesta yang merupakan kejadian psiko-kimia yang tidak langsung?
2. Ada suatu masalah mengenai keteraturan setelah terjadi gangguan arbitrer. Masalah akan timbul mengenai pengaturan dan perbaikan setelah terjadi gangguan arbiter, mesin yang memperbaiki sendiri mungkin dapat dibenarkan dari sudut teori automata modern tapi dapatkah suatu mesin hidup, katakan suatu embrio atau otak dapat diprogram untuk melakukan perbaikan sendiri setelah mengalami ganguan?
3. Struktur organisme organisme hidup melakukan pertukaran komponen secara terus menerus melalui metabolisme, hal ini tidak bisa dilakukan oleh mesin dengan bahan bakarnya.

Beberapa Aspek Teori Sistem dalam Biologi.
            Menurut pendapat umum, terdapat perbedaan mendasar antara “fakta-fakta yang diamati” di satu pihak yang merupakan landasan kuat ilmu pengetahuan yang tak dapat dipertanyakan yang dikumpulkan dalam sejumlah jurnal ilmiah yang tercetak dan “hanya teori” di pihak lain yang merupakan produk spekulasi. Ada empat model yang mendasari di bidang metabolisme kuantitatif yakni model-model organisme sebagai sistem terbuka, keadaan tetap homeostatis, alometri, dan yang disebut sebagai model pertumbuhan Bertalanffy. Model-model tersebut digunakan agak lebih luas dan dapat menggambarkan kerangka konseptual dan juga kerangka yang lain. Adapun aspek-aspek teori sistem dalam biologi meliputi :
1. Teori-teori tentang sistem-sistem terbuka, feedback, allometry dan pertumbuhan      dikupas dalam hubungannya dengan aplikasi-aplikasi eksperimentalnya.
2. Sistem terbuka dan feedback berlaku luas untuk fenomena di dalam fisiologi dan      memberikan perluasan-perluasan hakiki teori fisika.
3. Persamaan allometriks memberikan hubungan memungkinkan paling sederhana antara     ukuran tubuh dengan proses-proses metabolik.
4. Hubungan antara ukuran tubuh dengan tingkat metabolis mungkin terjadi : a. pada     jaringan atau species yang berbeda, b. pada perubahan kondisi fisiologis, c. pada     desain eksperimental yang berbeda.
5. Dependensi ukuran total metabolisme pada mamalia berada di bawah kondisi-kondisi     basal berbeda.
6. Dengan mempergunakan model Bertalanffy persamaan pertumbuhan menjadi sangat     sederhana.
7. Variasi-variasi musiman tingkat-tingkat metabolis dan tingkat-tingkat pertumbuhan      nampaknya menunjukkan saling kecocokan.
Konsep Sistem pada Ilmu Pengetahuan Manusia
            Adanya pandangan dasar dunia sebagai organisasi dengan ditandai timbulnya paket disiplin ilmu baru seperti ciberkinetik, teori informasi, teori sistem general, teori permainan, keputusan, antrian, pada penerapan praktek, sistem analisis, sistem keteknikan, operasi penelitian dan lain-lain. Oleh karena itu munculnya sejumlah trend konsepsi baru mendatang perlu dipertimbangkan dan didorong oleh pandangan bahwa model robot adalah pandangan kenyataan empiris yang berbahaya terhadap ‘’keteknikan tingkah laku’’. Dalam penerapannya konsep robot sering di aplikasikan secara tertutup dan terbuka dan untuk lebih memahami tentang konsep robot ada beberapa prinsip tentang konsep yang dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Satu tuntunan konsep yaitu skema respon-stimulus / rangsangan (skema S-R) perilaku     hewan dan manusia, dianggap sebagai respon terhadap rangsangan yang datang dari     luar.
2Environmentalism menyatakan (menurut skema S-R) perilaku dan kepribadian     dibentuk oleh pengaruh dari luar.
3. Prinsip keseimbangan menurut formula Freud merupakan ‘’prinsip stabilitas‘’ tentang     pemeliharaan keseimbangan homeostatis.
4.Prinsip ekonomi, menurut faedahnya dan harus dilalui secara ekonomis yaitu    pengeluaran minimum energi mental atau vita.
            Konsep dan teori ditunjukkan oleh pendekatan sistem modern terus dikenalkan di sosiologi, seperti konsep sistem umum, umpan balik, informasi, komunikasi, dan lain-lain. Ahli teori fungsional telah menemukan bermacam-macam ekspresi seperti yang dipresentasikan oleh Parsons, Merton, dan teorisi lainnya. Sementara para sejarawan berkeyakinan bahwa ilmu adalah sebuah nomothetik penting yang mengagumkan.
Teori Sistem Umum dalam Psikologi dan Psikiatri
Beberapa tahun terakhir ini, konsep “sistem” telah mencapai peningkatan pengaruh dalam psikologi dan psikiatri. G.W. Allport mengakhiri re-edisi klasiknya dengan “kepribadian sebagai sistem”, Karl Menninger mendasarkan sistem psikiatrinya pada teori sistem umum dan biologi organismik, bahkan Rapaport mengatakan ”popularitas itu seperti epidemik dalam psikologi sistem terbuka”.
            Konsep “molar” pada orgnisme psikofisika sebagai sistem yang kontras dengan konsepsinya yang hanya sebagai unit “molekular”, seperti refleks, sensasi, pusat otak, dorongan, respon penguat, ancaman, faktor, dan lain-lain. Psikopatologi jelas menunjukkan bahwa disfungsi mental lebih merupakan gangguan sistem daripada sebagai hilangnya fungsi tunggal. Tanpa stimuli eksternal, organisme bukanlah sistem yang pasif tetapi merupakan sistem aktif secara intrinsik. Sementara pada evolusi dan perkembangan, mekanisme reaktif nampak menjadi sangat mengganggu aktivitas ritmitik lokomotor yang primitif. Teori sistem dalam psikologi dan psikiatri bukanlah penemuan baru, dan jika memiliki perasaan de javu seharusnya tidak mengkontradiksikannya dan bermaksud hanya menunjukkan bahwa konsep sistem dalam bidang ini bukan spekulasi. Pandangan dunia ilmiah hanya dapat disinggung pada uraian sebagai brikut :
1.  Konsep sistem menyediakan kerangka teoritis yang netral secara psikofisik. Istilah fisik dan psikofisik, seperti potensi, transmisi kimia pada sinapsis, jaringan neural, dan sebagainya tidak dapat diaplikasikan pada fenomena mental, dan nosi psikologis juga kurang diaplikasikan pada fenomena fisik.
2. Dualisme Cartesian antara masalah dan pikiran tidak benar di antara cahaya       pengalaman fenomenologis langsung dan riset modern di berbagai bidang.
3. Masalah keinginan bebas atau penentuan juga menerima arti baru dan pasti. Ini      merupakan masalah pseudo yang dihasilkan dari kebingungan level pengalaman yang      berbeda pada epistemologi dan metafisika.
4. Tanggung jawab selalu dinilai dalam kerangka nilai simbolik seperti yang diterima      dalam masyarakat di bawah kondisi yang diberikan.
 Relativitas Katagori.
Hipotesis yang ditawarkan oleh Whofr tentang proses kognitif seluruh manusia memiliki struktur logika biasa yang bekerja sebelumnya dan struktur komunikasi secara bebas melalui bahasa adalah merupakan sebuah kesalahan. Sementara menurut tesis aliran Kant, ada bentuk intuisi, ruang dan waktu, dan katagori intelek, seperti substansi, kauslitas dan lainya yang melibatkan universal untuk menjadi bersifat rasional. Karena itu sains, yang berdasarkan katagori-katagori ini sama universal.Menurut Von Uexkull, setiap makhluk hidup memisahkan diri dari keanekaragaman obyek-obyek di sekelilingnya, sejumlah kecil karakteristik yang menyebabkan reaksi dan ansembelnya membentuk ”sekeliling”-nya (umwelt).
Ada alasan yang sangat mendasar mengapa representasi mental alam selalu mencerminkan aspek-aspek atau perspektif realitas. Pemikiran Bertalanffy, paling tidak dalam oksidental dalam bahasa manusia, pada prinsipnya merupakan makna lawan. Seperti yang dimiliki Heraclidtus, Bertalanffy sedang berfikir panas dan dingin, hitam dan putih, siang dan malam, hidup dan mati, dijadikan dan menjadikan. Jadi kategori pengalaman dan pemikiran Bertalanffy nampak ditentukan oleh pertama faktor biologi dan kultural, kedua ikatan manusia yang diikuti oleh proses antropomopisasi gambaran dunia, ketiga walaupun deantropomopis pengetahuan hanya mencerminkan aspek-aspek tertentu atau masalah realitas, keempat setiap aspek itu relatif kebenarannya, hal ini menunjukkan batasan dan kemuliaan pengetahuan manusia.
            Berdasarkan uraian di atas Teori Sistem Umum sebagai sebuah trend rahasia dalam berbagai disiplin ilmu tidak muncul begitu saja tetapi melalui perjalanan yang panjang dengan bantahan-bantahan yang muncul dan bersifat menentang karena pada waktu itu ilmu fisika dan kimia dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ilmu sosial. Masalah sistem itu penting dalam pembatasan masalah pada prosedur analisis ilmu pengetahuan. Hal ini seharusnya diungkapkan pertama kali berawal dari ilmu-ilmu metafisik dan pertama kali diperkenalkan oleh Von Bertalanffy melalui bukunya General System Theory pada tahun 1928 dan merupakan awal konsep untuk memandang dan memecahkan masalah secara integral dan holistik. Memecahkan masalah hanya dengan satu ilmu pada waktu itu sudah tidak memadai, sehingga General System Theory sangat populer dan diakui oleh dunia Teori sistem umum juga sering diidentifikasi dengan teori cibernetika, sebagai sebuah teori pengendalian mekanis dalam tehnologi dan alam, didirikan pada pengertian informasi dan feedback. Isomorfisme dalam Ilmu Pengetahuan, bermaksud menunjukkan tujuan umum dan beberapa konsep umum dari teori sistem umum. Pada kasus yang sederhana, tujuan isomorfisme telah dapat dilihat seperti pada hukum eksponensial maupun hukum logistik. Ada tiga prasyarat untuk keberadaan isomorfik dalam bidang dan ilmu pengetahuan yang berbeda, yaitu adanya analogis-analogis, homologis, dan penjelasan. Sementara model organisme sebagai sistem terbuka telah terbukti bermanfaat dalam penjelmaan dan perumusan matematika berbagai fenomena hidup. Model ini juga menghasilkan masalah-masalah alam yang fundamental. Di sisi lain, teori sistem dalam psikologi dan psikiatri bukanlah penemuan baru yang harus dikontradiksikan. Konsep sistem adalah pembalikan teori robotik secara radikal. Dalam kondisi tertentu sistem terbuka mendekati suatu kondisi yang bebas waktu yang disebut sebagai kondisi tetap/mantap.
·                     Perspektif Klasik[6]
Teori-teori organisasi klasik adalah teori yang berkembang di khir abad ke- 18, yang pada peroide yang sering disebut Revolusi Industri. Berdasarkan pengamaan yang ada, perkembangan teori organisasi tidak lepas dari faktor lingkungan., yang meliputi aspek teknologi, sistem politik, sistem sosial, sistem budaya,dn demografi (persebaran penduduk). Terutama yang paling mendasar di sini adalah teknologi. Ini dapat dibuktikan dari proses lahirnya perspektif klasik. Perspektif ini berkembang pada periode perubahan teknologi di masa Revolusi Industri, yaitu di mulai di Inggris pada abad ke- 18.pda masa ini lah apa yang disebut ”organisasi” dalam pengertian modern muali berkembang. Revolusi Industri sendiri dapat diartikan sebagai titik pertama dalam sejarah dimana manusia mulai mengenal mesin, dlam pengertian mesin produksi yang melakukan yang mampu melakukan pekerjaan repetitif secara otomtis.
Menurut Hatch, pada periode klasik terdapat dua kelompok besar ahli pemikir organisai. Pertama, pemikir-pemikir aliran sosiologis yang mencoba mndeskripsikan dan menganalisis struktur organisasi dan peran-peran didalamnya. Dan yang kedua, pemikir-pemikir aliran administrasi dan manajemen yang lebih menitikberatkan pada masalah-masalah praktis yang dihadapidalam mengelola organisasi.
Berikut ini adalah kontribusi dari masing-masing tokoh tersebut.
Max Weber, Ahli Sosiologi, Jerman, untuk pertama klainya ia mengkaji organisai pemerintahan secara mendalam. Weber mendasarkan pemikiran birokrasinya pada konspe otoritas formal yang impersonal, objektif, dan rasional. Birokrasi semacam ini dijalankan dengan aturan-aturan dan prosedur bki, melalui bentuk-bentuk kontrol legalistik. Pengaruhnya terhadap teori terutama adalah pada aspek organisai publik, yang oleh tokoh-tokoh sebelumnya tidak dikemas dalam pemikiran tersendiri.
Frederick W. Taylor, Ahli Mnajemen, AS, gagasan terpenting dari taylor adalah penerapan prinsip-prinsip ”ilmiah” dlam melakukan pekerjaan dan mengontrol pekerja. Taylor menggunakan metode induktif, yaitu menciptakan suatu prinsip umum dari pengamatan terhadap kasus-kasus khusus. Pemikiran ini terutama dituangkannya dalam principe of scientific management.

·                Perspektif Modern
Perspektif Klasik, sebagaimana  dpat kita cermati dari tokoh-tokohnya, terbagi menjadi dua pemikiran besar, yaitu pemikiran yang menekankan pencapaian efisiensi dan efektivitas organisasi dan liran yang menekankan kebutuhan sosial dan psikologis manusia. Teori organisasi disini berhadapan dengan suatu masalaha klasik, bahwa organisasi modern dapat menolong manusia utnuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan secar efisien dan efektif, tetapi pada suatu ketika dapat ”memperbudak” manusia yang menciptakannya.
Melalu pesrpektif modern, fokus perdebatan berpindah dari aspek internal (efisiensi versus humanisme) pada aspek eksternal (hubungan organisasi dan lingkungan). Organisasi tidak lagi dilihat sebagai unti yang berdiri sendiri, melainkan terkait dengan apa yang disebut lngkungan. Jadi, di satu sisi, teori-teori organisasi perspektif modern adalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran era klasik. Namun dilihat dari sisi yang lain, mereka berbeda. Inspirasi utama mereka adalah keteraturan dan cara kerja alam (nature), khususnya aspek biologis. Sementara itu, pemikir-pemikir klasik umum terinspirasi oleh aspek fisika.
Dari sisi ilmu fisika, pemikiran Newton melihat bahwa alam semesta dapat diasumsikan sebuah mesin, seperti jam raksasa, yang bekerja melalui prinsip-prinsip keteraturan tertentu sehingga tidak terjadi kekacauan atau tabrakan satu sama lain. Gagasan keteraturan ini dikembangkan oleh pemikir-pemikir klsik dengan metafora organisasi sebagai ”mesin” yang harus bekerja secara efektif dan efisien.
Sebaliknya, para pemikir di era modern mengamati keteraturan lain yang dianggap lebih dinamis, yaitu keteraturan makhluk hidup atau dunia hayati. Mereka menamakannya teori keteraturan organik. Ludwig von Bertalanffy, seorang ahli biofisologi Jerman, mengambil konsep ”organisme” yang dikembangkan ahli-ahli biologi untuk diterapkan pada semua jenis ”sistem” secara umum. Inilah petak dasar dari pemikirn perspektif modern.
Di sisi lain, hingg pasa taraf tertentu, basis pemikiran modernis ternyata cenderung menghasilkan pa yang disebut ”rekayasa sosial” (social engineering). Terutama di negara-negara berkembang, dimana para ahli atau negarawan acap kali merombak ”sistem” yang sudah ada, dengan asumsi unsur-unsur pembentuknya tidak terkait dalam suatu interrelasi yang ideal, dan menciptakan ”sistem” baru yang lebih unggul.

·                Perspektif Post-Modern
Kecenderungan pemikir-pemikir post-modern adalah membalikkan asumsi-asumsi dasar dari pemikir-pemikir sebelumnya. Hal yang paling mendasar dalah ”keteraturan”. Baik pendekatan klasik maupun modern mendasarkan gagasan-gagasannya pada konsep keteraturan. Bedanya pemikir klasik mengambl gagasan keteraturan dari mekanisme alam semesta (fisika), sementara pemikir modern dari keteraturan organik makhluk hidup (biologi). Namun, inilah yng berbeda, perspektif post-modern mereka sengaja mengabaikn konsep keteraturan itu, termasuk dalam teori organisasi. Tujuannya adalah memperlihatkan realitas yang lebih kompleks, dimana kebenaran yang satu bersanding dengan kebenran yang lain meskipun keduanya tidak sama.
Pokok-pokok pemikiran dibawah ini adalah ”asumsi-asumi” yang mendasari pemikiran para ahli organisasi dan administrasi sejak jaman klasik sampai modern. Asumsi-asumsi inilah yang akan dibongkar oeh pemikir dri post-modern.
a.       Kemajuan atau pertumbuhan adalah sesuatu yang tanpa batas. Baik pendekatan klasik                maupun modern pada dasarnya tidak mengasumsikan adanya batas-batas tertentu bagi                perkembangan organisasi.
b.      Kebenaran adalah universal, sehingga rancangan yang berlaku pada satu kasus dapat                diterapkan pada kasus lain.
c.       Kebutuhan dan hasrat manusia pada dasarnya sama dan dapat di objektivitasi.
d.      Hierarki dan ketidakseimbangan kekuasaan dalam organisasi adalah alamiah.                  Dalam banyak hal apalagi bagi kita yang negara berkembang belum bisa diduga seperti apa kondisi dan penyesuaian-penyesuaian yng dilakukan organisasi terhadap kondisi pasca industri tersebut. Hanya saja beberapa ciri yang dapat diidentifikasi muli sekarang adalah:
1.      Penciptaan pengetahuan dan pengguna informasi maki penting. Pekerja sektor                manufaktur berkurang, sementara sektor jasa meningkat.
2.      Batas-batas organisasi dan lingkungan cenderung makin susah untuk dipertahankan.
3.      Batas-batas antara unit-unit atau departemen dalam suatu organisasi juga cenderung                makin kabur.
4.      Kehidupan organsisasi ditandai oleh ketidakpastian yang makin besar.
Jika dibatasi pada organisasi bisnis, perubhan yang terjadi dalam masyarakat pasca industri ada alam tiga hal penting berikut.
1.      Sistem produksi, harus menyesuaikan dengan perubahan-perubahan selera pasar yang                berlangsung cepat.
2.      Pasar domestik tidak memadai, harus ada internsionalisasi memasuki pasar-pasar                baru diluar negeri.
3.      Inovasi menjadi sagat penting, dimana riset dan pengembangan tidak jarang akan               sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan perusahaan.
Dengan latar belakang perubahan-perubahan pasca-industri tersebut, dapat dipahami bahwa proyek pemikiran post-moernisme itu sendiri merupakan antisipasi terhadap pola pikir masyarakat yang secara radikaltelah berubah. Empat asumsi yang dikemukakan tersebutmenjelaskan beberapa haldari sustu pandang post modernis.

Kesimpulan
Sistem Teori merupakan suatu konsep dasar yang menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena dengan cara merinci suatu hubungan sebab – akibat yang terjadi. Di kehidupan sehari-hari istilah sistem teori sering dihubungkan dengan praktik, sistem teori kadang-kadang tidak mudah dipahami karena sifatnya cenderung abstrak. Memahami pemikiran secara abstrak barangkali bukan tugas yang mudah. Namun, sesuatu yang sulit bukan berarti tidak berguna. Seorang ahli mengatakan, tidak ada yang lebih praktis daripada teori yang bermanfaat, artinya, dengan menguasai suatu teori secara baik seseorang akan lebih mudah menangani hal-hal praktis yang berkaitan dengan ilmu dilapangan. Dibelakang setiap sistem teori terdapat asumsi-asumsi yang membentuk sudut pandang suatu teori biasanya asumsi tersebut berpola objektif dan subjektif. Maksudnya, realita secara objektif dapat diukur, dinilai, dan diperbandingkan, dengan satu sama lain. Sedangkan pola subjektif mengasumsikan lebih kepada perorangan yang dapat berfikir berbeda-beda pada suatu objek yang sama.
            Dari pemikiran Bertalanffy tentang hal tersebut di atas jelas Bertalanffy mengemukakan pemikirannya tentang General System Theory yang telah berjasa dalam menghilangkan jurang pemisah antara ilmu-ilmu eksak dengan ilmu sosial. Masyarakat dunia semakin sadar bahwa dibutuhkan kesatuan dalam ilmu pengetahuan untuk mengatasi permasalahan yang muncul di belahan dunia manapun.





Refrensi

http://id.shvoong.com/humanities/history/2288480-sejarah-penemuan sistem/#ixzz2NIvbCY5B
http://www.bsu.edu/classes/flint/systems.html
            Ludwig Von Bertalanffy (1968) “General System theory : Foundations, Development, Applications”, Resvised Edition, Goerge Braziller New York
            Marshall McLuhan dalam: McLuhan:.... Ed Hot & Cool oleh Gerald Emanuel Stearn Sebuah   Buku meterai diterbitkan oleh The New American Library, New York, 1967
            Owens, Robert G., Organizational Behavior in Education, Third Edition (New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1987)
            Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
            Wexley, Kenneth N., dan Yukl Gary A, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Cet. II, Penerj. Muh. Shobaruddin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)


[1] Marshall McLuhan dalam: McLuhan:.... Ed Hot & Cool oleh Gerald Emanuel Stearn Sebuah   Buku meterai diterbitkan oleh The New American Library, New York, 1967, hal 288.
[2] http://id.shvoong.com/humanities/history/2288480-sejarah-penemuan sistem/#ixzz2NIvbCY5B
[3] Owens, Robert G., Organizational Behavior in Education, Third Edition (New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1987), h. 76
[4] Wexley, Kenneth N., dan Yukl Gary A, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Cet. II, Penerj. Muh. Shobaruddin, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),h. 54
[5] Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008). h. 34
[6] http://www.bsu.edu/classes/flint/systems.html

* Mahasiswa Program Doktoral, Program Manajemen Pendidikan, UNJ.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *