Rabu, 19 September 2007

Dari orientasi openbook ke open mind

Open book selalu diminta saat ujian dengan dalih tingkat kesulitan soal perkulihan menyeret mahasiswa semakin larut dalam belajar yang salah kaprah. sehingga orientasi pada buku ini menyebabkan kultur verbalisme semakin kuat tanpa memhami esensi dan nilai dari setiap perkuliahan. sehingga yang dikejar sebatas IPK dan Ijazah sebagai simbol kebanggaan yang dilengkapi gelar akademisi tanpa melihat kompetensi pribadi. Sarjana tapi tidak mencerminkan pribadinya layaknya seorang sarjana. Buktinya sangat jarang kalau hasil tesis kita menarik para peenrbit untuk dijadikan sebuah buku, hal itu menurut rekan-rekan yang mengamati hasil skripsi dan tesis mahasiswa Indonesia yang rajin memindahkan karya skripsi orang lain tanpa mengembangkan sendiri apalagi berinovasi langsung yang disesuaikan dengan permasalahan krusial yang ada dimasyarakat.
Jelas untuk mewariskan generasi kompeten sangat jauh kalau kondisi mahasiswa kita tidak berubah orientasinya untuk merubah orientasi teks ke orientasi open mind yang meningkatkan kreatiftas siswa dan penguatan analisa siswa terhadap berbagai fenomena hidup yang nantinya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas peribadinya dalam mengaplikasikan ilmu semasa kuliah dengan realita masyarakat. Bukan hal yang sulit kalau perubahan-perubahan dalam konsep belajar mengikuti kultur open mind yang terlihat jauh lebih berhasil menciptakan mahasiswa unggul dibeberapa negara di dunia. Gelar bukan segalanya, tapi sangat penting untuk melegalkan kapasitas anda sebagai generasi bangsa akademisi.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *