Jumat, 08 Februari 2013

Thomas Friedman : "HOT, FLAT, AND CROWDED"



Mengapa Dunia Butuh Revolusi Hijau
dan Bagaimana Cara Memperbaharui Masa Depan Global Kita
 (BAB III - BAB V) 

Disusun : Safrudin, Malesa & Ahmad Kurnia*


I.       Pendahuluan
Thomas L Frieddman dalam buku Hot, Flat, and Crowded ini menawarkan keberanian dan ketajaman pandangan salah seorang penulis buku terlaris dunia, yang mampu membawa para pembacanya melihat lebih jauh ke masa depan, untuk memperhatikan tidak hanya kepentingan sesaat dan bersifat individual, melainkan ikut memikirkan bagaimana kondisi bumi yang kita diami ini bisa lebih sehat dan lebih aman untuk di tinggali.
Friedman menjelaskan bagaimana pemanasan global, populasi yang meningkat secara cepat, dan ekspansi kelas menengah dunia melaui globalisasi setelah menghasilkan dunia yang panas (hot), rata (flat), dan sesak (crodwed). Dalam hanya beberapa tahun saja upaya untuk memperbaikinya akan terlalu terlambat, kecuali ada upaya mendunia untuk menggantikan praktik praktik energi.
Bumi menjadi panas (hot) karena kemajuan teknologi telah mempercepat laju peningkatan emisi gas-gas rumah kaca ke atsmosfir yang menghambat pelepasan hawa panas dari bumi ke ruang angkasa.
Bumi menjadi rata (plat) kerena kemajuan teknologi komunikasi dan transformasi memungkinkan siapaun, dimanapun, dapat saling berhubungan dan saling bersaing dalam segala hal dengan mudah sehingga seolah-olah bumi seperti berada diatas sebuah pinggiran yang datar.
Bumi menjadi penuh sesak (crowded) karena penduduk yang makin banyak, akibat keberhasilan upaya menekan angka kematian , dan industrialisasi, bertumpuk di kawasan perkotaan dan sekitarnya tampa upaya yang seimbang dalam pembenahan sarana dan prasana

Hot, Flat dan Crowded adalah tiga kata yang menggambarkan kondisi planet dan kehidupan yang ada di atasnya saat ini.
1.    Hot, Bumi kita makin panas,  akibat kenaikan temperatur yang signifikan selama periode 150 tahun terakhir.  Sebagai catatan, suhu bumi memang mengalami fluktuasi sepanjang sejarah geologi. Konon, fluktuasinya mencapai plus - minus 6 derajat celsius. Tetapi laju kenaikan dan penurunan temperatur alami amat sangat lambat. Ordenya paling tidak puluhan hingga ratusan ribu tahun. Kenaikan temperatur yang relatif cepat satu setengah abad terakhir, oleh banyak orang, diyakini akibat ulah kita, bukan alam. Kenaikan suhu 2 derajat celsius saja, dalam tempo relatif singkat, maka akibatnya tidak akan sanggup kita saksikan.
2.    Flat, adalah nature kehidupan modern. Teknologi informasi dan komunikasi menjadikan planet kita tidak lagi bulat dengan radius lebih dari 40 ribu km, melainkan hanya sebuah pinggan yang datar. World wide web, handphone dan teknologi informasi publik memungkinkan, bukan hanya pertukaran informasi, tetapi juga akulturasi budaya global. Melalui teknologi, masyarakat pedalaman Sumatra bisa mengakses dan meniru cara berpakaian orang Amerika. Seorang yang terlihat sering mengunci diri di kamarnya, di tengah pemukiman kumuh Kota Bandung, mampu bertransaksi dengan pebisnis di London atau Moskow.
3.    Crowded, sesak, akibat pertumbuhan populasi yang semakin menghawatirkan. Dalam beberapa dekade ke depan (2030), manusia penghuni planet ini diperkirakan mencapai 9 milyar, atau bertambah 50% dari kondisi saat ini. Malthus telah lama merasa pesimis akan kemampuan bumi dalam memberi makan seluruh warga yang numpang di atasnya. Meskipun rasa pesimisnya itu tidak terbukti. Sampai saat ini, bumi masih sanggup menjalankan tugasnya.

Strategi untuk energi bersih, efisien energi dan konservasi yang disebut fredman Code Green. Ini sebuah tantangan besar tetapi juga sebuah peluang besar yang tidak boleh dilewatkan . menurutnya ini semua tidak akan terjadi tampa komitmen an kepemimpinan amerika
Revolusi hijau yang kita perlukan sebuah revolusi yang belum disaksikan yang belum disaksikan oleh dunia, dan merupakan proyek inovasi terbesar dalam sejarah ini tak akan mudah dan akan mengubah semuanya.

Friedman dalam Bab Tiga memaparkan ide tentang strategi penyelamatan lingkungan global secara inovatif dan kreatif. Dalam bab ini dapat kita lihat bagaimana Friedman dengan begitu lugas berani memaparkan permasalahan – permasalahan yang terkait dan memberikan solusi pemecahannya yang brilian serta memiliki efek revolutif yang sangat tinggi. Selain itu, Friedman juga memberikan contoh beberapa artikel tentang betapa usaha – usaha untuk menyelamatkan lingkungan kita itu menjadi nampak begitu sederhana dan dapat dimulai dari hal – hal kecil dan sederhana disekitar kita.
Friedman dalam Bab Empat  lebih fokus kepada negara China dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam kontribusi mereka terhadap perubahan lingkungan secara global. Secara tak langsung, pada bagian ini bagaimana Friedman mengadakan komparasi secara langsung antara keadaan Amerika Serikat dengan China beserta usulan – usulannya tentang masalah lingkungan global bagi kedua negara.
Bagian yang terakhir, Bab Lima,  Friedman memokuskan diri kepada kondisi negaranya, Amerika, dan usaha – usaha mereka menciptakan dan menjalankan sebuah strategi penyehatan lingkungan secara lengkap dan menyeluruh, hingga efeknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Amerika saja, melainkan juga masyarakat dunia. Fridman mengharapkan perubahan gaya hidup masyarakat Amerika secara keseluruhan ini dapat menjadi tonggak kebangkitan negara Amerika seperti masa – masa jaya nya dahulu.

II.   Pembahasan Buku Bab III : Bagaimana Cara Kita Melangkah Kedepan
      A. 205 Cara Untuk Menyelamatkan Dunia :
Siapa yang tahu menyelamatkan bumi bisa begitu mudah dan tidak sampai satu menit dengan kunci tahu dan mau.  Tiga hal penting dari cara yang ditawarkan adalah :
1.    Kita harus mencari hal hal mudah, efektif secara biaya dapat dikerjakan secra pribadi karena disitulah kita memiliki daya dan kendali dan memberikan hal terbaik yang bisa dilakukan
2.    Jika kita semua mengerjakan, efek komulatif tiap pilihan individu ini adalah sebuah planet yang aman adalah sesuatu yang menguntungkan
3.    Kita secara alami sangat tidak suka mengerjakan apapun yang tidak pribadi, tidak individualistis, tidak cost evektif dan dengan cara yang mudah.

Bagian ini juga membahas Strategi Hijau yang Sistimatis, yaitu mencoba mengubah sistim iklim  guna menghindari yang tidak dapat dikendalikan dan mengendalikan yang tidak dapat dihindari. Fakta fahitnya adalah jika kita menggunakan  upaya mudah, murah, efesiensi untuk lingkungan yang harus dikerjakan kita semua, hasil terbaik yang dapat kita capai adalah perlambatan pertumbuhan dan kerusakan lingkungan

B. Energi Internet : Ketika Bertemu IT Dengan ET
Revolusi teknologi informasi dan revolusi teknologi energi (IT dan ET), telah menyatu ke dalam sebuah sistim tunggal, rasanya seolah-olah kita hidup dengan sebuah internet energi. Dalam bab ini menjelaskan  bagaimana IE akan memungkinkan anda,saya, tetangga,dan  lingkungan mengerjakan hal luar biasa dengan cara menhemat energi dan mengunakan daya bersih secara efisien kemudian mengerjakan secara terus menerus sepanjang waktu entah ketika memikirkannya atau tidak dan ketika kita  tidak menyadarinya
Menjelaskan kebijakan pemerintah trerpadu yang kita perlukan untuk memandu dan merangsang dunia usaha dan investor kita untuk mengerahkan modal yang kita perlukan untuk mendirikan Internet Energi seperti diatas dan menemukan elektron berlimpah,bersih,handal,dan murah yang kita perlukan sebagai pengerak
Pelestarian: Bagaimana kita dapat juga menciptakan kebijakan untuk melestarikan dunia alami : tumbuhan, hewan,ikan, lautan, sungai, hutan yang mendukung kehidupan yang secara keseluruhan menerangkan perwujudan sebuah REEFIGDCPEERPC   <    Biaya sesungguhnya pembakaran batu bara, minyak dan gas dalam dunia nyata.
C. Jaman Batu Tidak Berakhir Karena Kita Kehabisan Batu
Memberikan gambaran begitu sulitnya mencari sang peluru ajaib untuk merubah bentuk produksi energi yang memberikan kita elektron berlimpah, bersih, andal dan murah . Semua kemajuan yang telah dibuat sejauh ini dalam teknologi angin, cahaya surya, panas bumi, panas surya, hidrogen dan etanol adalah kemajuan kecil, selain belum ada terobosan dalam sumber energi lain manapun. Yang dimiliki baru terobosan-terobosan kecil, padahal yang diperlukan adalah eksponensial. Oleh sebab itu revolusi hijau adalah sebuah tantangan inovasi bukan tantangan regulasi yang pada akhirnya diselesaikan oleh insinyur.
Jawaban untuk permasalahan itu, Pertama: Mendorong dalam tiap disiplin ilmu untuk melakukan inovasi sekalipun Inovasi energi sejati itu sulit dan terbentur pada batas-batas yang masih ada pada saat ini, seperti dalam fisika,kimia,termodinamika, teknologi nano dan biologi. Kedua : Merancang ulang pasar dari inovasi energi. Ketiga : Membuat kebijakan untuk mendukung keberlangsungan dan ketersediaan bahan baku beserta teknologinya.
Dalam bab ini dibahas juga tentang :
a.    Harga dan Inovasi : sinyal harga yang digunakan mungkin tidak usah berupa pajak sinyal itu bisa hanya sebuah harga dasar yang bisa dipercaya
b.    Harga sebagai rem untuk perilaku buruk : Selain keperluan inovasi setelah terbentuk pasar energi dengan pajak dan regulasinya maka hal ini akan dikaitkan dengan hidup dan mati atau stabilitas dan instabilitas sehingga hal yang merusak dan mencemari alam harus ditinggalkan
c.    Berbagai macam sinyal harga: Diawali dengan perubahan persepsi dari “ini lah upaya terbaik kita” menjadi,“ inilah yang harus kita perbuat dengan sebaik-baiknya.

D. Jika Tidak Membosankan, Berarti Tidak Hijau
Dalam berbagai aktifitas ketika topik pembicaraan menyangkut code hijau maka yang bersangkutan seringkali merasa bosan sehingga ketika yang dibicarakan diluar  penyelamatan bumi dengan code hijau maka akan lebih menarik, Tergantung rancangan : yang tersirat disini adalah jika ingin memberikan sesuatu yang bermakna pada lingkungan maka fahami aturan aturan seputar efesiensi energi dan emisinya.
Mengusahakan agar kata “hijau” hilang sebagaimana istilah hak-hak warga negara, sehingga hijau merupakan standar baku bukan pilihan atau opsi dan menyadari bahwa yang dijalani adalah revolusi hijau bukan sekedar sebuah pesta hijau.

E. Satu Juta Nuh Dan Satu Juta Bahtera
Mencerikan perjalanannya ke indonesia dan memaparkan persepsinya tentang warga dan negara indonesia, mulai dari pohon, rumah, sehingga, pendidikan, pemerintahan, perkembangan ekonomi yang saling terkait, sehingga dibutuhkan strategi global dan pemaparan dari rencana strategis yang tidak dilaksanakan dan diabaikan di Indonesia.
Pada akhirnya sebanyak apapun investasi bahkan efesiensi energi tidak akan menyelamatkan dunia alamiah yang telah diberikan secara cuma-cuma oleh alam kepada kita jika kita tidak memberikan perhatian dari sekarang, kenyataannya kita tidak bisa menjual saham dalam bentuk alam tetapi tidak berarti alam tidak mempunyai harga sehingga tampa sebuah etika konversi kita akan kehilangan sesuatu yang tidak ternilai tetapi tampa label sama sekali.   

F. Menjadi Lebih Hijau Dari Pada Al Qaeda (Atau Beli Satu, Gratis Empat)
Memaparkan tentang catatan marinir AS dan Nolan beserta tim, dengan cara  penganalogian nama-nama pesawat yang digunakan seperti  greenhawk, outgreening, outflank dan sebagainya. Serta kejadian kejadian pembersihan ranjau, pemanfaatan listrik dan sumber energi lainnya dalam operasinya di irak.

Catatan operasi di irak mebuka mata untuk kemajuan di AS diantaranya timbul kesadaran penulis  bahwa bukan hanya kalangan tertentu yang bisa diajak untuk program penghijauan ini tapi kaum miskin dan yang terpinggirkanpun perlu di raih dengan pintu dan jalan yang berbeda agar  semua lapisan terangkul.
Menginginkan adanya pembakuan istilah outgreening terwujud dengan segera dalam setiap bahasa. Dan kompetisi menjadi lebih baik dimualai segera sehingga siapapun yang bisa lebih “hijau” dan terus demikian akan menjadi yang terbaik selamanya. Dalam zaman energi –iklim, tidak ada satu negarapun yang jadi pemimpin bila tidak jadi pemimpin dalam membuat konsep, merancang, membuat, menerapkan,dan mengilhami solusi yang bersih.
Bab IV  :  China  : Bisakah Cina Merah Menjadi  Cina Hijau
Cina yang memiliki pertumbuhan indutsri sangat tinggi, jika dilihat dari komposisi sumber energinya secara baik bisa mengurangi ketergantungannya pada minyak. Meskipun konsumsi minyak yang dilakukan Cina tergolong besar yaitu sebesar setara dengan 308,6 juta ton minyak sepanjang tahun 2004, jumlah ini “baru” mencapai 187% dari produksi minyaknya. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mengkonumsi minyak mencapai 284% dari total produksi minyaknya. 
Cina dengan pertumbuhan industri baru yang sangat pesat mampu mengembangkan batu bara sebagai sumber energi alternatif agar ketergantungan pada minyak tidak terlalu besar. Disamping itu dengan harga batubara yang lebih murah mampu membuat industri Cina dapat bersaing. Meskipun cadangan batu bara Cina tidak sebesar Amerika Serikat (cadangan Amerika mencapai 27,1% dari seluruh cadangan batu bara di dunia sedangkan Cina memiliki 12,6%), murahnya harga energi batu bara membuat Cina begitu gencar mengintensifkan penggunaan batu bara untuk kebutuhan energinya. 
Cina menjadikan batu bara sebagai sumber utama energinya yang mencapai setara 956,9 juta ton minyak. Jumlah konsumsi batu bara yang terbesar di dunia tersebut mampu memasok lebih dari 69% kebutuhan energi dalam negeri Cina. Tidak heran untuk memenuhi kebutuhan batu bara yang begitu besar, produksi batu bara Cina menjadi sangat luar biasa melebihi konsumsi dalam negerinya yaitu mencapai setara 989,8 juta ton minyak. Produksi ini juga merupakan yang terbesar di dunia yang merupakan 36,2% dari total produksi batubara di seluruh dunia.
Pendekatan yang menarik dari kebijakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya juga bisa dilihat pada kasus Rusia atau Prancis. Rusia yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia (Rusia menguasai 26,7% cadangan gas alam di dunia) menjadikan gas alam sebagai sumber utama pemenuhan energi dalam negerinya yang mencapai setara 361,8 juta ton minyak atau 54,1% dari total energi yang dikonsumsi oleh Rusia. Produksi gas alam yang melimpah yang dilakukan oleh Rusia yang mencapai setara 530,2 juta ton minyak (setara dengan 21,9% dari total produksi gas alam di seluruh dunia yang merupakan produksi gas alam terbesar di dunia), membuat Rusia cukup stabil dalam pemenuhan kebutuhan energinya. 
Prancis memiliki caranya sendiri dalam memenuhi kebutuhan energinya. Berbeda dengan Amerika, Cina atau Rusia yang cukup memiliki kekuatan menguasai sumber sumber energi fosil seperti minyak, batu bara ataupun gas alam, Prancis memiliki keterbatasan terhadap sumber sumber energi fosil tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan energinya yang besar, selain membuat besar perusahaan-perusahaan minyaknya untuk menjamin suplai minyak dalam negerinya, Prancis secara serius menggarap sumber energi nuklirnya hingga mampu memproduksi setara 101,4 juta ton minyak (jumlah ini merupakan 16,2% dari total energi nuklir di dunia yang merupakan kedua terbesar setelah Amerika). Di Perancis nuklir menjadi sumber energi utama dibandingkan dengan minyak, gas ataupun batubara.
Cara yang sama ditempuh oleh Kanada dengan memperbesar konsumsi gas alam dan sumber energi airnya sehingga jumlah keduanya mencapai 51%, jauh diatas konsumsi minyaknya yaitu 32,4% (Kanada merupakan negara yang memproduksi energi hydro terbesar di dunia yang mencapai 12% dari seluruh energi hydro di seluruh dunia). 
Jika kita perhatikan kebijakan energi pada negara-negara konsumen energi terbesar tersebut, terlihat bahwa setiap negara akan mengoptimalkan sumber energi yang mungkin untuk diproduksinya sendiri seperti yang dengan jelas terlihat pada kasus Cina, Rusia, dan Perancis. 
Industri energi yang besar dari negara-negara tersebut dan kedekatan dengan negara-negara produsen energi, seperti halnya industri industri minyak dunia yang dimiliki negara-negara konsumen terbesar energi, juga perlu dikelola dengan baik untuk menjamin ketersediaan pasokannya, seperti yang dilakukan oleh Amerika melalui pendekatan politik dan militer pada negara-negara timur tengah. Selain itu membuat perbandingan yang relatif berimbang terhadap sumber sumber energi yang ada membuat ketergantungan sebuah negara terhadap satu sumber energi bisa berkurang. 
Pada kasus di Indonesia, sebenarnya produksi yang ada dari tiap-tiap sumber utama energi yaitu minyak, gas alam, dan batubara, telah melebihi dari konsumsi dalam negerinya. Produksi minyak Indonesia yang sebenarnya melebihi konsumsi dalam negeri (produksi sepanjang 2004 berjumlah 55,1 juta ton lebih tinggi dibandingkan konsumsi yang 54,7 juta ton) terpaksa sebagiannya harus lari ke pihak perusahaan pengelola yang nota bene dimiliki oleh perusahaan asing (kontraktor Bagi Hasil/ KBH).
Data yang sedikit berbeda yang dikeluarkan oleh kementerian ESDM dalam Blue Print Pengelolaan Energi Nasional menunjukkan bahwa dengan kondisi produksi minyak saat ini dan perjanjian bagi hasil yang sedang berlaku, Indonesia harus mengimpor minyak mentah sebesar 487 ribu barel per hari dan produk minyak sebesar 212 ribu barel per hari, melebihi besar ekspor minyak mentahnya sebesar 514 ribu barel perhari.
Kondisi besarnya impor minyak inilah yang membuat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh level 70 US$ per barel menjadi sangat memberatkan APBN di tahun 2005 lalu. Melihat ketergantungan yang sangat tinggi dari minyak, sudah saatnya Indonesia mengikuti pola kebijakan energi seperti yang dilakukan oleh Cina, Rusia ataupun Perancis di mana sumber utama energi didapat dari sumber yang pasokannya stabil baik ketersediaan di dalam negeri maupun harganya. 
Optimalisasi penggunaan batubara dan gas alam dalam waktu yang tidak terlalu lama sebagai bagian dari kebijakan mix energi sesungguhnya segera bisa direalisasikan untuk membuat ketahanan energi di Indonesia bisa lebih stabil. Untuk jangka panjang, memfokuskan sumber energi non-fosil untuk dikembangkan secara besar-besaran agaknya perlu dimulai sejak saat ini sebagaimana Jepang yang sangat serius mengembangkan nuklir dan sel suryanya, atau Kanada yang mengembangkan energi hidro secara besar-besaran.
Bab V  : Amerika : Menjadi Cina Sehari Saja (Tapi Jangan Lebih)
   Sebuah Cina Yang Demokratis, Atau Sebuah Banana Republik

Dunia yang datar memungkinkan Cina untuk merayakan the end of history dimana kapitalisme memberikan sebuah kenikmatan dari pencapaian teknologi, sains, dan ekonomi. Dahulu Amerika memiliki visi untuk menglobalkan american way of life. KFC, McD, dan ratusan gaya hidup full consumed mewabahi bumi. Namun sekarang Amerika sadar bahwa ada kontradiksi di dalam gaya hidupnya.
Kontradiksi yang berakhir kepada munculnya permasalahan-permasalahan seperti energy poverty, biodiversity loss, dan food scarcity. Tapi, semua sudah terlambat, dunia yang datar membuat american way of life menyebar layaknya jamur. Negara-negara maju telat untuk merenungkan maksud dari filsuf lingkungan Ernhe Naess, “High quality of life yes; high standard of living mabye yes maybe no.
Berbicara konsumsi energi, AS memang rajanya. Mereka pun sebetulnya sadar, bahwa konsumsi energi mereka 32 kali lipat rata-rata penggunaan energi masyarakat Kenya. China segera menyusul AS. Pertumbuhan ekonominya yang mencengangkan tidak bisa dinikmati dengan gratis. Dampak serius pada lingkungan (eksternalitas?), akibat industri-industrinya yang rakus energi dan gemar mencemari lingkungan, sungguh mengerikan. Pertumbuhan ekonominya telah mengantarkan jutaan orang China menjadi makmur. Populasi kelas menengah tumbuh pesat di sana. Ini membawa dampak serius lainnya yang tidak kalah mengerikan.
Sebagaimana masyarakat AS, selain di China, tumbuhnya masyarakat kelas menengah di berbagai belahan dunia, khususnya di negara-negara yang sedang bangkit ekonominya,  akan menyebabkan konsumsi meningkat tajam: bahan makanan yang lebih banyak dan berkualitas, penyejuk udara, lemari pendingin, mobil-mobil pribadi mereka, telfon genggam, mesin cuci, dan sebagainya. Daya serap ekonomi mereka akan memaksa pembangunan industri besar-besaran, untuk memproduksi makanan kemasan dan barang-barang itu. Barangkali tesis Malthus sedikit meleset. Bukan bertambahnya populasi yang menyebabkan bumi kewalahan menyediakan kebutuhan sehari-hari manusia, melainkan tumbuhnya masyarakat kelas menengah yang masif di seantero jagat.
Karena itu, Friedman, dalam banyak bagian di bukunya, mengingatkan “kesalahan” masyarakat Amerika dalam memberikan contoh kepada seluruh dunia akan pola rakus energinya. Friedman juga mengakui, bahwa mereka tentu tidak bisa melarang masyarakat di belahan dunia lain untuk menghentikan pertumbuhan ekonomi mereka dan menikmati gaya hidup a la Amerika.
III.           Analisis Kelompok
Thomas L. Friedman, yang telah melemparkan wacana sosial politik ekonomi yang  segar untuk dunia setiap waktu, dalam  "Hot, Flat, dan Crowded ia kembali dengan strategi bertahan hidup gaya baru bagi masa depan yang dikenal sebagai strategi utama dari Kode Hijau yang bertujuan untuk mengubah sistem yang lama ke sistem "energi bersih".   Friedman percaya "Kode Hijau" adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup di dunia ini.
Metode yang berbeda untuk menafsirkan Kode Hijau Friedman. Jika seseorang mengamati secara sederhana menyebutnya  "Revolusi Hijau." Jika seseorang mengambil pandangan yang luas itu, itu adalah "Revolusi global." Dan bagaimanapun  subjek revolusi harus 'Amerika,' dan Friedman meyakini bahwa dunia akan berubah hanya jika Amerika melakukan perubahan pertama. Di wajah buku itu, ia tampaknya dibaca lebih dekat mengungkapkan bahwa buku ini diisi dengan pemikiran 'hijau' nya Friedman, yang  sebenarnya tidak hijau tapi masih 'sentrisme Amerika. " 'merah, putih, dan biru. "
Secara umum lingkungan berarti kondisi alam sekitar kita, terutama tentang tanah, air, udara, tumbuhan, binatang, sinar matahari, dan lainnya yang mengisi planet bumi ini, atau sebagian dari planet bumi yang berada di daerah tertentu. Lingkungan hidup (life environment):Adalah lingkungan hidup di atas bola bumi sebagai wadah (tempat) makhluk hidup itu berada. Lingkungan hidup di atas bola bumi itu disebut wadah bagi hidup dan hidup itu merupakan isi dari lingkungan.Antara wadah dan isi menyatu, selalu terdapat suasana dan kondisi yang berhubungan secara utuh dan menyeluruh, yang dapat diartikan menjadi serba terhubung. Keduanya tampak selaras, serasi, lengkap baik dari dalam maupun dari luar.
a.     Asal Mula Timbulnya Masalah Lingkungan Hidup
1)     Diawali pada bulan April 1968, sejumlah 30 orang ahli dari segala penjuru dunia berkumpul di Acadenua dei Lincei, Roma atas undangan untuk membahas masalah lingkungan hidup.
2)     pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970- kekawatiran tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merusak lingkungan.
3)     Juni 1972 di Stockholm (Swedia), sejumlah 113 utusan negara dari badan dunia yaitu PBB hadir pada pertemuan yang membicarakan masalah lingkungan hidup yang disebut dengan “UN Conference on Human Environment” yang kemudian dikenal dengan “Stockholm Conference”, atau “Hari Lingkungan Hidup dan ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1972.”
4)     Begitu pula di Bali telah dilangsungkan Konperensi yang berhubungan dengan Lingkungan hidup pada bulan Oktober 1982 dan merupakan tindak lanjut dari Konperensi di Stockholm, yang kemudian Indonesia mempunyai UULH.
5)     Dewasa ini seluruh negara-negara di dunia menganggap bahwa lingkungan hidup manusia sudah semakin terganggu dan terus mengalami kerusakan, untuk itu masalah lingkungan hidup perlu mendapat pemecahan dan penanggulangan serta pengelolaan secara serius. Pengelolaan lingkungan mutlak perlu demi masa depan umat manusia sendiri.
Llingkungan sekarang menghadapi, :
  1. Over population, too many people dan reproducing too quickly.
  2. Depletion (penipisan), eroding the basis life.
  3. Pollution (pencemaran), defilling the land, air, and water.
  4. The human failing (kemunduran), a crisis of spirit
Ada tiga unsur dasar lingkungan hidup
  1. wadah (the contour)
  2. isi (the content)
  3. tata laku (the conduct).
Antara ketiganya selalu dalam satu perwujudan dan perikehidupan yang serba terhubung yang laras, berimbang, lengkap, dan bulat. Perubahan salah satu unsur dasar tersebut, maka akan timbul kelainan yang dapat menjadi gangguan, dan mungkin menjadi ancaman. Hubungan ketiga unsur lingkungan dapat dilihat  dalam  suatu sistem yang utuh, menyeluruh, laras, dan berimbang sehingga dapat dikatakan bahwa tata-kehidupan di atas bola bumi merupakan suatu sistem yang utuh menyeluruh. Dengan lain perkataan, antara hidup sebagai isi dan lingkungan hidup sebagai wadah serta tata-kehidupan sebagai tata-lakunya, terdapat suatu hubungan yang bersatu dan tidak tercerai-beraikan (holistik).
b.     Definisi Lingkungan Hidup : Lingkungan yang dimaksud adalah suatu lingkungan dari perspektif ekologi yang berarti semua isi alam dunia ini, yang manusia bisa menjalani kehidupannya. Konsep ini lebih mengedepankan manusia sebagai unsur utama di dalam lingkungan. Atau sesuai dengan  UULH NO. 23 1997 : Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
c.      Pengelolaan Lingkungan Hidup: Adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
d.     Tujuan Pengelolaan Lingkungan
  1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan
  2. Terkendalinya pemanfaatan secara bijaksana dan lestari sumberdaya.
  3. Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
  4. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan.
  5. Terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara terhadap lingkungan.
IV.   Penutup
Langkah yang bisa diambil untuk perbaikan lingkungan kita, sebagai negara kesatuan RI,  dari buku tersebut diantaranya :
1.      Menghindari Sengketa lingkungan hidup : Perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.
2.      Membentuk Organisasi lingkungan hidup yang merupakan  kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup.
3.      Melakukan Audit lingkungan hidup yang merupakan proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
4.      Melaksanakan Konservasi sumber daya alam dengan cara pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya
5.      Mendukung Lembaga swadaya masyarakat yang merupakan organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang lingkungan hidup.
6.      Melakukan Pembangunan berwawasan lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesibambungan untuk meningkatkan mutu hidup.


Daftar Pustaka
Thomas L Friedeman, Hot, Flat, And Crowded : Mengapa Dunia Butuh Revolusi Hijau Dan Bagaimana Cara Memperbaharui Masa Depan Global Kita, gramedia, 2008


*Mahasiswa Program Pendidikan Manajemen Pendidikan (S3), UNJ.


Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *