Minggu, 24 Januari 2016

Laboratorium Kehidupan, Ya Kita Sendiri

Apa yang dipikirkan mahasiswa selain lulus tepat waktu dengan IPK yang tinggi..dengan gelar yang disandangnya bisa memberikan kemanfaatan bagi kehidupan dan keluarga atau sebatas gelar semata atau kebanggaan pernah kuliah..? kalau hanya sekedar gelar itulah kebanggaan kita dengan gelar tersebut walaupun kenyataannya tidak terpakai ilmunya ditempat kerja, ilmunya terlupakan dengan sendirinya, akhirnya lupa karena secara tidak langsung memang tak berhubungan dan tak pernah digunakan .

"Laboratorium Hidup"
Kalau ingin mendapatkan keberkahan dari gelar dan ilmu kita harus menciptakan " laboratorium kehidupan" yang akan dikenang tapi ingin mendapatkan itu semua sampai kita tidak bekerja sekalipun, karena laboratorium yang diciptakan lintas ruang dan waktu. Laboratorium kehidupan kita dimana tempat penempaan rasa, karya dan keahlian kita sendiri dimana publik mengakuinya tanpa promosi dan mempercayainya tanpa pencitraan bahkan tidak mau menjadi topik pencitraannya karena semuanya ada dibelakang profesinya.

 Laboratorium kita sendiri adalah keluarga ketika seorang ayah mampu mewariskan ilmu kesuksesan hidupnya pada keluarganya bahkan melebihi kesuksesan dirinya, itulah quality assurance dan trust-ability yang paling abadi dari seorang ayah dan menjadi figur utama dikeluarganya.Apalagi memberikan warna bagi masyarakat sekelilingnya, kalau keluarga beliau termasuk keluarga yang unggul dan patut jadi inspirasi dan contoh bagi kehidupan sosial dimasyarakatnya.

Ketika seorang dosen mampu menciptakan mahasiswa yang mampu memberikan inspirasi bagi profesi dan pekerjaannya dan ketika seorang pendidik menginspirasi seorang anak muda untuk mengikuti jejak pengabdiannya. ketika sorang dosen mampu mempertahankan idealisme keilmuannya dan terus dipertahankan bahkan bisa mempengaruhi pola pemikiran anak didiknya kemudian dituangkan dalam sebuah risalah tulisan. Dan realitanya tidak semua yang berani menuangkan sebagian pemikirannya dan kafa'ah keilmuannya dalam publikasi buku dan website, lebih cukup dalam batas akademik. jangan kaget banyak guru besar akademik yang tidak diktahui karya buku penelitiannya, begitu juga turunan kebawahnya banyak dosen yang belum merasakan aura penulisannya, padahal dikampus dikenal seorang yang cerdas dan sayang kecerdasan pemikirannya hanya dinikmati dikampus tanpa diketahui publik. Pasti ada kendala yang dirasakan penulis juga betapa sulitnya untuk menyelesaikan sebuah buku akademik bisa sampai tiga tahun dan tak berani mempublikasikannya bertahun-tahun menumpuk dalam folder laptop kita, baru pada era internet ini sejak tahun 2007 mulai menuangkannya dalam pubikasi blog, walaupun pada fase dokumentasi blog dan  belum berani menuangkan dalam buku akademik secara permanen, padahal kebutuhan akan buku akademik ini dikampus sangat tinggi tapi kurang komersil dan ketidak jelasan dalam pembagian fee dan royaltinya.

Banyak para pejabat dimasa pensiunnya membangun pesantren dan lembaga pendidikannya agar dikenang dan mengurangi beban kesalahan masa lalunya ketika menjadi seorang pejabat, baginya itulah laboratorium kehidupannya yang akan ditinggalkan dan manjadi ladang amalnya, sehingga bisa menutup jejak kehidupan masa lalunya dengan baik.Semua menginginkan ada amal kehidupan yang mampu membangun kehidupan yang lebih baik dan menjadi amal yang tiada hentinya sampai meninggalkan dunia yang fana ini, itulah mungkin laboratorium kehidupan yang sebenarnya.

Para inspirator akademik, para profesor dengan ilmunya tertulis dalam karyanya yang dikenang dan jadi referensi sampai kapanpun. Dimana ide-ide beliau yang dituangkan oleh para muridnya akan mengenang ilmunya, begitu juga para profesor yang begitu produktif dengan karya dan bukunya atau para sarjana begitu mumpuni dengan tulisannya atau para otodidak non gelar begitu hebat melebihi kapasitas seorang sarjana sekalipun dengan karyanya. Pekerjaan ada batasnya tapi karya tidak terbatas dan akan terkenang sampai kapanpun. (Terkenang dan terinspirasi dari guru dan inspirator kami di IKIP Bandung/UPI Alm.Prof. Dr. Buchari Alma, MPd)

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *