Senin, 24 Oktober 2016

RESENSI BUKU : ETIKA PERILAKU :SUATU PENGANTAR




P
erkembangan teknologi dengan adanya globalisasi memberikan banyak perubahan pada perilaku manusia, selain terjadi kerugian karena teknologi mengambil alih fungsi-fungsi mental manusia. Teknologi salam satu sisi mampu meningkatkan kinerja manusia tetapi disisi lain menjadi penggerak perubahan perilaku yang bertentangan dengan idealism peradaban yang lebih maju, beretika dan mampu memberikan identitas kemodernan, sehingga perubahan social dimasyarakat andil media dan teknologi sangat berperan sekali dalam peningkatan kualitas manusia yang bererilaku etis dan lebih memahami hubungan empatik dan bersinergis dengan keharmonian alam yang sudah direkayasa secara alami oleh Maha kuasa.

Menurut Gardner (2006) Globalisasi memiliki empat trend yang belum pernah terjadi sebelumnya:
1.    Pergerakan modal dan instrumen pasar lainnya di seluruh dunia, dengan jumlah     besar yang beredar dalam sekejap setiap hari.
2.    Gerakan manusia lintas batas, dengan lebih dari 100-juta imigran tersebar di seluruh dunia setiap saat.
3.    Gerakan dari semua masalah informasi melalui dunia maya, dengan megabyte informasi berbagai derajat kehandalan yang tersedia untuk siapapun dengan akses ke komputer.
4.    Gerakan budaya populer - seperti makanan, pakaian, gaya, dan musik - mudah melintasi perbatasan sehingga remaja di seluruh dunia tampak semakin serupa, bahkan sebagai selera, keyakinan dan nilai-nilai orang tua mereka juga mungkin saling bertemu.
BAGAIMANA SEHARUSNYA?

Teknologi dikembangkan adalah untuk membantu manusia yang terbatas dalam melaksanakan aktifitasnya. Kendali penggunaan teknologi tetap sepenuhnya ada di tangan manusia.  Pendidikan manusiawi termasuk pelaksanaan norma dan etika kemanusiaannya tetap harus berada pada peringkat ke-satu. Kebebasan diperbolehkan dengan tanpa meninggalkan control agama.

Salah satunya kita mengenal filsafat sebagai salah satu acuan kita dalam melihat arah kehidupan yang akan dilaluinya. Semua ada control perilaku kita yang bisa menjawab semua permasalahan salah satu bagian filsafat yang mengkaji perilaku dan bertindak inilah dinamakan etika perilaku untuk menghasil pola pemikiran etis dan memberikan mafaat bagi umat manusia. Pola perilaku etis selalu berkaitan dengan pola pikiran kita yang memahami tingkat keetisannnya secara tersirat dalam berkomunikasi dengan lingkungan formalnya.

LIMA PIKIRAN DARI HOWARD GARDNER

Berkaitan pola pikiran ini, Ada lima pikiran untuk masa depan sebagaimana ditulis oleh Howard Gardner (2006)  dalam bukunya Five Minds For The Future
adalah:
1.    Pikiran Disiplin;
2.    Pikiran sintesa;
3.    Pikiran Menciptakan;
4.    Pikiran Hormat, dan
5.    Pikiran Etis.

Gardner merasa bahwa lima pikiran tersebut sangat penting di masa depan. Pendidikan etika  adalah kunci untuk mengembangkan lima pikiran untuk masa depan, dan sementara orang tua, teman sebaya dan media juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi dan mengembangkan pikiran di masa depan. Selain itu, penting untuk dicatat bahwa dalam dunia yang semakin cepat berubah, tidak ada individu atau organisasi yang santai dalam mengasah intelektualnya. Masa depan adalah milik mereka yang telah membuat komitmen seumur hidup untuk terus belajar. Gardner percaya bahwa di tempat kerja kita harus mencari orang yang memiliki disiplin, sintesis, menciptakan, pikiran hormat dan etika, tetapi semua harus terus terus-menerus dikembangkan oleh diri kita sendiri dalam kehidupan bermasyarakat.

Lima pola pikir ini sejatinya digagas oleh Howard Gardner melalui salah satu bukunya yang memikat bertajuk Five Minds for the Future. Gardner sendiri merupakan pakar psikologi yang dikenal luas karena dia juga orang yang pertama kali memperkenalkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Melalui serangkaian riset yang ekstensif, Gardner menyimpulkan adanya lima jenis pola pikir yang akan memiliki peran makin penting dalam perjalanan sejarah masa depan.

Pola pikir yang pertama adalah the disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi ataupun para professional yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis, ahli bahasa – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.

Pola pikir yang kedua adalah : the synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk menyerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerfull. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap kali dipenuhi dengan informasi sampah (junk information).

Pola pikir yang ketiga adalah the creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini mengharuskan kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life).

Pola pikir berikutnya adalah the respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menghargai perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.

Pola pikir yang kelima yang juga amat dibutuhkan adalah the ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. Pikiran Etis dapat menggabungkan peran di tempat kerja dan sebagai warga negara dan bertindak secara konsisten dengan orang. Hal ini secara etis juga harus mencakup peran sipil dimana setiap dari kita harus memiliki komitmen untuk secara pribadi bekerja menuju terwujudnya masyarakat yang berbudi luhur yang dapat dibanggakan. Sebuah orientasi etis dimulai di rumah di mana anak-anak mengamati orang tua mereka pada pekerjaan mereka dan bermain dan dalam tanggung jawab. 

Dalam masyarakat kontemporer, juga menganggap penting dari usia dini, dan kualitas dari rekan-rekan seseorang membuktikan sangat penting selama masa remaja dalam pengembangan pelatihan etika. Tidak ada etika yang benar-benar universal di semua budaya dan era, namun seorang pekerja yang baik umumnya memiliki seperangkat prinsip dan nilai-nilai yang mereka dapat nyatakan secara eksplisit bahwa mereka hidup.

Prinsip-prinsip ini konsisten dengan satu sama lain dan disimpan dalam pikiran terus-menerus. Mereka bersikap transparan dan tidak akan menyembunyikan apa yang mereka lakukan. Pekerja Etis juga tidak munafik, tetapi mematuhi prinsip-prinsip yang membimbing mereka bahkan ketika mereka pergi melawan kepentingan pribadi mereka. Bicara etis sering tampak untuk melawan kekuatan-kekuatan ekonomi dari kepentingan yang membentuk bagian penting dari masyarakat modern kita. Pasar bisa jadi kejam dan keras.

Jonathan Sacks mengatakan bahwa "Ketika segala sesuatu yang penting dapat dibeli dan dijual, ketika komitmen dapat rusak karena mereka tidak lagi untuk keuntungan kita, saat berbelanja menjadi keselamatan dan slogan iklan menjadi panduan kita, ketika nilai kita diukur oleh berapa banyak yang kita pengaruhi, maka pasar menghancurkan nilai-nilai yang sangat luhur di mana dalam jangka panjang akan hancur. Setiap profesional harus dilatih dalam pikiran etika untuk kebaikan individu dan masyarakat secara keseluruhan

Menurut asumsi Gardner percaya bahwa untuk melakukan praktek-praktek etika perilaku yang baru dibutuhkan waktu.  Ia percaya bahwa praktek saat ini tidak bekerja dan bahwa kita tidak mendidik orang muda yang mampu berteori ilmiah, toleran terhadap imigran atau terampil dalam resolusi konflik. Kedua, ia merasa bahwa kondisi di dunia telah berubah dan terus berubah begitu signifikan bahwa tujuan-tujuan tertentu, kapasitas dan praktek mungkin tidak lagi bermanfaat, tetapi sebenarnya kontra produktif. Kita hidup pada saat perubahan besar. Sebagian besar perubahan ini memerlukan kekuatan ilmu dan teknologi dan globalisasi. Maka dari itu pendidik perlu memutuskan ciri-ciri apa yang ingin mereka kembangkan pada anak-anak sebelum mengembangkan suatu sistem pendidikan.

Tetapi dapat kita ketahui Orang mau mempelajari filsafat karena mengira filsafat bisa membantu mereka dalam memahami makna kehidupan. Sebagian besar filosuf mengakui bahwa filsafat itu muncul karena mereka selalu mempertanyakan makna kehidupan yang beredar di lingkungannya.

Ada dua pertanyaan besar, satu menyangkut alam semesta dan yang lainnya berkaitan dengan diri manusia.

Sumber : Ahmad kurnia, Etika perilaku suatu pengantar, reconiascript publishing, Bekasi, 2015.

Rabu, 19 Oktober 2016

CARA MENINGKATKAN MINAT ANAK

Anak dan Kesenangannya untuk Belajar
Memahami Anak
Setelah pulang sekolah, tiba-tiba seorang anak berkata kepada ibunya, “Mama, aku mau ikut les gambar!”. Walaupun tidak langsung merespons, biasanya di benak sang ibu terbangun beberapa scenario:
  • Les dimana sebaiknya;
  • Bagaimana mengatur dengan jadwal sekolahnya, dsb.
Ternyata les yang dimaksud anak adalah kegiatan menggambar bersama teman-temannya.
( Perbedaan persepsi antara anak-anak dengan orang tua sering terjadi dalam hidup kita ).

Mendidik Anak
Seorang ibu berkata kepada anaknya, kamu harus berwibawa di depan adikmu!”. Dampaknya iya akan berusaha melakukan semua dengan sempurna, disini justru iya akan terlihat aneh di mata anak-anak lain.
( Sebenarnya anak-anak dan orang dewasa memiliki standar yang berbeda, banyak orang dewasa menerapkan standarnya kepada anak-anak).

Menumbuhkan Minat Belajar Anak
Ketika menonton televisi, sang anak berkata. “mama aku pengen bisa ngomong pakai bahasa inggris kayak di film.”
Sang ibu lalu mengajarkan beberapa kata yang ia tau, lalu menempatkan sang anak ke lembaga kursus, sang anak sangat senang dengan kursus tersebut, & hari-harinya dilalui dengan gembira.
( Disini sang ibu belajar memahami, suatu proses belajar akan disenangi jika motivasi yang tumbuh dari dalam, bukan paksaan ).
  
Membentuk Suasana Belajar yang Menyenangkan
Betapapun kuat motivasi belajar anak, tetap membutuhkan lingkungan yang kondusif, memberikan keamanan dan kebebasan psikologis pada anak.
Keamanan psikologis dapat terbentuk dengan 3 proses, yaitu:
  • Orang tua menerima anak sebagaimana anaknya.
  • Orang tua mengusahakan suasana tanpa ada efek mengancam.
  • Orang tua dapat memberikan pengertian, dan dapat melihat dari sudut pandang anak.
Kebebasan psikologis dapat diberikan orang tua pada anak dengan cara memberikan kesempatan mengekspresikan pikiran-pikiran anak.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, dalam menciptakan keamanan dan kebebasan psikologis guna membentuk suasana belajar.
  • Membangun empati
  • Menjalin kebersamaan
  • Membangun rasa memiliki
  • Mendorong kebebasan berekspresi
  • Pendampingan
  • Mengembangkan komunikasi efektif
Pengaruh Belajar yang Menyenangkan Terhadap Kreativitas Anak
Banyak hal yang bisa meningkatkan perkembangan anak ketika sedang mengalami proses belajar yang menyenangkan, salah satunya adalah perkembangan kreativitas. Banyak cara untuk  mengoptimalkan kreativitas anak, kreativitas memang membutuhkan imajinasi yang kuat, dan orang tua dapat membantu dengan menciptakan kondisi-kondisi tersebut.
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil kreatif. Dan pendapat berbagai pakar, dapat disebutkan beberapa parameter kreativitas yang dimiliki seorang anak, yang dihasilkan dari kesenangan dalam belajar.
  • Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru & unik
  • Kemempuan untuk mentransformasikan gagasan lama ke dalam bentuk-bentuk baru.
  • Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi yang terarah
  • Kemampuan untuk melihat kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah
  • Adanya rasa ingin tahu yang luas & mendalam
  • Adanya minat yang luas dan keinginan bereksplorasi
  • Adanya perhatian pada proses, bukan sekedar hasil akhir
  • Adanya kesenangan dan kepuasan pribadi dalam melakukan pekerjaan
  • Adanya pengetahuan awal sebagai modal
  • Kepekaan akan keindahan (Sense of Beauty)
  • Kemampuan berfikir asosiatif & bermain dengan gagasan
  • Kepekaan melihat hal yang unik dari lingkungan sekitar dan aktivitas sehari-hari
  • Kemampuan mengungkapkan gagasa
22 Prinsip Komunikasi dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak

Prinsip 1  Orang tua memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat karya yang unik
Setiap anak memiliki keunikan sendiri. Cara berfikirnyapun unik dan khas, kebebasan yang diberikan oleh orang tua untuk berkreasi, akan membuat karya-karya unik & menarik.
Bentuk kebebasannya misalnya :
  1. Menghargai apapun hasil kreasi anak
  2. Mendorong anak berkreasi lewat karya yang unik, misalnya menggambar pelangi, dan menceritakan kembali lewat tulisan.
Prinsip 2  Orang tua menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak belajar berfikir luas
Minat belajar anak bisa ditandai dengan adanya keingintahuan yang luas mengenai suatu hal. Ketika ditanyakan suatu hal,anak mempunyai minat belajar tinggi, mejawab dengan berbagai jawaban. Cara berfikir demikian disebut cara berfikir divergen ( meluas, banyak jawaban dalam suatu masalah ) dan elaborative ( membangun berbagai kemungkinan jawanab dari satu hal yang ditemukan.
Cara berfikir tersebut, dapat dibiasakan pada anak dengan jalan orang tua menerima apa pun jawaban anak terhadap satu pernyataan tertentu, bisa jadi jawaban anak salah atau tidak logis menurut cara berfikir orang dewasa, namun bisa jadi ada hal-hal menarik dari jawaban itu yang hanya bisa dipahami anak.

Prinsip 3 Orang tua menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, anak terpacu rasa ingin tahunya.
Hal yang mengurangi rasa ingin tahu anak atau membuatnya enggan belajar adalah rasa bosan. Kebosanan ini bisa diakibatkan oleh materi pengetahuan yang itu-itu saja & tidak bervariasi. Demikian dengan cerita, orang tua bisa mengemasnya dengan menarik yang menggugah keingintahuan anak tentang materi yang akan disampaikan, contohnya : Orang tua sedang mendampingi anak belajar mengenai pasang surut. Orang tua bisa mengawali dengan kalimat, “Mengapa permukaan air laut tiba-tiba meninggi ?”

Prinsip 4 Orang tua memberikan penjelasan awala secara jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak mendapat pengetahuan awal secara efektif
Sebelum memberikan tugas pada anak untuk melakukan suatu pekerjaan, orang tua hendaknya membimbing anak dengan memberikan penjelasan awal yang bisa menjadi pedoman anak dalam melakukan sesuatu, sehingga ada gambaran awal yang dimiliki anak ketika melakukan pekerjaannya. Menyuruh tanpa memberikan contoh membuat bayangan anak menjadi samar-samar. Hal ini bisa mengakibatkan anak kebingungan dan menjadikannya enggan bertindak.

Prinsip 5 Orang tua menggunakan alat peraga, anak mempunyai modal awal yang lebih terbayang
Alat peraga penting digunakan ketika kita menerangkan sesuatu kepada anak. Alat peraga ini membantu anak membayangkan materi yang tengah disampaikan dan mengarahkan serta membimbing daya imajinasi anak pada materi yang tengah disampaikan. Contoh alat peraga bisa berupa, buku bergambar, poster, model atau miniatur.

Prinsip 6 Orang tua menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan belajar mengamati terjadinya suatu fenomena
            Mengapa harus dengan eksperimen? Ketika anak mengalami kerepotan dalam melakukan eksperimen, anak bisa mendapatkan pengalaman yang unik, bersinggung langsung dengan apa yang diamati. Metode eksperimen bisa melatih anak tentang terjadinya suatu peristiwa. Dari pengamatan kan muncul berbagai hal yang menarik, & membuat rasa ingin tau anak lebih tinggi.

Prinsip 7 Orang tua memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak, anak memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
            Anak-anak sering melakukan sesuatu karena spontan. Bisa jadi ia melakukan sesuatu yang baik, namun ia tidak menyadarinya. Disinilah peran orang tua, memberikan ulasan secara keseluruhan tentang apa yang sudah dilakukan, agar anak memahami apa yang dilakukannya. Dengan pemahaman yang lebih terstruktur, anak menjadi lebih terarah dalam mengembangkan daya pikirnya menuju pemahaman yang menyeluruh (holistic).

Prinsip 8 Orang tua mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak belajar berfikir mengaitkan satu hal dengan hal lain
            Meski anak mempunyai day imajinasi yang kuat, namun usahakan imajinasi itu terkait dengan kehidupan sehari-hari, bukan khayalan yang tak mendasar. Hal ini bisa dilatih dengan cara mengaitkan isi cerita kepada suatu hal yang pernah dilihat atau dialami anak. Keterkaitan ini bisa berupa fenomena yang ada disekitar anak, kegiatan sehari hari anak, atau hal-hal yang berkesan yang pernah dilihat anak sebelumnya. Disini orang tua akan memanfaatkan kerangka pemikiran yang sudah ada pada diri anak, sehingga materi akan mudah diterima karena telah dikenal lebih dulu, agar disini anak mulai beljar berfikir asosiatif, artinya berbagai kejadian yang dilihat dan dirasakan sehari-hari bisa saling terkait jika dipikirkan secara kreatif.

Prinsip 9 Orang tua memberikan kesempatan anak untuk bercerita, anak belajar mengungkapkan apa yang dipikirkan dan mengungkapkan gagasan secara lebih terstruktur
Bagaimana agar bisa lancar berbicara di depan orang lain? Salah satu jawabannya adalah banyak latihan. Latihan ini bisa dimulai ketika masih anak-anak. Orang tua berusaha memberikan kesempatan sebanyak mungkin bagi anak untuk mengungkapkan gagasannya dalam setiap kesempatan. Dan ketika anak sudah mampu menguasai banyak kosa kata, kita dorong anak untuk mau bercerita. Bercerita akan membuat anak belajar mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, tidak saja kepada orang tuanya, tetapi juga kepada orang lain.

Prinsip 10  Orang tua membimbing anak tampil di depan forum, anak belajar berani berkreasi di depan banyak orang
Berbicara dan menjelaskan gagasan dengan baik di depan orang lain memerlukan banyak latihan, membutuhkan pengalaman dan keberanian. Keberanian tampil di depan forum sebaiknya dilatih ketika masih usia kanak-kanak. Hal ini akan berpengaruh terhdap kepercayaan dirinya. Kalau anak sudah mampu menguasai dirinya untuk tampil di depan orang banyak, maka akan meningkat pula keberanian anak menampilkan kemampuannya di depan umum. Dengan bimbingan dan pendamping orang tua, secara perlahan-lahan anak akan membangun keberaniannya tampil di depan banyak orang.

Prinsip 11 Orang tua melakukan pendampingan secara pribadi kepada anak, anak memiliki keamanan psikologis untuk berkreasi
Berkomunikasi dengan baik kepada anak bukan berarti bisa memberi instruksi, atau menyuruh anak melakukan apa yang diinginkan orang tua. Komunikasi yang kita lakukan kepada anak tidk akan efektif jika kita menyampaikan instruksi saja, kemudian membiarkan anak memahami pesan tersebut, tanpa arahan. Ketika anak tengah menjalankan apa yang kita sampaikan, maka pendampingan akan membuat anak merasa aman karena ia merasa ada yang siap memberikan pertolongan jika ia membutuhkan.

Prinsip 12 Orang tua melayani pertanyaan-pertanyaan anak, anak nyaman untuk berpendapat dan terpuaskan rasa ingin tahunya
            Dunia anak adalah dunia serba ingin tahu. Anak yang normal dan kreatif selalu menanyakan banyak hal sebagai wujud keingintahuannya. Apabila pertanyaan yang disampaikan selalu mendapat respons, maka anak akan merasa terpenuhi keingintahuannya. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih berani dan banyak bertanya dalam usaha mengetahui berbagai macam hal. Sebaliknya apabila kita tidak merespons jawaban anak, kemungkinan anak menjadi enggan untuk menyampaikan pertanyaan karena keingintahuannya tidak terpenuhi.

Prinsip 13 Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba lagi, anak belajar menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai inovasi baru
Maju terus, pantang mundur! Kata-kata mutiara itu mungkin telah menjadi tradisi dalam perjuangan bangsa kita, terutama ketika mempertahankan kemerdekaan dulu. Malu dong, jadi anak Indonesia jika belum apa-apa sudah mundur atau menyerah. Namun anak tetaplah anak, dengan emosi yang masih labil mereka masih harus didampingi agar tidk menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan, sampai dia berhasil menyelesaikannya.
Ketika anak mengalami kegaglan pertama, kita dorong untuk mencobanya kembali dengan cara-cara baru. Orang tua dapat memberikan semangat, hiburan, sehingga anak terhindar dari rasa putus asa. Maka ketika sudah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, meski harus berulang kali gagal dan bersusah payah mencobanya, orang tua tetap memberikn pujian dari hasil kerja kerasnya.

Prinsip 14 Orang tua menjalin kedekatan, anak memiliki rasa aman secara psikologis untuk berkreasi
            Anak akan mudah menjalin komunikasi dengan kita bila ia merasa dekat. Maka, sebaiknya kita menghilangkan jarak dengan anak ketika berkomunikasi sehingga anak bisa merasa bebas untuk mengeluarkan isi hatinya. Dalam berbagai hal lain, kedekatan ini akan mendorong anak melakukan berbagai hal lain, kedekatan ini akan mendorong anak melakukan berbagai hal dengan kreasinya tanpa merasa dipantau dan disalahkan ketika mengeluarkan ide-ide baru.

Prinsip 15 Orang tua melibatkan anak secara aktif dalam belajar, anak merasa ikut memiliki dan tumbuh minat belajarnya
            “Libatkan saya, dan saya akan memahami apa yang anda ajarkan’, begitu ungkapan Cina kuno. Maka, melibatkan anak secara aktif dalam belajar akan membuat lebih efektif penyampaian materi yang tengah diajarkan. Rasa memiliki terhadap materi yang disampaikan lambat laun akan menumbuhkan minat anak dengan sendirinya untuk memahami dan mengikuti materi yang disampaikan. Ia juga akan bertanggungjawab dalam menjalankannya karena merasa materi itu telah menjadi miliknya.

Prinsip 16 Orang tua melibatkan diri dalam kegiatan anak, anak lebih bersemangat dalam berkreasi
            Anak akan merasa lebih bersemangat atau menyatu dalam suatu kegiatan bersama orang tua ketika orang tua melibatkan diri dengan kegiatan anak. Anak merasa sejajar dengan orang tua. Anak merasa tidk canggung dan bersemangat untuk berkreasi dalam kegiatan yang dilakukan.

Prinsip 17 Orang tua menciptakan suasana menyenangkan, anak menyenangi materi dan memiliki kepuasan pribadi dalam berkreasi
            Dalam suasana yang menyenangkan anak terbebas dari tekanan sehingga mempermudah penerimaan pesan yang disampaikan oleh orang tua. Kondisi dimana anak berada dalam suasana yang menyenangkan juga menjadi syarat penting bagi anak untuk dapat berkreasi (bebas dari tekanan).

Prinsip 18 Orang tua menciptakan suasana bersemangat dalam belajar, anak lebih termotivasi
Suasana bersemangat harus diciptakan untuk mendorong anak memusatkan perhatiannya pada materi yang sedang disampaikan dan memahami pesannya sehingga anak termotivasi dalam belajar.
Orang tua bisa membangun semangat anak dengan cara memposisikan diri sebagai partner atau teman bagi anak dalam memahami materi atau mencapai suatu hasil. Jadi anak tidak merasa harus berjuang sendiri ketika menemui materi yang sulit, tetapi ada orang tua yang memosisikan diri sebagai teman untuk bersama-sama mempelajari materi tersebut.

Prinsip 19 Orang tua menjaga konsentrasi anak, anak efektif dalam mendalami materi
Bukan anak-anak kalau konsentrasinya tidak mudah terbelah. Sudah menjadi sifat alami anak, jika ia tengah asyik bermain sesuatu, lalu ada mainan lain yang lebih menarik, maka ia meninggalkan permainannya yang lama menuju permainan yang baru. Ini menjadi kendala utama anak dalam menyerap dan memahami suatu hal, konsentrasi. Maka dalam menerima pesan yang disampaikan, perhatian adalah hal yang utama yang harus dijaga anak agar pesan dapat diterima. Untuk itu orang tua hendaknya selalu menjaga perhatian anak dengan berbagai cara agar pesan yang disampaikan dapat diterima.

Prinsip 20 Orang tua memberikan penghargaan (reward) yang bervariasi, anak mempunyai motivasi untuk menghasilkan karya yang terbaik
Pemberian penghargaan yang paling sederhana adalah memberikan pujian. Misalnya dalam kegiatan belajar mengenal buah-buahan dalm bahasa inggris. Ketika anak mampu mengelompokkan buah-buahan berdasarkan rasanya, menyebut nama buah dengan bahasa inggris yang benar, kita dapat memberikan penghargaan. Penghargaan dapat diciptakan dalam bentuk kretif, misalnya jika anak dapat memberikan jawaban yang benar, maka ia berhak mendapatkan pin dari buah-buahan itu.

Prinsip 21 Orang tua mengembangkan cara inovatif dalam mengajar, anak belajar berfikir luas
Belajar hampir sama dengan makan. Bila makan yang disantap adalah bahan makanan agar menjadi energy untuk pertumbuhan, maka belajar adalah proses menyantap berbagai informasi menjadi pengetahuan yang terstruktur. Jika makanan disajikan tanpa variasi, akan menyebabkan bosan, begitu pula dengan belajar. Anak perlu mendapat perlakuan variatif dalam belajar, agar ia terhindar dari rasa bosan. Orang tua hendaknya mengembangkan cara-cara baru atau inovatif dalam menyampaikan pesannya kepada anak. Hal lain selain untuk menghindari kebosanan anak dalam menerima pesan, juga melatih anak untuk berfikir divergen, tidak terpaku pada satu cara tetapi mampu melihat cara-cara lain yang mungkin diterapkan.

Prinsip 22 Orang tua menggunakan ekspresi mimik dan gerak, anak belajar untuk menghayati pekerjaan
Raut muka atau mimik wajah sanggup menceritakan apa isi hati kita, dan tidak pernah bohong. Kita bisa mengetahui anak kita sedih jika raut mukanya ditekuk, mata mulai berair, meski ia tidak mengatakan apa-apa tentang kesedihannya. Sebaliknya ekspresi wajah suka cita juga akan terlihat jelas, misalnya bila anak menerima hadiah dari kita dengan suka cita. Raut wajah, mimik memang bisa memperkuat suasana yang tercipta, dan ini menjadi modal kita dalam berkomunikasi dengan anak. Orang tua dapat menggunakan ekspresi wajah, mimik, dan gerakan, ketika berkomunikasi dengan anak. Ekspresi ini berfungsi untuk membangkitkan suasana, membuat anak memjadi bagian dari komunikasi yang tengah dibangun.

Simpulan
Kurangnya pemahaman pada anak terhadap cara anak berkomunikasi menyebabkan sering terjadinya miss communication. Mulai dari orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, hingga terlalu mengekangnya tidaklah baik juga. Membebaskannya dalam berekspresi namun tetap memperhatikan atau memberikan pengawasan apa yang dilakukan, serta kurang pahamnya orang tua terhadap apa yang anak sebenarnya inginkan.
Dalam buku ini kita banyak membahas tentang kesenangan-kesenangan anak dalam belajar yang banyak kita salah artikan, bagaimana cara anak belajar, meskipun terkesan main-main, namun anak sebenarnya banyak belajar dari apa yang mereka lakukan dan apa kesalahan mereka. Oleh karena itu, dukungan dari orang tua sangatlah penting terhadap tumbuh kembang anak. Bukan memanjakan atas apa yang selalu anak inginkan, namun tetap memberikan pengawasan pada saat anak melakukan sesuatu.

Sumber :  Junita, Ekomadyo. 2009. 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *