Sastra merupakan fenomena
kemanusiaan yang kompleks, di dalamnya penuh makna yang harus digali
melalui penelitian yang mendalam pula. “Salah satu fungsi karya sastra dalam
masyarakat adalah sebagai alat penyampaian nilai-nilai kemanusiaan dengan
mengungkap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat” (Semi, 1988: 85).
OLEH karena itu, penelitian terhadap karya sastra menjadi penting, baik dari
segi karya sastra itu sendiri maupun hubungan karya dengan realitas manusia,
misalnya dari segi psikologi. Salah satu novel yang bicara tentang problematika
kepribadian dalam proses pendidikan adalah novel Madogiwa No Totto-chan (Totto-chan
Gadis Cilik di Jendela).
Novel Madogiwa No
Totto-chan merupakan novel autobiografi karangan Tetsuko Kuroyanagi.
Autobiografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri
(Hardjana, 1994 :65). Kuroyanagi yang lahir pada tanggal 9 Agustus 1933 di
Nogisaka, Tokyo, merupakan seorang aktris Jepang internasional yang terkenal,
seorang pembawa acara talk show, seorang penulis novel anak terlaris, World
Wide Fund untuk Penasihat Alam, dan Goodwill Ambassador untuk
UNICEF. Kuroyanagi juga terkenal dengan karya amal dan merupakan salah satu
selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Selain
mendirikan Yayasan Totto, Kuroyanagi juga mendirikan yayasan kereta aktor
profesional tuli dan menerapkan visi dalam membawa teater untuk orang tuli.
Pada tahun 2006,Kuroyanagi dianugerahi penghargaan oleh Donald Richie sebagai
wanita yang paling popular di
Jepang, melalui bukunya yang berjudul Japanese Potrait : Pictures of Different People (Potret Jepang:
Foto-foto Orang yang berbeda-beda). (www.wikipedia.com.
Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15)
Novel Madogiwa No
Totto-chan adalah novel yang terbit di tahun 1981.Setelah terbit, novel ini
menjadi novel terlaris dalam sejarah Jepang. Novel ini pertama kali diterjemahkan ke
Bahasa Inggris tahun 1984 oleh Dorothy Britton dan hingga sekarang telah
diterbitkan di lebih dari 30 negara. Berkat keberhasilan novel ini, Kuroyanagi meraih
banyak penghargaan. Diantaranya adalah penghargaan non-fiksi terbaik
di Jepang, penghargaan atas penjualan novel terlaris, dan penghargaan dari
perdana mentri Jepang ketika acara peringatan penyandang cacat sedunia (www.wikipedia.com.
Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15).
Novel Madogiwa No
Totto-chan bercerita tentang masa lalu Kuroyanagi yang akrab dipanggil
dengan Totto-chan semasa kecil. Totto-chan merupakan anak yang
nakal dan sulit diterima di sekolah umum. Sejak dikeluarkan dari sekolah
lamanya, Ia dipindahkan ke sekolah baru yang bernama Sekolah Tomoe. Sekolah
Tomoe merupakan tempat pertama kalinya Ia bertemu dengan Kepala Sekolah Sosaku
Kobayashi yang akhirnya mampu membuat banyak perubahan dalam hidupnya serta
teman-temannya. Teman-teman Totto-chan yang juga memiliki masalah dalam
kepribadian adalah Takahashi-kun dan Ooe-kun.Takahashi-kun
merupakan anak yang memiliki pertumbuhan fisik yang sempurna dan memiliki rasa
tidak percaya diri sedangkan Ooe-kun merupakan anak yang nakal dan tidak
menghargai temannya. Sekolah Tomoe adalah sekolah yang dibangun sekaligus
dikepalai oleh Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi. Kepala Sekolah Kobayashi
menerapkan metode pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Ia menerapkan
metode pengajaran yang bebas dan mandiri.
Metode tersebut dapat membuat
anak berkembang dengan cara mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari orang
lain. Kepala Sekolah Kobayashi berpendapat bahwa setiap anak membawa watak dan
kepribadian baik ketika dilahirkan ke dunia. Ada bermacam-macam dampak yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pengaruh buruk orang dewasa dalam
pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Ia berusaha menemukan watak dan
kepribadian baik itu agar anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang khas.
Kepala Sekolah Kobayashi juga merupakan seorang pendidik yang sangat
menyenangkan dan tidak pernah memarahi murid-muridnya karena menurutnya
mendidik anak bukanlah dengan kemarahan tapi dengan nasehat, pujian, dan
kepercayaan. Kepala Sekolah Kobayashi membuat anak-anak percaya diri,
bertanggung jawab, menyayangi sesama, dan saling tolong-menolong. Ia juga
membentuk beragam karakter anak serta selalu mengenalkan mereka dengan alam
karena menurutnya alam menyimpan berbagai ilmu pengetahuan.
Dari ringkasan cerita
tersebut, Kepala Sekolah Kobayashi mengarahkan psikologis anak didik sesuai
proses perkembangan mereka dan tanpa adanya paksaan. Hal ini sangat penting
dalam mendidik anak. “Novel Madogiwa No Totto-chan mampu membuat
perubahan di Jepang. Metode pendidikan yang diterapkan Kobayashi menjadi
pelopor perubahan sistem pendidikan Jepang” (Andriana, 2010:23).
Dapat disimpulkan bahwa sejak
novel ini terbit, metode pendidikan Kepala Sekolah Kobayashi mulai digunakan
dan menjadi acuan dalam perubahan sistem pendidikan Jepang. Novel Madogiwa No
Totto-chan banyak mengandung metode pendidikan yang tepat dalam mendidik anak. Dengan memperhatikan metode pendidikan yang diterapkan Kepala Sekolah Kobayashi untuk mencapai tujuan
pendidikan yang optimal, peneliti
merasa tertarik mengkaji novel Madogiwa No Totto-chan untuk membahas masalah kepribadian pada anak-anak yang mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan adanya proses pendidikan yang
tepat. “Kepribadian merupakan kualitas perilaku individu
yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri
terhadap lingkungannya secara unik” (Jahja, 2011:67).
Psikologi sastra
Penelitian pada novel Madogiwa
No Totto-chan akan menggunakan pendekatan psikologi sastra.
“Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala yang tampak dan
dijadikan bahan kajian dalam melihat keadaan kejiwaan manusia yang
sesungguhnya” (Marliany, 2005:18). Psikologi Sastra adalah kajian sastra yang
memandang sastra sebagai aktifitas-aktifitas kejiwaan (Endaswara, 2003:96). Dari
penjelasan tersebut, pendekatan psikologi sastra memiliki landasan yang kokoh,
karena sastra dan psikologi sama-sama mempelajari kehidupan manusia.
Sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan
psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Tuhan yang nyata. Menurut
Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2003:98), psikologi sastra mempunyai empat
kemungkinan penelitian,
- Studi psikologi pengarang,peneliti berusaha menangkap psikologi pengarang pada saat menghasilkan karya,
- Studi proses kreatif, bagaimana langkah-langkah psikologis pengarang ketika mengekspresikan karya sastra menjadi fokus,
- Studi tipe dan hukum-hukum psikologis yang diterapkan dalam karya sastra,
- Mempelajari dampak sastra pada pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian yang ketiga, yaitu menggunakan studi tipe dan hukum-hukum psikologis yang diterapkan dalam karya sastra. Studi ini diarahkan pada teori-teori psikologis.
Menurut Gerungan (1991:19),
Ilmu Psikologi memiliki beberapa ilmu khusus yang berfungsi untuk menguraikan
dan menyelidiki segi-segi khusus dari kegiatan psikis manusia. Psikologi khusus
ini antara lain,
(1) psikologi perkembangan,
(2) psikologi kepribadian,
(3) psikologi sosial,
(4) psikologi pendidikan,
(5) psikologi diferensial dan
psikodiagnostik, dan
(6) psikopatologi.
Teori pertama yang digunakan
pada penelitian ini adalah teori psikologi pendidikan yang lebih mengarah pada
aspek psikologi pedagogis. Psikologi pendidikan adalah ilmu psikologi yang
membahas dan menguraikan kegiatankegiatan atau aktifitas-aktifitas manusia yang
berhubungan dengan situasi pendidikan (Ahmadi, 2003:7).
Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan (Jahja, 2011:24).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan adalah bagian khusus dari
Ilmu Psikologi yang mempelajari hubungan manusia
dengan pendidikan sebagai perkembangan individu
secara optimal. Psikologi pedagogis merupakan bagian psikologi pendidikan yang khusus menguraikan aktifitas-aktifitas manusia
dalam mengupayakan suatu pendidikan agar dapat
ditanggulangi dengan metode-metode dan alat-alat yang
tepat demi tercapainya tujuan pendidikan. Aktifitas pendidikan tersebut disesuaikan dengan kemampuan, bakat, watak, dan kondisi anak
(Ahmadi,2003:40-41).
Novel Madogiwa No Totto-chan memiliki nasehat, tauladan, dan
yang terpenting adalah metode pendidikan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah Kobayashi
serta pengajaran yang tepat dalam mendidik anak di lingkungan sekolah. Untuk
menjelaskan nilai yang bersifat mendidik dalam novel ini dapat digunakan
psikologi pendidikan yang lebih mengarah pada psikologi pedagogis. Teori
berikutnya yang digunakan adalah teori psikoanalisis dan teori
behavioristik. Teori
psikoanalisis dicetuskan oleh Sigmund Freud yang
merupakan psikiater Austria
ternama.
Pada penerapannya, teori
psikoanalisis mencakup tiga aspek utama yaitu,
(1) merupakan jenis terapi
yang bertujuan untuk mengobati penyimpangan mental dan syaraf,
(2) merupakan upaya untuk menjelaskan
bagaimana kepribadian manusia berkembang dan bekerja,
(3) menyajikan teori mengenai
cara individu berfungsi di dalam hubungan personal dan masyarakat (Marliany,
2005:125).
Teori psikoanalisis digunakan
untuk menjelaskan kepribadian manusia. Menurut Freud, kepribadian manusia
adalah pertarungan antara id, ego,dan super ego. Id adalah bagian
dari kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan biologis seperti dorongan
kesenangan semata, sehingga seringkali disebut dengan tabiat hewani manusia.
Bersifat egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Super
ego adalah hati nurani yang bertindak atas prinsip moral dan merupakan
internalisasi dari norma sosial dan kultural masyarakatnya. Super ego memaksa
ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan di bawah alam
sadar. Id dan super ego seringkali bertentangan. Ego merupakan
kepribadian yang menjembatani antara keinginan dan hasrat-hasrat hewani id dengan
aturan yang rasional dan realitas super ego. Baik id, ego, dan super
ego, ketiganya berada dalam alam bawah sadar manusia (Djaali, 2009:7).
Gabungan dari ketiga aspek
tesebutlah yang akan melahirkan kepribadian. Teori behavioristik adalah
psikologi belajar yang merupakan bagian dari psikologi pendidikan dengan
memberikan pandangan bahwa kesadaran manusia dapat dikembangkan oleh suatu
pendidikan dan peningkatan akal budi di lingkungan tertentu, seperti
sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat, dengan tujuan utama diarahkan pada
tingkah laku anak didik dalam konteks formal maupun nonformal (Marliany,
2010:158).
Clark L Hull dalam teori behavioristik
mengungkapkan,
- Adanya motifasi dalam proses belajar,
- Adanya hubungan dari rangsangan stimulus dengan respon sehingga menyebabkan adanya bentuk dorongan prilaku yang nyata,
- Adaptasi biologis rangsangan stimulus yang berjalan dengan baik, sehingga berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan (Djaali, 2009:91).
Asumsi dasar dari aliran ini
adalah seluruh perilaku manusia merupakan hasil belajar, artinya perubahan
perilaku organisme merupakan akibat pengaruh lingkungan (Jahja, 2011:20). Novel
Madogiwa No Totto-chan juga mengungkapkan problematika kepribadian pada
anak-anak yang mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan adanya
proses pendidikan. Dengan menggunakan teori psikoanalisis dan teori
behavioristik tepat digunakan untuk mengungkap masalah kepribadian tokoh serta
perubahan kepribadian tersebut sebagai dampak karena adanya proses pendidikan
yang mereka terima di lingkungan sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar