Jumat, 14 Juli 2017

NOVEL TOTO CHAN DALAM PSIKOLOGI SASTRA

Sastra merupakan fenomena kemanusiaan yang kompleks, di dalamnya penuh makna yang harus digali melalui penelitian yang mendalam pula. “Salah satu fungsi karya sastra dalam masyarakat adalah sebagai alat penyampaian nilai-nilai kemanusiaan dengan mengungkap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat” (Semi, 1988: 85). 

OLEH karena itu, penelitian terhadap karya sastra menjadi penting, baik dari segi karya sastra itu sendiri maupun hubungan karya dengan realitas manusia, misalnya dari segi psikologi. Salah satu novel yang bicara tentang problematika kepribadian dalam proses pendidikan adalah novel Madogiwa No Totto-chan (Totto-chan Gadis Cilik di Jendela).

Novel Madogiwa No Totto-chan merupakan novel autobiografi karangan Tetsuko Kuroyanagi. Autobiografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh dirinya sendiri (Hardjana, 1994 :65). Kuroyanagi yang lahir pada tanggal 9 Agustus 1933 di Nogisaka, Tokyo, merupakan seorang aktris Jepang internasional yang terkenal, seorang pembawa acara talk show, seorang penulis novel anak terlaris, World Wide Fund untuk Penasihat Alam, dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF. Kuroyanagi juga terkenal dengan karya amal dan merupakan salah satu selebriti Jepang pertama yang mencapai pengakuan internasional. Selain mendirikan Yayasan Totto, Kuroyanagi juga mendirikan yayasan kereta aktor profesional tuli dan menerapkan visi dalam membawa teater untuk orang tuli. Pada tahun 2006,Kuroyanagi dianugerahi penghargaan oleh Donald Richie sebagai wanita yang paling popular di Jepang, melalui bukunya yang berjudul Japanese Potrait : Pictures of Different People (Potret Jepang: Foto-foto Orang yang berbeda-beda). (www.wikipedia.com. Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15)

Novel Madogiwa No Totto-chan adalah novel yang terbit di tahun 1981.Setelah terbit, novel ini menjadi novel terlaris dalam sejarah Jepang. Novel ini pertama kali diterjemahkan ke Bahasa Inggris tahun 1984 oleh Dorothy Britton dan hingga sekarang telah diterbitkan di lebih dari 30 negara. Berkat keberhasilan novel ini, Kuroyanagi meraih banyak penghargaan. Diantaranya adalah penghargaan non-fiksi terbaik di Jepang, penghargaan atas penjualan novel terlaris, dan penghargaan dari perdana mentri Jepang ketika acara peringatan penyandang cacat sedunia (www.wikipedia.com. Diunduh tanggal 29 Desember 2010:21.15).

Novel Madogiwa No Totto-chan bercerita tentang masa lalu Kuroyanagi yang akrab dipanggil dengan Totto-chan semasa kecil. Totto-chan merupakan anak yang nakal dan sulit diterima di sekolah umum. Sejak dikeluarkan dari sekolah lamanya, Ia dipindahkan ke sekolah baru yang bernama Sekolah Tomoe. Sekolah Tomoe merupakan tempat pertama kalinya Ia bertemu dengan Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi yang akhirnya mampu membuat banyak perubahan dalam hidupnya serta teman-temannya. Teman-teman Totto-chan yang juga memiliki masalah dalam kepribadian adalah Takahashi-kun dan Ooe-kun.Takahashi-kun merupakan anak yang memiliki pertumbuhan fisik yang sempurna dan memiliki rasa tidak percaya diri sedangkan Ooe-kun merupakan anak yang nakal dan tidak menghargai temannya. Sekolah Tomoe adalah sekolah yang dibangun sekaligus dikepalai oleh Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi. Kepala Sekolah Kobayashi menerapkan metode pendidikan yang berbeda dari sekolah-sekolah lainnya. Ia menerapkan metode pengajaran yang bebas dan mandiri.

Metode tersebut dapat membuat anak berkembang dengan cara mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain. Kepala Sekolah Kobayashi berpendapat bahwa setiap anak membawa watak dan kepribadian baik ketika dilahirkan ke dunia. Ada bermacam-macam dampak yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pengaruh buruk orang dewasa dalam pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, Ia berusaha menemukan watak dan kepribadian baik itu agar anak-anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang khas. Kepala Sekolah Kobayashi juga merupakan seorang pendidik yang sangat menyenangkan dan tidak pernah memarahi murid-muridnya karena menurutnya mendidik anak bukanlah dengan kemarahan tapi dengan nasehat, pujian, dan kepercayaan. Kepala Sekolah Kobayashi membuat anak-anak percaya diri, bertanggung jawab, menyayangi sesama, dan saling tolong-menolong. Ia juga membentuk beragam karakter anak serta selalu mengenalkan mereka dengan alam karena menurutnya alam menyimpan berbagai ilmu pengetahuan.

Dari ringkasan cerita tersebut, Kepala Sekolah Kobayashi mengarahkan psikologis anak didik sesuai proses perkembangan mereka dan tanpa adanya paksaan. Hal ini sangat penting dalam mendidik anak. “Novel Madogiwa No Totto-chan mampu membuat perubahan di Jepang. Metode pendidikan yang diterapkan Kobayashi menjadi pelopor perubahan sistem pendidikan Jepang” (Andriana, 2010:23).

Dapat disimpulkan bahwa sejak novel ini terbit, metode pendidikan Kepala Sekolah Kobayashi mulai digunakan dan menjadi acuan dalam perubahan sistem pendidikan Jepang. Novel Madogiwa No Totto-chan banyak mengandung metode pendidikan yang tepat dalam mendidik anak. Dengan memperhatikan metode pendidikan yang diterapkan Kepala Sekolah Kobayashi untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, peneliti merasa tertarik mengkaji novel Madogiwa No Totto-chan untuk membahas masalah kepribadian pada anak-anak yang mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan adanya proses pendidikan yang tepat. “Kepribadian merupakan kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara unik” (Jahja, 2011:67).

 Psikologi  sastra
Penelitian pada novel Madogiwa No Totto-chan akan menggunakan pendekatan psikologi sastra. “Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala yang tampak dan dijadikan bahan kajian dalam melihat keadaan kejiwaan manusia yang sesungguhnya” (Marliany, 2005:18). Psikologi Sastra adalah kajian sastra yang memandang sastra sebagai aktifitas-aktifitas kejiwaan (Endaswara, 2003:96). Dari penjelasan tersebut, pendekatan psikologi sastra memiliki landasan yang kokoh, karena sastra dan psikologi sama-sama mempelajari kehidupan manusia. Sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Tuhan yang nyata. Menurut Wellek dan Warren (dalam Endraswara, 2003:98), psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan penelitian,
  1. Studi psikologi pengarang,peneliti berusaha menangkap psikologi pengarang pada saat menghasilkan karya,
  2. Studi proses kreatif, bagaimana langkah-langkah psikologis pengarang ketika mengekspresikan karya sastra menjadi fokus,
  3. Studi tipe dan hukum-hukum psikologis yang diterapkan dalam karya sastra, 
  4. Mempelajari dampak sastra pada pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian yang ketiga, yaitu menggunakan studi tipe dan hukum-hukum psikologis yang diterapkan dalam karya sastra. Studi ini diarahkan pada teori-teori psikologis.

Menurut Gerungan (1991:19), Ilmu Psikologi memiliki beberapa ilmu khusus yang berfungsi untuk menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus dari kegiatan psikis manusia. Psikologi khusus ini antara lain,
(1) psikologi perkembangan,
(2) psikologi kepribadian,
(3) psikologi sosial,
(4) psikologi pendidikan,
(5) psikologi diferensial dan psikodiagnostik, dan
(6) psikopatologi.

Teori pertama yang digunakan pada penelitian ini adalah teori psikologi pendidikan yang lebih mengarah pada aspek psikologi pedagogis. Psikologi pendidikan adalah ilmu psikologi yang membahas dan menguraikan kegiatankegiatan atau aktifitas-aktifitas manusia yang berhubungan dengan situasi pendidikan (Ahmadi, 2003:7). Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan (Jahja, 2011:24).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi Pendidikan adalah bagian khusus dari Ilmu Psikologi yang mempelajari hubungan manusia dengan pendidikan sebagai perkembangan individu secara optimal. Psikologi pedagogis merupakan bagian psikologi pendidikan yang khusus menguraikan aktifitas-aktifitas manusia dalam mengupayakan suatu pendidikan agar dapat ditanggulangi dengan metode-metode dan alat-alat yang tepat demi tercapainya tujuan pendidikan. Aktifitas pendidikan tersebut disesuaikan dengan kemampuan, bakat, watak, dan kondisi anak (Ahmadi,2003:40-41).

 Novel Madogiwa No Totto-chan memiliki nasehat, tauladan, dan yang terpenting adalah metode pendidikan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah Kobayashi serta pengajaran yang tepat dalam mendidik anak di lingkungan sekolah. Untuk menjelaskan nilai yang bersifat mendidik dalam novel ini dapat digunakan psikologi pendidikan yang lebih mengarah pada psikologi pedagogis. Teori berikutnya yang digunakan adalah teori psikoanalisis dan teori
behavioristik. Teori psikoanalisis dicetuskan oleh Sigmund Freud yang
merupakan psikiater Austria ternama.

Pada penerapannya, teori psikoanalisis mencakup tiga aspek utama yaitu,
(1) merupakan jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati penyimpangan mental dan syaraf,
(2) merupakan upaya untuk menjelaskan bagaimana kepribadian manusia berkembang dan bekerja,
(3) menyajikan teori mengenai cara individu berfungsi di dalam hubungan personal dan masyarakat (Marliany, 2005:125).

Teori psikoanalisis digunakan untuk menjelaskan kepribadian manusia. Menurut Freud, kepribadian manusia adalah pertarungan antara id, ego,dan super ego. Id adalah bagian dari kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan biologis seperti dorongan kesenangan semata, sehingga seringkali disebut dengan tabiat hewani manusia. Bersifat egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Super ego adalah hati nurani yang bertindak atas prinsip moral dan merupakan internalisasi dari norma sosial dan kultural masyarakatnya. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan di bawah alam sadar. Id dan super ego seringkali bertentangan. Ego merupakan kepribadian yang menjembatani antara keinginan dan hasrat-hasrat hewani id dengan aturan yang rasional dan realitas super ego. Baik id, ego, dan super ego, ketiganya berada dalam alam bawah sadar manusia (Djaali, 2009:7).

Gabungan dari ketiga aspek tesebutlah yang akan melahirkan kepribadian. Teori behavioristik adalah psikologi belajar yang merupakan bagian dari psikologi pendidikan dengan memberikan pandangan bahwa kesadaran manusia dapat dikembangkan oleh suatu pendidikan dan peningkatan akal budi di lingkungan tertentu, seperti sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat, dengan tujuan utama diarahkan pada tingkah laku anak didik dalam konteks formal maupun nonformal (Marliany, 2010:158).

Clark L Hull dalam teori behavioristik mengungkapkan,
  1. Adanya motifasi dalam proses belajar,
  2. Adanya hubungan dari rangsangan stimulus dengan respon sehingga menyebabkan adanya bentuk dorongan prilaku yang nyata,
  3. Adaptasi biologis rangsangan stimulus yang berjalan dengan baik, sehingga berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan (Djaali, 2009:91).

Asumsi dasar dari aliran ini adalah seluruh perilaku manusia merupakan hasil belajar, artinya perubahan perilaku organisme merupakan akibat pengaruh lingkungan (Jahja, 2011:20). Novel Madogiwa No Totto-chan juga mengungkapkan problematika kepribadian pada anak-anak yang mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan adanya proses pendidikan. Dengan menggunakan teori psikoanalisis dan teori behavioristik tepat digunakan untuk mengungkap masalah kepribadian tokoh serta perubahan kepribadian tersebut sebagai dampak karena adanya proses pendidikan yang mereka terima di lingkungan sekolah.



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *