KAJIAN
ARTIKEL
by Ahmad kurnia
Judul Artikel Asli : Changing Management Paradigms : implications for educational institutional.
Penulis : D. Jamali
Diterbitkan oleh : Emerald Journal of management Development,
vol.24 no 2 tahun
2005
A. Ringkasan artikel :
Paradigm perubahan manajemen terutama di lembaga pendidikan lebih
disesuaikan dengan paradigm lama yang berkiblat pada pendapat teori fayol,
taylor dan weber yang berpandangan bahwa pengelolaan lingkungan manajemen yang
stabil cenderung terpusat pada proses pengambilan keputsuan dan penggunaan
saluran komunikasi yang hirarkhis. Fokus perhatian konsep manajemen tradisional
adalah organisasi,pemangkasan biaya,bekerja sesuai aturan yang sudah
disepakati, menghormati hirarkhi, pembagian kerja sederhana dan spesialisasi
kerja.(Turner & Kegan, 1999; Burnes, 2001; Jaffee, 2001)
Paradigm lama juga memiliki karakteristik : focus pada organisasi
kedlam,menunggu petunjuk perintah dan pengawasan, menngunakan pendekatan
standarisasi dan disiplin authoritarian dan secara umum menampilkan orientasi
mekanis dari rancangan structural organisasi, departementalisasi yang kaku,
spesialisasi kerja tinggi, rantai komando dan rentang pengawasan (span of
control) yang sempit, sentralisasi kekuasaan dan formalitas yang
tinggi.(Kreimer, 2002; Robbins & Coulter, 2003)
Fokus lain dari paradigm lama lebih pada peningkatan produktiftas dan
pemberdayaan SDM yang ada dalam kondisi statis dan stabil.sehingga manajer
dianggap sebagai pengambilan keputusan,strategis bahkan Burnes (2001)
menganggap manajer sebagai pengawas, polisi, manipulator yang berhubungan
dengan kelas elit. Sedangkan pegawai diposisikan sebagai seseorang yang tidak
begitu bisa diandalkan dan cenderung meminta penghargaan dengan pencapaian yang
diberikan minimal. Sehingga melahirkan prasangka, ketidak percayaan dan
kekhawatiran terhadap ases data dan system informasi dengan pengawasan yang
ketat karena kerahasiaannya.
Dalam pembelajaran juga kurang begitu mendapat perhatian karena
organisasi lebih memperhatikan standarisasi dan spesialisasi sehingga ases
pembelajaran tidak di akomodisasi yang berakibat pada kurang pemenuhan empowerment
dan cenderung pegawai statis menerima perubahan. Dalam lingkungan seperti itu,
individu memiliki kecenderungan akan terhambat dan tidak kreatif, dimana ide-ide baru dibebaskan dan orang-orang berkecil hati untuk mengambil risiko, atau mau
mencoba suatu hal yang baru.
Sistem manajemen klasik bekerja dengan baik ketika
pasar, produk dan teknologi berubah
secara lambat (Turner dan Keegan, 1999).
Namun demikian, kelemahan
sistem terungkap dan pembatasannya secara
bertahap akan terbuka
dengan mempercepat
globalisasi dan inovasi teknologi.
Dari
permasalahan paradigm lama dengan berbagai permasalahannya, tiada kata lain
selain, berubah. Dengan berbagai alas an yang niscaya : yaitu perkembangan tecno-sosio-economy yang bergerak cepat
yang membutuhkan adanya difusi dan internalisasi antara teknologi dan
informasi, menghilangkan system manajemen hirarkhi yang kaku, kompleksitas
teknologi membutuhkan ilmu pengetahuan multidispliner
Dalam operasionalnya
perusahaan membutuhkan pengetahuan ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan pengetahuan, teknologi, kemajuan teknik, keterampilan baru
dan kompetensi yang dinamis (Liyanage dan Poon, 2002).
Kompetensi
pegawai di sisi lain sangat
dibutuhkan dalam Sistem manajemen baru
seperti tidak
digunakannya keahlian mereka dan diluar
perkiraan mereka bersedia untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab. Sikap baru terhadap
pekerjaan mereka itu meliputi perasaan bangga dan rasa memiliki, kepeduliaan tentang prestasi, nilai, tingkat
kelayakan, makna dan pemenuhan (Stallings, 2000). Efek
lainnya bagi Pelanggan
dengan pola prilaku tersebut bisa menjadikan
mereka lebih terdidik.
lebih tercerahkan, lebih canggih, lebih ingin tahu dan kritis – sehingga banyak perminntaan ketika belanja (Chapman, 2001). Produk baru yang harus diciptakan lebih
inovatif, fleksible dan berkualitas tinggi yang memiliki siklus hidup yang pendek
di pasar global berubah-ubah (Turner dan Keegan, 1999; Longenecker dan Ariss, 2002).
lebih tercerahkan, lebih canggih, lebih ingin tahu dan kritis – sehingga banyak perminntaan ketika belanja (Chapman, 2001). Produk baru yang harus diciptakan lebih
inovatif, fleksible dan berkualitas tinggi yang memiliki siklus hidup yang pendek
di pasar global berubah-ubah (Turner dan Keegan, 1999; Longenecker dan Ariss, 2002).
Perubahan paradigma
Organisasi semakin sadar bahwa dunia telah berubah pada porosnya, sehingga perlu menaksir ulang kembali dasar tujuan, operasi dan orientasi manajemennya. Oleh karena itu tahun 1980-an telah menyaksikan munculnya pergeseran paradigma, atau lebih akurat mencari paradigma baru yang lebih tepat (Collins, 1996; Burnes, 2000).
Teori-teori yang paling banyak
mempengaruhi pemikiran manajemen kontemporer mencakup pendekatan perilaku
(the behavioural approach), teori sistem
(system theory), pendekatan
kontijensi, pendekatan Budaya unggul, dan teori pembelajaran organisasi, yang
masing-masing memberikan kontribusi wawasan baru untuk pemahaman kita
tentang proses manajemen kontemporer.
·
Pendekatan
perilaku misalnya memfokuskan perhatian pada faktor manusia dalam
organisasi, pentingnya dinamika kelompok dan memotivasi. manusia yang kompleks
organisasi, pentingnya dinamika kelompok dan memotivasi. manusia yang kompleks
·
Pendekatan
sistem memperingatkan manajer untuk penanaman dugaan positif dan saling ketergantungan.
·
pendekatan
kontingensi lebih memperhatikan dan menggarisbawahi
adaptasi / kesesuaian situasional.
adaptasi / kesesuaian situasional.
·
Pendekatan
keunggulan Budaya lebih mengingatkan
para manajer untuk menyepakati untuk lebih memperhatikan isu-isu sederhana dari orang, nilai-nilai, dan kepuasan pelanggan/ karyawan. Selain menempatkan inovasi sebagai penggerak utama keunggulan suatu organisasi.
para manajer untuk menyepakati untuk lebih memperhatikan isu-isu sederhana dari orang, nilai-nilai, dan kepuasan pelanggan/ karyawan. Selain menempatkan inovasi sebagai penggerak utama keunggulan suatu organisasi.
·
Pendekatan
pembelajaran organisasi lebih menekankan
pada kegunaan pemeliharaan hati-hati dan menumbuhkan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memasukkannya ke dalam aplikasi baru dalam rangka menumbuh kembangkan organisasi.
pada kegunaan pemeliharaan hati-hati dan menumbuhkan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memasukkannya ke dalam aplikasi baru dalam rangka menumbuh kembangkan organisasi.
Terinspirasi oleh berbagai kontribusi
berbagai teori diatas, perspektif
manajemen tradisional terus berubah dan perlu bangkitnya efektivitas manajerial sisi
lain perubahan
telah terbukti sangat meresahkan bagi
kebanyakan manajer dan
organisasi, dimana perusahaan abad ke-21 telah memetakan pola
dasar baru dengan tema akrab dan aplikatif.
Handy(1989), mengungkapkan
bahwa Wacana bisnis
yang semakin berkisar intelijen, informasi
dan ide-ide dan memanfaatkan kemampuan
otak dan modal intelektual untuk menambahkan
nilai dan mempertahankan daya saing dalam persiangan global yang tidak bsia terhindarkan..
nilai dan mempertahankan daya saing dalam persiangan global yang tidak bsia terhindarkan..
Organisasi merangkul perubahan manajemen baru
restrukturisasi mereka
proses internal dan pendekatan manajemen sekitar berubah dengan cepat informasi
dan teknologi. Pergeseran ini mendukung struktur organisasi selular dan matriks
dengan lapisan yang lebih sedikit manajemen atas tua di exible berlapis-lapis vertikal
hirarkis organisasi (Benveniste, 1994;. Cravens et al, 1997). filosofi baru manajemen juga merangkul inovasi sebagai bahan utama keberhasilan dan daya saing meningkat (Khalil, 2000; Liyanage dan Poon, 2002). Ini memerlukan mengembangkan potensi kreatif dari organisasi dengan mengembangkan ide-ide baru, memanfaatkan masyarakat kreativitas dan antusiasme, menekan potensi inovatif karyawan, dan mendorong perkembangan otonomi dan kewirausahaan (Blanchard, 1996; Kuczmarski, 1996; Boyett dan Boyett, 2000; Hitam dan Porter, 2000).
proses internal dan pendekatan manajemen sekitar berubah dengan cepat informasi
dan teknologi. Pergeseran ini mendukung struktur organisasi selular dan matriks
dengan lapisan yang lebih sedikit manajemen atas tua di exible berlapis-lapis vertikal
hirarkis organisasi (Benveniste, 1994;. Cravens et al, 1997). filosofi baru manajemen juga merangkul inovasi sebagai bahan utama keberhasilan dan daya saing meningkat (Khalil, 2000; Liyanage dan Poon, 2002). Ini memerlukan mengembangkan potensi kreatif dari organisasi dengan mengembangkan ide-ide baru, memanfaatkan masyarakat kreativitas dan antusiasme, menekan potensi inovatif karyawan, dan mendorong perkembangan otonomi dan kewirausahaan (Blanchard, 1996; Kuczmarski, 1996; Boyett dan Boyett, 2000; Hitam dan Porter, 2000).
Organisasi modern seperti, membuat langkah besar
untuk memelihara inovasi,
positing pengetahuan manusia sebagai komponen kunci dari basis aset mereka, dan menciptakan basis pengetahuan atau repositori untuk memperpendek kurva belajar (Khalil dan Wang, 2002; Carnall, 2003). Orang-orang diperlakukan sebagai sumber daya alam dan aset modal organisasi dan sumber yang paling penting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sedangkan paradigma thetraditional dianggap tenaga kerja komoditas yang akan dibeli, dieksploitasi dislokasi dalam re kalangan pendidikan ects realitas manajerial berubah dan praktek digambarkan sebelumnya. pengelolaan
positing pengetahuan manusia sebagai komponen kunci dari basis aset mereka, dan menciptakan basis pengetahuan atau repositori untuk memperpendek kurva belajar (Khalil dan Wang, 2002; Carnall, 2003). Orang-orang diperlakukan sebagai sumber daya alam dan aset modal organisasi dan sumber yang paling penting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sedangkan paradigma thetraditional dianggap tenaga kerja komoditas yang akan dibeli, dieksploitasi dislokasi dalam re kalangan pendidikan ects realitas manajerial berubah dan praktek digambarkan sebelumnya. pengelolaan
Hal ini memang dapat diinduksi bahwa pendidikan
manajemen secara umum tidak
menanggapi paradigma baik untuk perubahan paradigma
manajemen. Manajemen
pendidikan terus menekankan
konsep abstrak – mengembangkan keterampilan kognitif dan kemampuan analitik serta pengetahuan dan
pemahaman tentang
berbagai teori manajemen.
Dalam upaya untuk mengatasi kekurangan dari model
pendidikan manajemen
tradisional, berbagai inisiatif telah berevolusi dalam beberapa tahun terakhir,
menekankan pendekatan berbasis pada percobaan aktif dalam intervensi manajemen, baik melalui organisasional berbasis proyek
atau melalui tindakan jenis kegiatan pembelajaran, yang bertujuan menerapkan teori manajemen dalam konteks organisasi
tertentu (Talbot, 1997).
Belajar terapan melibatkan sekelompok manajer dimana mereka saling mendukung, mempertanyakan dan mengkritik satu sama lain dalam mengembangkan solusi untuk manajemen individu. Hal Ini menggabungkan antara pengajaran tradisional dan penilaian dengan set tindakan pembelajaran dan rekan penilaian (Talbot, 1997; Leitch dan Harrison, 1999). Lain upaya untuk meringankan fokus teoritis dan preskriptif pendidikan manajemen ortodoks telah melibatkan pengenalan pengajaran berbasis studi kasus, organisatoris didasarkan proyek dan tugas konsultasi. Penekanannya pada umumnya aktif eksperimen, observasi kembali efektif dan memelihara kemampuan untuk menangani baru masalah dengan cara konteks yang spesifik (Gambar 2).
Belajar terapan melibatkan sekelompok manajer dimana mereka saling mendukung, mempertanyakan dan mengkritik satu sama lain dalam mengembangkan solusi untuk manajemen individu. Hal Ini menggabungkan antara pengajaran tradisional dan penilaian dengan set tindakan pembelajaran dan rekan penilaian (Talbot, 1997; Leitch dan Harrison, 1999). Lain upaya untuk meringankan fokus teoritis dan preskriptif pendidikan manajemen ortodoks telah melibatkan pengenalan pengajaran berbasis studi kasus, organisatoris didasarkan proyek dan tugas konsultasi. Penekanannya pada umumnya aktif eksperimen, observasi kembali efektif dan memelihara kemampuan untuk menangani baru masalah dengan cara konteks yang spesifik (Gambar 2).
Apa ini bentuk perhatian umum dengan beragam inisiatif untuk berbagi yaitu langkah
jauh dari pendekatan berorientasi konten statis terhadap pendidikan manajemen dengan fokus baru untuk memelihara keterampilan intelektual, dan kecakapan untuk berpikir kritis dan mandiri (Pangeran
dan Stewart,
2000). Tujuannya adalah untuk
mengembangkan jenis praktisi reflektife untuk berkembang pesat dalam lingkungan manajemen baru (Jack dan Anderson, 1999).
Ada juga tumbuh
apresiasi kebutuhan untuk menghubungkan belajar dengan kegiatan di tempat kerja sehingga meningkatkan relevansi / keberhasilan
pendidikan manajemen (Vinten, 2000). Kelemahan utama paradigma pendidikan manajemen tradisional memang lebih fokus pada transmisi teori pengetahuan, pemisahan
teori dari praktek dianggap
berbhaya dan tidak bisa diterima.
B. Kajian artikel :
D.
Jamali mengulas secara deskriptif
naratif tentang Tantangan terbesar yang
dihadapi perusahaan kompetitif saat ini untuk merangkul sebuah
perubahan,. Lingkungan bisnis secara konstan berubah-rubah dan perusahaan harus bergulat dengan sejumlah realitas
baru. Ini latar
belakang perubahan telah dikatalisasikan penilaian ulang konsep manajerial tradisional dalam tatanan implikasi logis. Bertujuan untuk melacak sebuah evolusi paradigma manajemen baru dan mengidentifikasi pengendali
utama.yang nantinya dikaitkan dengan
kosnep baru perubahan manajemen terhadap perubahan paradigm institusi perguran
tinggi baik dalam konsep pilosofi, penataan kurikulum, link and match dengan
dunia industry yang memberikan kemapuan sendiri dalam mengahdapi perkembangan
global dunia industry.
Point
lain adalah Menilai implikasi dari
perubahan paradigma manajemen itu sendiri bisa diterapkan untuk sistem pendidikan perguran tinggi
terutama jurusan ilmu manajemen dengan, menyoroti
diperlukan penyesuaian dalam pendidikan manajemen ortodoks dan tantangan tersisa bagi penyelenggara pendidikan
manajemen yang tranformatif dan mampu menghadapi tantangan global yang sulit
dihindari..
Selain
itu juga beliau Memberikan bantuan dalam memahami perspektif bisnis untuk kepentingan
yang dapat membantu para akademisi untuk
mengalokasikan sumber daya dan
rancangan program perguran tinggi yang
melayani kebutuhan akan tenaga manajer
yang kompettif sesuai dengan perkembangan globalisasi ekonomi-politik-teknologi
yang berimbas pada dunia pendiidkan khususnya sekolah bisnis dan manajemen.
Sementara beliau mengambil pendapat Jack dan Anderson, (1999) yang menguraikan beberapa kemajuan telah dicapai, dalam dunia manajemen walaupun sistem pendidikan manajemen masih menghadapi tanggung jawab dalam pembentukan perilaku melalui penguatan inovasi, kreativitas, pleksibilitas, kapasitas untuk merespon situasi yang sangat berbeda, otonomi, pengarahan dan ekspresi diri.
sealain itu juga pendidikan Manajemen juga menghadapi tantangan untuk menumbuhkan imajinasi kewirausahaan dan keseimbangan berpikir otak kanan, dalam mengkreasikan pemikiran intuitif dengan analitik berpikir otak kiri dalam pendekatan yang lebih holistik dan integratif. Tantangan lain yang dihadapi para akademisi ilmu manajemen adalah untuk mengembangkan kurikulum alternatif dan model penyampaiannya yang tidak hanya mengstimulus pembelajaran saja tetapi juga mampu memfasilitasi proses belajar yang berkelanjutan.
Sementara beliau mengambil pendapat Jack dan Anderson, (1999) yang menguraikan beberapa kemajuan telah dicapai, dalam dunia manajemen walaupun sistem pendidikan manajemen masih menghadapi tanggung jawab dalam pembentukan perilaku melalui penguatan inovasi, kreativitas, pleksibilitas, kapasitas untuk merespon situasi yang sangat berbeda, otonomi, pengarahan dan ekspresi diri.
sealain itu juga pendidikan Manajemen juga menghadapi tantangan untuk menumbuhkan imajinasi kewirausahaan dan keseimbangan berpikir otak kanan, dalam mengkreasikan pemikiran intuitif dengan analitik berpikir otak kiri dalam pendekatan yang lebih holistik dan integratif. Tantangan lain yang dihadapi para akademisi ilmu manajemen adalah untuk mengembangkan kurikulum alternatif dan model penyampaiannya yang tidak hanya mengstimulus pembelajaran saja tetapi juga mampu memfasilitasi proses belajar yang berkelanjutan.
Dengan
mengambil pendapat Sexton dan Kasarda (1991) mengajukan gagasan bahwa dua tujuan program pendidikan bisnis yang terbaik yaitu
:
1.
Untuk
mempersiapkan orang untuk sukses dalam karir dan masa depan
2.
Untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk belajar di masa depan.
Gagasan diatas memberikan paparan model belajar yang berbeda dengan memperkenalkan kecenderungan untuk belajar sepanjang hayat
(long life education), yang pada gilirannya mengandaikan dirinya
sebagai seseorang yang sangat penting untuk memerangi keterampilan teknis yang cepat usang (Davies, 1998).
Pendidikan Tinggi saat ini memiliki peran yang diakui dalam belajar
seumur hidup, dan dalam membentuk mampu orang-orang yang tidak hanya tahu tentang
spesialisasi keahlian mereka,
tetapi juga memiliki kepercayaan diri tinggi untuk menerapkan keterampilan mereka dalam situasi tertentu dan terus memperbarui pengetahuan mereka
dan belajar dari pengalaman (Yorke,1999).
Setiap karir dalam bisnis melibatkan
adanya perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga pendidikan manajemen juga menghadapi
tantangan untuk mengintegrasikan
fungsi pengetahuan secara
integral dan holistic dan kebanyakan perguran tinggi manajemen dianggap sebagai. wilayah dimana sedikit kemajuan
yang telah dicapai,untuk melanjutkan
kecenderungan dari beberapa sekolah
bisnis yang mengolongkannya sebagai bagian dari bidang bisnis atau teknik dengan tujuan untuk memfokuskan diri pada fungsi bisnis tertentu (misalnya akuntansi, pemasaran, keuangan
dan sumber daya manusia) dan pemupukan adanya batas interdisipliner (Khalil, 2000). Ada berbagai macam opini yang menggambarkan bahwa salah satu fokus utama
di masa depan harus melalui pendekatan berbasis proses dengan lebih
menekanan pada keterampilan tindakan
holistik dimana ketidakstabilan kerja manajerial dalam tampilan yang berbeda (Garavan
dan O'Cinneide, 1994; Jack dan Anderson,1999).
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang
terampil dan berorientasi internasional, sekolah bisnis juga menghadapi tantangan
yang kompleks untuk mengejar
jaringan antar universitas dan terciptanya
hubungan simbiosis dengan dunia
industri. Aliansi global semacam ini
tampaknya semakin penting untuk mengamankan bentuk-bentuk baru dari keanekaragaman (diversity) keunggulan mengglobal untuk dikembangkan di populasi mahasiswa yang lebih besar (Hagen, 2002).
Mereka menawarkan prospek yang menjanjikan
untuk berbagi
untuk pengalokasian biaya
tetap dan pengelolaan risiko,
mengsinergikan keahlian dan
memanfaatkan Aset / keterampilan pelengkap, memfasilitasi proses baru dan meningkatkan inovasi.dalam
dunia pendidikan, Memerangi
kepicikan sehingga tampaknya sangat crucial untuk memimpin jaringan pengetahuan global.
D.
Jamali mengambil Vinten, (2000). berpendapat kalau Sekolah bisnis pada umumnya dianggap sebagai kisah sukses abad terakhir
sekarang yang menghadapi tanggung jawab untuk tumbuhnya sebuah tantangan walau terkadang ada yang ambivalen terhadap keberadaan sekolah bisnis ini yaitu mereka
yang berasal dari stakeholders inti
dan institusi
pribumi yang baisanya mereka sangat
puas mengkritik, terkadang kaku dan kritikan mereka tidak
relevan (Porter dan McKibben, 1988; Crainer dan Dearlove,
1998). Solusinyanya
Sekolah bisnis sekarang tertantang untuk merespon dengan mengadopsi orientasi baru yang
menekankan pada efisiensi, responsif
dan inovasi serta mereka
mengadaptasikan program pendidikan
untuk lebih meningkatkan lingkungan
sosio-ekonomi yang semakin kompetitif (Dearlove, 2002).
Untuk
menjawab kebutuhan yang mendesak
pada saat ini adalah sudah pada waktunya untuk mendorong penelitian yang berkaitan dengan pengembangan
kurikulum, program konten dan model transfer
pembelajaran. Aplikasinya . tantangan
utama dari pelatihan dan pendidikan manajemen adalah kelayakan kurikulum dan program pelatihan untuk persiapan dan pembelajaran di dunia luar
setelah selesai suatu pendidikan. Tantangan-global
dalam pengelolaan pendidikan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan adanya kolaborasi antara manajemen perguruan
tinggi, kemitraan dengan dunia industri,
untuk mengidentifikasi pedoman (guidelines) untuk pembaharuan kurikulum dan mekanisme untuk memberikan pendidikan manajemen
yang memenuhi kebutuhan manajer kontemporer.
Kesimpulan :
Meskipun belum ada model global yang sukses. Ada beberapa saran dapat kita buat hubungannya
antara lain adanya : struktur periodic; inovasi dan penyesuaian kurikulum; terikat
dengan pengajaran non-tradisional,
integrasi melekat antara hasil belajar ke dalam desain yang terencana, bias terhadap penerapan keterlibatan pengetahuan yang
diperoleh, dan integrasi fungsional yang interdisipliner, serta kemitraan berbuah dengan pegawai, pengusaha, alumni, para pemimpin
perusahaan dan perekrut. Pemahaman yang lebih baik terhadap suatu nilai dari perspektif berbagai stakeholder dapat
membantu para akademisi untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang
program yang benar yng bisa memenuhi kebutuhan manajer pada abad ke 21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar