Selasa, 30 Oktober 2012

Changing Management Paradigms : implications for educational institutional.


KAJIAN ARTIKEL
by Ahmad kurnia

Judul Artikel Asli              :        Changing Management Paradigms : implications for   educational institutional.
Penulis                               :        D. Jamali
Diterbitkan oleh                :       Emerald Journal of management Development, vol.24 no 2 tahun
                                                    2005


A.   Ringkasan artikel :
Paradigm perubahan manajemen terutama di lembaga pendidikan lebih disesuaikan dengan paradigm lama yang berkiblat pada pendapat teori fayol, taylor dan weber yang berpandangan bahwa pengelolaan lingkungan manajemen yang stabil cenderung terpusat pada proses pengambilan keputsuan dan penggunaan saluran komunikasi yang hirarkhis. Fokus perhatian konsep manajemen tradisional adalah organisasi,pemangkasan biaya,bekerja sesuai aturan yang sudah disepakati, menghormati hirarkhi, pembagian kerja sederhana dan spesialisasi kerja.(Turner & Kegan, 1999; Burnes, 2001; Jaffee, 2001)
Paradigm lama juga memiliki karakteristik : focus pada organisasi kedlam,menunggu petunjuk perintah dan pengawasan, menngunakan pendekatan standarisasi dan disiplin authoritarian dan secara umum menampilkan orientasi mekanis dari rancangan structural organisasi, departementalisasi yang kaku, spesialisasi kerja tinggi, rantai komando dan rentang pengawasan (span of control) yang sempit, sentralisasi kekuasaan dan formalitas yang tinggi.(Kreimer, 2002; Robbins & Coulter, 2003)
Fokus lain dari paradigm lama lebih pada peningkatan produktiftas dan pemberdayaan SDM yang ada dalam kondisi statis dan stabil.sehingga manajer dianggap sebagai pengambilan keputusan,strategis bahkan Burnes (2001) menganggap manajer sebagai pengawas, polisi, manipulator yang berhubungan dengan kelas elit. Sedangkan pegawai diposisikan sebagai seseorang yang tidak begitu bisa diandalkan dan cenderung meminta penghargaan dengan pencapaian yang diberikan minimal. Sehingga melahirkan prasangka, ketidak percayaan dan kekhawatiran terhadap ases data dan system informasi dengan pengawasan yang ketat karena kerahasiaannya.
Dalam pembelajaran juga kurang begitu mendapat perhatian karena organisasi lebih memperhatikan standarisasi dan spesialisasi sehingga ases pembelajaran tidak di akomodisasi yang berakibat pada kurang pemenuhan empowerment dan cenderung pegawai statis menerima perubahan. Dalam lingkungan seperti itu, individu memiliki kecenderungan akan terhambat dan tidak kreatif, dimana ide-ide baru dibebaskan dan orang-orang berkecil hati untuk mengambil risiko, atau mau mencoba suatu hal yang baru.
Sistem manajemen klasik bekerja dengan baik ketika pasar, produk dan teknologi berubah secara lambat (Turner dan Keegan, 1999). Namun demikian, kelemahan sistem terungkap dan pembatasannya secara bertahap akan terbuka dengan mempercepat globalisasi dan inovasi teknologi.
Dari permasalahan paradigm lama dengan berbagai permasalahannya, tiada kata lain selain, berubah. Dengan berbagai alas an yang niscaya : yaitu perkembangan tecno-sosio-economy yang bergerak cepat yang membutuhkan adanya difusi dan internalisasi antara teknologi dan informasi, menghilangkan system manajemen hirarkhi yang kaku, kompleksitas teknologi membutuhkan ilmu pengetahuan multidispliner Dalam operasionalnya perusahaan membutuhkan pengetahuan ekonomi untuk meningkatkan  pertumbuhan pengetahuan,  teknologi, kemajuan teknik,  keterampilan baru dan kompetensi yang dinamis (Liyanage dan Poon, 2002).
Kompetensi pegawai di sisi lain sangat dibutuhkan dalam Sistem manajemen baru seperti tidak digunakannya keahlian mereka dan diluar perkiraan mereka bersedia untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab. Sikap baru terhadap pekerjaan mereka itu meliputi perasaan bangga dan rasa memiliki,  kepeduliaan tentang prestasi, nilai, tingkat kelayakan, makna dan pemenuhan (Stallings, 2000). Efek lainnya bagi Pelanggan dengan pola prilaku tersebut bisa menjadikan mereka lebih terdidik.
lebih tercerahkan, lebih canggih, lebih ingin tahu dan kritis –
sehingga banyak perminntaan ketika belanja (Chapman, 2001). Produk baru yang harus diciptakan lebih
inovatif,
fleksible dan berkualitas tinggi yang memiliki siklus hidup yang pendek
di pasar global berubah-ubah (Turner dan Keegan, 1999; Longenecker dan Ariss, 2002).

Perubahan paradigma

Organisasi semakin sadar bahwa dunia telah berubah pada porosnya, sehingga perlu menaksir  ulang kembali dasar tujuan, operasi dan orientasi manajemennya. Oleh karena itu tahun 1980-an telah menyaksikan munculnya pergeseran paradigma, atau lebih akurat mencari paradigma baru yang lebih tepat (Collins, 1996; Burnes, 2000).

Teori-teori yang paling banyak mempengaruhi pemikiran manajemen kontemporer mencakup  pendekatan perilaku (the behavioural approach), teori sistem (system theory), pendekatan kontijensi, pendekatan Budaya unggul, dan teori pembelajaran organisasi, yang masing-masing memberikan kontribusi wawasan baru untuk pemahaman kita tentang proses manajemen  kontemporer.
·         Pendekatan perilaku misalnya memfokuskan perhatian pada faktor manusia dalam
organisasi
, pentingnya dinamika kelompok dan memotivasi. manusia yang kompleks
·         Pendekatan sistem memperingatkan manajer untuk penanaman dugaan positif dan saling ketergantungan.
·         pendekatan kontingensi lebih memperhatikan dan menggarisbawahi
adaptasi / kesesuaian situasional.
·         Pendekatan keunggulan Budaya lebih mengingatkan
para manajer untuk menyepakati untuk lebih  memperhatikan isu-isu sederhana dari orang, nilai-nilai, dan kepuasan pelanggan/ karyawan. Selain menempatkan inovasi sebagai penggerak utama keunggulan suatu organisasi.
·         Pendekatan pembelajaran organisasi lebih menekankan
pada kegunaan pemeliharaan hati-hati dan menumbuhkan kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memasukkannya ke dalam aplikasi baru dalam rangka menumbuh kembangkan organisasi.

Terinspirasi oleh berbagai kontribusi berbagai teori diatas, perspektif manajemen tradisional terus berubah dan perlu bangkitnya efektivitas manajerial  sisi lain perubahan telah terbukti sangat meresahkan bagi kebanyakan manajer dan organisasi, dimana perusahaan abad ke-21 telah  memetakan pola dasar baru dengan tema akrab dan aplikatif. Handy(1989), mengungkapkan bahwa Wacana bisnis yang semakin berkisar intelijen, informasi dan ide-ide dan memanfaatkan kemampuan otak dan modal intelektual untuk menambahkan
nilai dan mempertahankan daya saing
dalam persiangan global yang tidak bsia terhindarkan..

Organisasi merangkul perubahan manajemen baru restrukturisasi mereka
proses internal dan pendekatan manajemen sekitar berubah dengan cepat informasi
dan teknologi. Pergeseran ini mendukung struktur organisasi selular dan matriks
dengan lapisan yang lebih sedikit manajemen atas tua di exible berlapis-lapis vertikal
hirarkis organisasi (Benveniste, 1994;. Cravens et al, 1997). filosofi
baru manajemen juga merangkul inovasi sebagai bahan utama keberhasilan dan daya saing meningkat (Khalil, 2000; Liyanage dan Poon, 2002). Ini memerlukan mengembangkan potensi kreatif dari organisasi dengan mengembangkan ide-ide baru, memanfaatkan masyarakat kreativitas dan antusiasme, menekan potensi inovatif karyawan, dan mendorong perkembangan otonomi dan kewirausahaan (Blanchard, 1996; Kuczmarski, 1996; Boyett dan Boyett, 2000; Hitam dan Porter, 2000).

Organisasi modern seperti, membuat langkah besar untuk memelihara inovasi,
positing pengetahuan manusia sebagai komponen kunci dari basis aset mereka, dan menciptakan
basis pengetahuan atau repositori untuk memperpendek kurva belajar (Khalil dan Wang, 2002; Carnall, 2003). Orang-orang diperlakukan sebagai sumber daya alam dan aset modal organisasi dan sumber yang paling penting dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sedangkan paradigma thetraditional dianggap tenaga kerja komoditas yang akan dibeli, dieksploitasi dislokasi dalam re kalangan pendidikan ects realitas manajerial berubah dan praktek digambarkan sebelumnya. pengelolaan

Hal ini memang dapat diinduksi bahwa pendidikan manajemen secara umum tidak menanggapi paradigma baik untuk perubahan paradigma manajemen. Manajemen pendidikan terus menekankan konsep abstrak – mengembangkan keterampilan kognitif dan kemampuan analitik serta pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teori manajemen.

Dalam upaya untuk mengatasi kekurangan dari model pendidikan manajemen tradisional, berbagai inisiatif telah berevolusi dalam beberapa tahun terakhir, menekankan pendekatan berbasis pada percobaan aktif dalam intervensi manajemen, baik melalui organisasional berbasis proyek atau melalui tindakan jenis kegiatan pembelajaran, yang bertujuan menerapkan teori manajemen dalam konteks organisasi tertentu (Talbot, 1997).
           Belajar terapan melibatkan sekelompok manajer dimana mereka saling mendukung, mempertanyakan dan mengkritik satu sama lain dalam mengembangkan solusi untuk manajemen individu. Hal Ini menggabungkan antara pengajaran tradisional dan penilaian dengan set tindakan pembelajaran dan rekan penilaian (Talbot, 1997; Leitch dan Harrison, 1999). Lain upaya untuk meringankan fokus teoritis dan preskriptif pendidikan manajemen ortodoks telah melibatkan pengenalan pengajaran berbasis studi kasus, organisatoris didasarkan proyek dan tugas konsultasi. Penekanannya pada umumnya aktif eksperimen, observasi kembali efektif dan memelihara kemampuan untuk menangani baru masalah dengan cara konteks yang spesifik (Gambar 2).
Apa ini bentuk perhatian umum dengan beragam inisiatif untuk berbagi yaitu langkah jauh dari pendekatan berorientasi konten statis terhadap pendidikan manajemen dengan fokus baru untuk memelihara keterampilan intelektual, dan kecakapan untuk berpikir kritis dan mandiri (Pangeran dan Stewart, 2000). Tujuannya adalah untuk mengembangkan jenis praktisi reflektife untuk berkembang pesat dalam lingkungan manajemen baru (Jack dan Anderson, 1999). Ada juga tumbuh apresiasi kebutuhan untuk menghubungkan belajar dengan kegiatan di tempat kerja sehingga  meningkatkan relevansi / keberhasilan pendidikan manajemen (Vinten, 2000). Kelemahan utama paradigma pendidikan manajemen tradisional memang lebih fokus pada transmisi teori pengetahuan, pemisahan teori dari praktek dianggap berbhaya dan tidak bisa diterima.





B. Kajian artikel :
D. Jamali  mengulas secara deskriptif naratif tentang Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan kompetitif saat ini untuk  merangkul sebuah perubahan,. Lingkungan bisnis secara konstan berubah-rubah dan perusahaan harus bergulat dengan sejumlah realitas baru. Ini latar belakang perubahan telah dikatalisasikan penilaian ulang konsep manajerial tradisional dalam tatanan implikasi logis. Bertujuan untuk melacak sebuah evolusi paradigma manajemen baru dan mengidentifikasi pengendali  utama.yang nantinya dikaitkan dengan kosnep baru perubahan manajemen terhadap perubahan paradigm institusi perguran tinggi baik dalam konsep pilosofi, penataan kurikulum, link and match dengan dunia industry yang memberikan kemapuan sendiri dalam mengahdapi perkembangan global dunia industry.
Point lain adalah Menilai implikasi dari perubahan paradigma manajemen itu sendiri bisa diterapkan untuk sistem pendidikan perguran tinggi terutama jurusan ilmu manajemen dengan, menyoroti diperlukan penyesuaian dalam pendidikan manajemen ortodoks dan tantangan tersisa bagi penyelenggara pendidikan manajemen yang tranformatif dan mampu menghadapi tantangan global yang sulit dihindari..
Selain itu juga beliau  Memberikan bantuan dalam memahami perspektif bisnis untuk kepentingan yang dapat membantu para akademisi untuk mengalokasikan sumber daya dan rancangan program perguran tinggi yang melayani kebutuhan akan tenaga manajer yang kompettif sesuai dengan perkembangan globalisasi ekonomi-politik-teknologi yang berimbas pada dunia pendiidkan khususnya sekolah bisnis dan manajemen.
          Sementara beliau mengambil pendapat Jack dan Anderson, (1999) yang menguraikan beberapa kemajuan telah dicapai, dalam dunia manajemen walaupun sistem pendidikan manajemen masih menghadapi tanggung jawab dalam  pembentukan perilaku melalui penguatan inovasi,  kreativitas, pleksibilitas, kapasitas untuk merespon situasi yang sangat berbeda, otonomi, pengarahan dan ekspresi diri.
sealain itu juga pendidikan Manajemen juga menghadapi tantangan untuk menumbuhkan imajinasi kewirausahaan dan keseimbangan berpikir otak kanan, dalam mengkreasikan pemikiran intuitif dengan analitik berpikir otak kiri dalam pendekatan yang lebih holistik dan integratif. Tantangan lain yang dihadapi para akademisi ilmu manajemen adalah untuk mengembangkan kurikulum alternatif dan model penyampaiannya yang tidak hanya mengstimulus pembelajaran saja tetapi juga mampu memfasilitasi proses belajar yang berkelanjutan.  
Dengan mengambil pendapat Sexton dan Kasarda (1991) mengajukan gagasan bahwa dua tujuan program pendidikan bisnis yang terbaik yaitu :
1.    Untuk mempersiapkan orang untuk sukses dalam karir dan masa depan
2.    Untuk meningkatkan kapasitas mereka untuk belajar di masa depan.
     Gagasan diatas memberikan paparan model belajar yang berbeda dengan memperkenalkan kecenderungan untuk belajar sepanjang hayat (long life education), yang pada gilirannya mengandaikan dirinya sebagai seseorang yang sangat penting untuk memerangi keterampilan teknis yang cepat usang (Davies, 1998).
Pendidikan Tinggi saat ini memiliki peran yang diakui dalam belajar seumur hidup, dan dalam membentuk mampu orang-orang yang tidak hanya tahu tentang spesialisasi keahlian mereka, tetapi juga memiliki kepercayaan diri tinggi untuk menerapkan keterampilan mereka dalam situasi tertentu dan terus memperbarui pengetahuan mereka dan belajar dari pengalaman (Yorke,1999).
Setiap karir dalam bisnis melibatkan adanya perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga pendidikan manajemen juga menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan fungsi pengetahuan secara integral dan holistic dan kebanyakan perguran tinggi manajemen dianggap sebagai. wilayah dimana sedikit kemajuan yang telah dicapai,untuk melanjutkan kecenderungan dari beberapa sekolah bisnis yang mengolongkannya sebagai bagian dari bidang bisnis atau teknik dengan tujuan untuk memfokuskan diri pada fungsi bisnis tertentu (misalnya akuntansi, pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia) dan pemupukan adanya batas interdisipliner (Khalil, 2000). Ada berbagai macam opini yang menggambarkan bahwa salah satu fokus utama di masa depan harus melalui pendekatan berbasis proses dengan lebih menekanan pada keterampilan tindakan holistik dimana ketidakstabilan kerja manajerial dalam tampilan yang berbeda (Garavan dan O'Cinneide, 1994; Jack dan Anderson,1999).
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan berorientasi internasional, sekolah bisnis juga menghadapi tantangan yang kompleks untuk mengejar jaringan antar universitas dan terciptanya hubungan simbiosis dengan dunia industri. Aliansi global semacam ini tampaknya semakin penting untuk mengamankan bentuk-bentuk baru dari keanekaragaman (diversity) keunggulan mengglobal untuk dikembangkan di populasi mahasiswa yang lebih besar (Hagen, 2002).
Mereka menawarkan prospek yang menjanjikan untuk berbagi untuk pengalokasian biaya tetap dan pengelolaan risiko, mengsinergikan keahlian dan memanfaatkan Aset / keterampilan pelengkap, memfasilitasi proses baru dan meningkatkan inovasi.dalam dunia pendidikan, Memerangi kepicikan sehingga tampaknya sangat crucial  untuk memimpin jaringan pengetahuan global.
D. Jamali mengambil Vinten, (2000). berpendapat kalau Sekolah bisnis pada umumnya dianggap sebagai kisah sukses abad terakhir sekarang yang menghadapi tanggung jawab untuk tumbuhnya sebuah tantangan walau terkadang ada yang ambivalen terhadap keberadaan sekolah bisnis ini yaitu mereka yang berasal dari stakeholders inti dan institusi pribumi yang baisanya mereka sangat  puas mengkritik, terkadang kaku dan kritikan mereka tidak relevan (Porter dan McKibben, 1988; Crainer dan Dearlove, 1998). Solusinyanya  Sekolah bisnis sekarang tertantang untuk merespon dengan mengadopsi orientasi baru yang menekankan pada efisiensi, responsif dan inovasi serta mereka mengadaptasikan program pendidikan untuk lebih meningkatkan lingkungan sosio-ekonomi yang semakin kompetitif (Dearlove, 2002).
Untuk menjawab kebutuhan yang mendesak pada saat ini adalah sudah pada waktunya untuk mendorong penelitian yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, program konten dan model transfer pembelajaran. Aplikasinya . tantangan utama dari pelatihan dan pendidikan manajemen adalah kelayakan kurikulum dan program pelatihan untuk persiapan dan pembelajaran di dunia luar setelah selesai suatu pendidikan. Tantangan-global dalam pengelolaan pendidikan ini perlu mendapatkan perhatian khusus dan adanya kolaborasi antara manajemen perguruan tinggi,  kemitraan dengan dunia industri, untuk mengidentifikasi pedoman (guidelines) untuk pembaharuan kurikulum dan mekanisme untuk memberikan pendidikan manajemen yang memenuhi kebutuhan manajer kontemporer.

Kesimpulan :
Meskipun belum ada model global yang sukses. Ada beberapa saran dapat kita buat hubungannya antara lain adanya : struktur periodic; inovasi dan penyesuaian kurikulum;  terikat dengan pengajaran non-tradisional, integrasi melekat antara hasil belajar ke dalam desain yang terencana, bias terhadap penerapan keterlibatan pengetahuan yang diperoleh, dan integrasi fungsional yang interdisipliner, serta kemitraan berbuah dengan pegawai, pengusaha, alumni, para pemimpin perusahaan dan perekrut. Pemahaman yang lebih baik terhadap suatu nilai dari perspektif berbagai stakeholder dapat membantu para akademisi untuk mengalokasikan sumber daya dan merancang program yang benar yng bisa memenuhi kebutuhan manajer pada abad ke 21.


Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Komentar Anda

Nama

Email *

Pesan *