Oleh : Phillip Rekdale **
Situs GrassRoots Campus
ini adalah forum di mana kita dapat membahas keinginan, harapan dan
strategi-strategi untuk meningkatkan mutu dan kreativitas lulusan-lulusan dari
sektor perguruan tinggi di Indonesia .
Masalah-masalah yang sangat serius sudah mulai muncul di sistim perguruan
tinggi di Indonesia .
Banyak lulusan kami gagal mendapat pekerjaan yang berarti dan memuaskan, dan kelihatannya
mereka tidak mempunyai kemampuan kemandirian atau kreativitas yang cukup untuk
membentuk masa depan sendiri. Ini bukan hanya isu di Indonesia
tetapi di beberapa
negara maju juga. Tetapi kami percaya bahwa barangkali pentingnya
lebih urgen di Indonesia
oleh karena kira-kira 40 juta orang di Indonesia sedang menganggur.
"Kata universitas berasal dari Latin universitas
magistrorum et scholarium, kira-kira berarti 'lingkungan guru dan pelajar'....
'kata Latin yang asli 'universitas', digunakan pertama pada waktu menarik ulang
dengan tradisi Yunani dan Roma Klasik, yang mencoba mencerminkan fitur ini dari
Akademi Plato (didirikan 385 BC). Istilah 'akademia' kadang-kadang diperluas ke
sejumlah lembaga pendidikan non-Barat jaman 'antiquity'." (Ref: Wikipedia.Org)
"lingkungan guru dan pelajar" Selama lebih dari 10 tahun saya sudah
memikirkan banyak hal yang terkait dengan kampus yang menjadi isu-isu di sektor
perguruan tinggi di Indonesia. Saya sudah bekerja di sektor perguruan tinggi
termasuk universitas selama 30 tahun, tetapi beberapa pertanyaan baru mulai
muncul di Australia pada tahun 90an yang membuat saya mulai bertanya mengenai
seluruh proses dan sistim pembelajaran di perguruan tinggi, khusus di sistim
universitas.
Saya pernah belajar sebagai mahsiswa "external" (luar kampus)
sejumlah 14 tahun, karena saya tidak mampu membiayai pembelajaran di dalam
kampus tanpa bejerja sejak kira-kira tahun 1967 (pada umur 18). Ini
bukan masalah dan bekerja sambil kuliah sebenarnya sangat menguntungkan. Tetapi
adalah fenomena yang memaksakan saya berpikir ulang mengenai sistim perguruan
tingi lagi pada tahun 90an, yaitu: Saya adalah pelajar "average"
(biasa), pada waktu itu saya bekerja full-time di salah satu universitas di
Brisbane, Australia, saya juga mengajar 2-3 malam seminggu di TAFE (PT
Kejuruan), di samping itu saya juga menjalankan sesuatu bisnis kecil, juga
mengunjungi kegiatan lelang pada setiap hari Sabtu dan Minggu untuk membeli
barang-barang untuk diservis atau diperbaiki untuk dijual ulang, sambil kuliah
dengan beban setengah (half-time).
Kebanyakan saya membaca buku dan menulis tugas kuliah antara jam 11
malam dan jam 2 pagi. Ini bukan masalah karena saya adalah "night
person" (cocok kerja malam). Sampai sekarang kebanyakan tulisan saya yang
lebih baik dikerjakan pada malam hari. Pembelajaran terpaksa sesuai dengan
waktu yang ada. Yang saya tidak dapat pahami adalah "grades" saya
(penilaian) adalah sama bagus dan kadang-kadang lebih bagus daripada
mahasiswa-mahasiswi biasa (average) yang belajar di kampus, dan pada waktu saya
lulus saya ditawarkan untuk ikut "Program Honors" (pre-S3). Pada
waktu itu saya ikut program persiapan untuk Program Honors tetapi tidak
melanjutkan karena saya sudah diterima oleh Florida State University untuk bekerja
di Depdiknas sebelumnya.
Oleh karena pengalaman saya pada waktu
kuliah dan karena pada waktu itu saya memang belajar jurusan pendidikan, banyak
pertanyaan baru muncul seperti apa gunanya dan keuntungannya belajar di dalam
kampus (on-campus). Dari pengalaman saya berobservasi di
universitas-universitas di Australia, khusus selama saya lagi kuliah jurusan
pendidikan dan sumber daya manusia, adalah banyak dosen yang membaca isi
pembelajaran dari tulisan mereka sendiri dan kadang-kadang dari buku yang jelas
sangat membuang waktu mahasiswa-mahasiswi yang sebetulnya dapat membaca lebih
cepat secara masing-masing. Mengapa ini pernah terjadi? Mengapa ini masih
terjadi? Apakah ini adalah "good education practice?"
Saya pernah di dalam keadaan di mana
saya perlu belajar mengenai fisiologi dasar secara cepat untuk kursus yang saya
ikuti dan saya bertanya kepada mahasiswa-mahasiswi jurusan fisiologi (di
Australia) sebaiknya ikut kelas-kelas yang mana? Jawaban mereka mengagetkan, sebaiknya
anda membeli buku fisiologi dan membaca sendiri, dosennya hanya membaca buku
itu di dalam kelas dan banyak mahasiswa-mahasiswi malas ikut kelasnya.
Selama 10 tahun terakhir ini, oleh karena ada
banyak masalah serius untuk lulusan-lulusan universitas, saya sudah pelan-pelan
merumuskan rencana di mana kelas-kelas formal di kampus akan sesedikit mungkin.
Cara merancang program ini sangat berdasar dari pengalaman saya sebagai pelajar
luar kampus yang cukup lama. Kampus universitas akan sebagai pusat sumber
pembelajaran dan pusat dukungan untuk mahasiswa-mahasiswi, sebagai "hub of
learning", di mana pelajar dapat mengakses dosen-dosen secara langsung,
dan membahas isu-isu secara kelompok bersama dosen, atau berkelompok
bersama-sama pelajar yang lain. Salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas
adalah banyak kegiatan tugas kelompok (bukan di kelas). Seharusnya mereka akan
mempunyai lebih banyak waktu juga untuk melaksanakan penelitian di perpustakaan
maupun di resource centre, dll. Ini adalah layanan yang saya harapkan pada
waktu saya berkuliah selama sedang kuliah di luar kampus, maupun waktu saya
kuliah di dalam kampus untuk melaksanakan double major.
Pembelajaran di mana dosen
membaca buku atau tulisan sendiri kepada mahasisiswa-mahasiswi seharusnya tidak
pernah dilaksanakan. Kelas-kelas formal seharusnya hanya dilaksanakan untuk menjelaskan
konsep-konsep dan isu-isu tekait dengan topik-topik baru. Kelas-kelas formal
akan sebagai stimulasi untuk meningkatkan pengertian terhadap isu penting dan
sekaligus meningkatkan daya tarik topik-topik untuk pelajarnya. Kelas-kelas ini
seharusnya lebih berbasis pada pertanyaan-pertanyaan dibandingkan berbasis
pidato. Mungkin peringatan dari Professor Julius Sumner Miller berguna pada waktu ini. Saya mencintai orang itu
pada waktu saya masih kecil dan masih mencintai beliau, walapun beliau sudah
meninggal beberapa tahun yang lalu. Berapa banyak dosen yang mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan daya tarik ilmunya kepada anak-anak seperti
beliau? Ada beberapa video-klip yang anda dapat lihat dari link di atas.
Mengapa saya sebut konsep ini "GrassRoots" (Akar Rumput)?
Karena menurut saya tujuan program ini adalah kembali ke prinsip-prinsip dasar
pendidikan di mana fokus adalah kepada pelajar, bukan dosennya. Kelihatannya
sekarang terlalu banyak waktu mahasiswa-mahasiswi digunakan untuk duduk pasif daripada
belajar secara aktif di mana mereka dapat mengembangkan kreativitas mereka.
Beberapa minggu yang lalu saya
berusaha untuk menonjolkan konsep ini untuk mengaktifkan pelajar, pada waktu saya melaksanakan
Seminar Teknologi dan Pendidikan. Baru kemarin kami membahas
isu-isu Kampus GrassRoots dan kelihatannya kami akan membangun sebuah kampus
GrassRoots dalam waktu dekat di Indonesia dan itu sebabnya saya membuat situs
ini sebagai forum pada 17 Oktober, 2008. Nanti saya akan memasang informasi
lebih lanjut mengenai konsep GrassRoots. GrassRoots juga dapat meningkatkan
kesempatan penelitian dan pengembangan lingkungan, selain meningkatkan
kemandirian dan kreativitas oleh pelajar kita. Akan dilanjutkan.....
**Konsultan Pendidikan Jakarta, Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar