Anak
bisa menjadi sumber inspirasi. Seorang arsitek pernah mengubah desain jendela
rumahnya yang semula bukaanya searah, menjadi terbuka berhadap-hadapan, hanya
karena jendela rumahnya sengaja dirancang dengan ukuran kecil, proporsional
dengan ukuran sang anak, agar anak bisa memanfaatkannya untuk mengintip,
bermain ciluk-ba.
Memperhatikan anak, bukan berarti membiarkannya begitu saja. Jika permainan anak sudah mendekati batas-batas bahaya, orang tua atau orang dewasa yang berada di dekatnya wajib mengintervensi. Namun intervensi yang terlalu berlebihan, seperti perilaku over-protect (perlindungan berlebihan), bukan saja akan menghambat perkembangan kreativitas, tetpi juga membuat orang tua rugi, karena tidak bisa belajar dari hal-hal yang tak terduga yang dilakukan oleh sang anak.
Saat
ini banyak ditemukan fenomena orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya,
atau ambisinya, kepada anak. Orang tua mengikutsertakan anaknya berbagai macam
les, sementara sang anak sebenarnya tidak enjoy dengan les tersebut. Anak-anak
yang terlalu berat menanggung teori atau kehendak dari luar seperti “harus ini
harus itu, jangan ini jangan itu”, kelak akan kehilangan kepercayaan diri.
Mereka akan tumbuh dalam ketidkpercayaan diri karena merasa kemampuan kretifnya
bertentangan dengan kehendak orang tua.
Cobalah
pahami anak dari cara berfikir mereka, kekhasan dunia mereka. Perhatikan
perilaku merek, perhtikan saja, jangan terburu menilai. Biasakan itu, dan anda
akan mulai menikmati dan memahami cara berfikir orang dewasa hanya akan
membebani anda dan anak anda saja. Pentingnya memahami anak dari sudut pandang
anak membuat penulis ingin menulis resume dari buku 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak.
Setelah
pulang sekolah, tiba-tiba seorang anak berkata kepada ibunya, “Mama, aku mau
ikut les gambar!”. Walaupun tidak langsung merespons, biasanya di benak sang
ibu terbangun beberapa scenario:
- - Les dimana sebaiknya;
- - Bagaimana mengatur dengan jadwal sekolahnya, dsb.
Ternyata les
yang dimaksud anak adalah kegiatan menggambar bersama teman-temannya.
( Perbedaan
persepsi antara anak-anak dengan orang tua sering terjadi dalam hidup kita ).
Seorang
ibu berkata kepada anaknya, kamu harus berwibawa di depan adikmu!”. Dampaknya
iya akan berusaha melakukan semua dengan sempurna, disini justru iya akan
terlihat aneh di mata anak-anak lain.(Sebenarnya
anak-anak dan orang dewasa memiliki standar yang berbeda, banyak orang dewasa
menerapkan standarnya kepada anak-anak).
Ketika
menonton televisi, sang anak berkata. “mama aku pengen bisa ngomong pakai
bahasa inggris kayak di film.”
Sang ibu lalu
mengajarkan beberapa kata yang ia tau, lalu menempatkan sang anak ke lembaga
kursus, sang anak sangat senang dengan kursus tersebut, & hari-harinya
dilalui dengan gembira. (Disini sang
ibu belajar memahami, suatu proses belajar akan disenangi jika motivasi yang tumbuh
dari dalam, bukan paksaan).
Betapapun
kuat motivasi belajar anak, tetap membutuhkan lingkungan yang kondusif,
memberikan keamanan dan kebebasan psikologis pada anak.
Keamanan
psikologis dapat terbentuk dengan 3 proses, yaitu:
- Orang tua menerima anak sebagaimana anaknya.
- Orang tua mengusahakan suasana tanpa ada efek mengancam.
- Orang tua dapat memberikan pengertian, dan dapat melihat dari sudut pandang anak.
Kebebasan
psikologis dapat diberikan orang tua pada anak dengan cara memberikan
kesempatan mengekspresikan pikiran-pikiran anak.
Ada beberapa hal
yang bisa dilakukan oleh orang tua, dalam menciptakan keamanan dan kebebasan
psikologis guna membentuk suasana belajar.
- Membangun empati
- Menjalin kebersamaan
- Membangun rasa memiliki
- Mendorong kebebasan berekspresi
- Pendampingan
- Mengembangkan komunikasi efektif
Banyak
hal yang bisa meningkatkan perkembangan anak ketika sedang mengalami proses
belajar yang menyenangkan, salah satunya adalah perkembangan kreativitas.
Banyak cara untuk mengoptimalkan
kreativitas anak, kreativitas memang membutuhkan imajinasi yang kuat, dan orang
tua dapat membantu dengan menciptakan kondisi-kondisi tersebut. Semakin banyak
pengetahuan yang diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil
kreatif. Dan pendapat berbagai pakar, dapat disebutkan beberapa parameter kreativitas
yang dimiliki seorang anak, yang dihasilkan dari kesenangan dalam belajar.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru & unik
- Kemempuan untuk mentransformasikan gagasan lama ke dalam bentuk-bentuk baru.
- Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi yang terarah
- Kemampuan untuk melihat kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah
- Adanya rasa ingin tahu yang luas & mendalam
- Adanya minat yang luas dan keinginan bereksplorasi
- Adanya perhatian pada proses, bukan sekedar hasil akhir
- Adanya kesenangan dan kepuasan pribadi dalam melakukan pekerjaan
- Adanya pengetahuan awal sebagai modal
- Kepekaan akan keindahan (Sense of Beauty)
- Kemampuan berfikir asosiatif & bermain dengan gagasan
- Kepekaan melihat hal yang unik dari lingkungan sekitar dan aktivitas sehari-hari
- Kemampuan mengungkapkan gagasaN
Prinsip 1
Orang tua memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat karya yang unik
Setiap
anak memiliki keunikan sendiri. Cara berfikirnyapun unik dan khas, kebebasan
yang diberikan oleh orang tua untuk berkreasi, akan membuat karya-karya unik
& menarik.
Bentuk
kebebasannya misalnya :
1.
Menghargai
apapun hasil kreasi anak
2.
Mendorong
anak berkreasi lewat karya yang unik, misalnya menggambar pelangi, dan
menceritakan kembali lewat tulisan.
Prinsip 2
Orang tua menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak belajar berfikir luas
Minat
belajar anak bisa ditandai dengan adanya keingintahuan yang luas mengenai suatu
hal. Ketika ditanyakan suatu hal,anak mempunyai minat belajar tinggi, mejawab
dengan berbagai jawaban. Cara berfikir demikian disebut cara berfikir divergen
(meluas, banyak jawaban dalam suatu masalah) dan elaborative (membangun
berbagai kemungkinan jawanab dari satu hal yang ditemukan.
Cara berfikir
tersebut, dapat dibiasakan pada anak dengan jalan orang tua menerima apa pun
jawaban anak terhadap satu pernyataan tertentu, bisa jadi jawaban anak salah
atau tidak logis menurut cara berfikir orang dewasa, namun bisa jadi ada
hal-hal menarik dari jawaban itu yang hanya bisa dipahami anak.
Prinsip 3
Orang tua menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, anak terpacu rasa ingin tahunya.
Hal
yang mengurangi rasa ingin tahu anak atau membuatnya enggan belajar adalah rasa
bosan. Kebosanan ini bisa diakibatkan oleh materi pengetahuan yang itu-itu saja
& tidak bervariasi. Demikian dengan cerita, orang tua bisa mengemasnya
dengan menarik yang menggugah keingintahuan anak tentang materi yang akan
disampaikan, contohnya Orang
tua sedang mendampingi anak belajar mengenai pasang surut. Orang tua bisa
mengawali dengan kalimat, “Mengapa permukaan air laut tiba-tiba meninggi ?”
Prinsip 4
Orang tua memberikan penjelasan awala secara jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak mendapat pengetahuan awal secara efektif
Sebelum
memberikan tugas pada anak untuk melakukan suatu pekerjaan, orang tua hendaknya
membimbing anak dengan memberikan penjelasan awal yang bisa menjadi pedoman
anak dalam melakukan sesuatu, sehingga ada gambaran awal yang dimiliki anak
ketika melakukan pekerjaannya. Menyuruh tanpa memberikan contoh membuat
bayangan anak menjadi samar-samar. Hal ini bisa mengakibatkan anak kebingungan
dan menjadikannya enggan bertindak.
Alat
peraga penting digunakan ketika kita menerangkan sesuatu kepada anak. Alat
peraga ini membantu anak membayangkan materi yang tengah disampaikan dan
mengarahkan serta membimbing daya imajinasi anak pada materi yang tengah
disampaikan. Contoh alat peraga bisa berupa, buku bergambar, poster, model atau
miniatur.
Prinsip 6
Orang tua menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan belajar mengamati terjadinya suatu fenomena
Mengapa harus
dengan eksperimen? Ketika anak mengalami kerepotan dalam melakukan eksperimen,
anak bisa mendapatkan pengalaman yang unik, bersinggung langsung dengan apa
yang diamati. Metode eksperimen bisa melatih anak tentang terjadinya suatu
peristiwa. Dari pengamatan kan muncul berbagai hal yang menarik, & membuat
rasa ingin tau anak lebih tinggi.
Prinsip 7
Orang tua memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak, anak memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
Anak-anak sering
melakukan sesuatu karena spontan. Bisa jadi ia melakukan sesuatu yang baik,
namun ia tidak menyadarinya. Disinilah peran orang tua, memberikan ulasan
secara keseluruhan tentang apa yang sudah dilakukan, agar anak memahami apa
yang dilakukannya. Dengan pemahaman yang lebih terstruktur, anak menjadi lebih
terarah dalam mengembangkan daya pikirnya menuju pemahaman yang menyeluruh
(holistic).
Prinsip 8
Orang tua mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak belajar berfikir mengaitkan satu hal dengan hal lain
Meski anak
mempunyai day imajinasi yang kuat, namun usahakan imajinasi itu terkait dengan
kehidupan sehari-hari, bukan khayalan yang tak mendasar. Hal ini bisa dilatih
dengan cara mengaitkan isi cerita kepada suatu hal yang pernah dilihat atau
dialami anak. Keterkaitan ini bisa berupa fenomena yang ada disekitar anak,
kegiatan sehari hari anak, atau hal-hal yang berkesan yang pernah dilihat anak
sebelumnya. Disini orang tua akan memanfaatkan kerangka pemikiran yang sudah
ada pada diri anak, sehingga materi akan mudah diterima karena telah dikenal
lebih dulu, agar disini anak mulai beljar berfikir asosiatif, artinya berbagai
kejadian yang dilihat dan dirasakan sehari-hari bisa saling terkait jika
dipikirkan secara kreatif.
Prinsip 9
Orang tua memberikan kesempatan anak untuk bercerita, anak belajar mengungkapkan apa yang dipikirkan dan mengungkapkan gagasan secara lebih terstruktur
Bagaimana
agar bisa lancar berbicara di depan orang lain? Salah satu jawabannya adalah
banyak latihan. Latihan ini bisa dimulai ketika masih anak-anak. Orang tua
berusaha memberikan kesempatan sebanyak mungkin bagi anak untuk mengungkapkan
gagasannya dalam setiap kesempatan. Dan ketika anak sudah mampu menguasai
banyak kosa kata, kita dorong anak untuk mau bercerita. Bercerita akan membuat
anak belajar mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, tidak saja kepada
orang tuanya, tetapi juga kepada orang lain.
Prinsip 10
Orang tua membimbing anak tampil di depan forum, anak belajar berani berkreasi di depan banyak orang
Berbicara dan menjelaskan gagasan
dengan baik di depan orang lain memerlukan banyak latihan, membutuhkan
pengalaman dan keberanian. Keberanian tampil di depan forum sebaiknya dilatih
ketika masih usia kanak-kanak. Hal ini akan berpengaruh terhdap kepercayaan
dirinya. Kalau anak sudah mampu menguasai dirinya untuk tampil di depan orang
banyak, maka akan meningkat pula keberanian anak menampilkan kemampuannya di
depan umum. Dengan bimbingan dan pendamping orang tua, secara perlahan-lahan
anak akan membangun keberaniannya tampil di depan banyak orang.
Prinsip 11
Orang tua melakukan pendampingan secara pribadi kepada anak, anak memiliki keamanan psikologis untuk berkreasi
Berkomunikasi
dengan baik kepada anak bukan berarti bisa memberi instruksi, atau menyuruh
anak melakukan apa yang diinginkan orang tua. Komunikasi yang kita lakukan
kepada anak tidk akan efektif jika kita menyampaikan instruksi saja, kemudian
membiarkan anak memahami pesan tersebut, tanpa arahan. Ketika anak tengah
menjalankan apa yang kita sampaikan, maka pendampingan akan membuat anak merasa
aman karena ia merasa ada yang siap memberikan pertolongan jika ia membutuhkan.
Prinsip 12
Orang tua melayani pertanyaan-pertanyaan anak, anak nyaman untuk berpendapat dan terpuaskan rasa ingin tahunya
Dunia anak
adalah dunia serba ingin tahu. Anak yang normal dan kreatif selalu menanyakan
banyak hal sebagai wujud keingintahuannya. Apabila pertanyaan yang disampaikan
selalu mendapat respons, maka anak akan merasa terpenuhi keingintahuannya. Hal
ini akan mendorong anak untuk lebih berani dan banyak bertanya dalam usaha
mengetahui berbagai macam hal. Sebaliknya apabila kita tidak merespons jawaban
anak, kemungkinan anak menjadi enggan untuk menyampaikan pertanyaan karena
keingintahuannya tidak terpenuhi.
Prinsip 13
Orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba lagi, anak belajar menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai inovasi baru
Maju terus, pantang mundur!
Kata-kata mutiara itu mungkin telah menjadi tradisi dalam perjuangan bangsa
kita, terutama ketika mempertahankan kemerdekaan dulu. Malu dong, jadi anak
Indonesia jika belum apa-apa sudah mundur atau menyerah. Namun anak tetaplah
anak, dengan emosi yang masih labil mereka masih harus didampingi agar tidk
menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan, sampai dia berhasil menyelesaikannya.
Ketika anak mengalami kegaglan
pertama, kita dorong untuk mencobanya kembali dengan cara-cara baru. Orang tua
dapat memberikan semangat, hiburan, sehingga anak terhindar dari rasa putus
asa. Maka ketika sudah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, meski harus
berulang kali gagal dan bersusah payah mencobanya, orang tua tetap memberikn
pujian dari hasil kerja kerasnya.
Anak akan mudah
menjalin komunikasi dengan kita bila ia merasa dekat. Maka, sebaiknya kita
menghilangkan jarak dengan anak ketika berkomunikasi sehingga anak bisa merasa
bebas untuk mengeluarkan isi hatinya. Dalam berbagai hal lain, kedekatan ini
akan mendorong anak melakukan berbagai hal lain, kedekatan ini akan mendorong
anak melakukan berbagai hal dengan kreasinya tanpa merasa dipantau dan
disalahkan ketika mengeluarkan ide-ide baru.
Prinsip 15
Oang tua melibatkan anak secara aktif dalam belajar, anak merasa ikut memiliki dan tumbuh minat belajarnya
“Libatkan saya,
dan saya akan memahami apa yang anda ajarkan’, begitu ungkapan Cina kuno. Maka,
melibatkan anak secara aktif dalam belajar akan membuat lebih efektif
penyampaian materi yang tengah diajarkan. Rasa memiliki terhadap materi yang
disampaikan lambat laun akan menumbuhkan minat anak dengan sendirinya untuk
memahami dan mengikuti materi yang disampaikan. Ia juga akan bertanggungjawab
dalam menjalankannya karena merasa materi itu telah menjadi miliknya.
Anak akan merasa
lebih bersemangat atau menyatu dalam suatu kegiatan bersama orang tua ketika
orang tua melibatkan diri dengan kegiatan anak. Anak merasa sejajar dengan
orang tua. Anak merasa tidk canggung dan bersemangat untuk berkreasi dalam
kegiatan yang dilakukan.
Dalam suasana
yang menyenangkan anak terbebas dari tekanan sehingga mempermudah penerimaan
pesan yang disampaikan oleh orang tua. Kondisi dimana anak berada dalam suasana
yang menyenangkan juga menjadi syarat penting bagi anak untuk dapat berkreasi
(bebas dari tekanan).
Prinsip 18
Orang tua menciptakan suasana bersemangat dalam belajar, anak lebih termotivasi
Suasana bersemangat harus diciptakan
untuk mendorong anak memusatkan perhatiannya pada materi yang sedang
disampaikan dan memahami pesannya sehingga anak termotivasi dalam belajar.
Orang tua bisa membangun semangat
anak dengan cara memposisikan diri sebagai partner atau teman bagi anak dalam
memahami materi atau mencapai suatu hasil. Jadi anak tidak merasa harus
berjuang sendiri ketika menemui materi yang sulit, tetapi ada orang tua yang
memosisikan diri sebagai teman untuk bersama-sama mempelajari materi tersebut.
Prinsip 1
Orang tua menjaga konsentrasi anak, anak efektif dalam mendalami materi
Bukan anak-anak kalau konsentrasinya
tidak mudah terbelah. Sudah menjadi sifat alami anak, jika ia tengah asyik
bermain sesuatu, lalu ada mainan lain yang lebih menarik, maka ia meninggalkan
permainannya yang lama menuju permainan yang baru. Ini menjadi kendala utama
anak dalam menyerap dan memahami suatu hal, konsentrasi. Maka dalam menerima
pesan yang disampaikan, perhatian adalah hal yang utama yang harus dijaga anak
agar pesan dapat diterima. Untuk itu orang tua hendaknya selalu menjaga
perhatian anak dengan berbagai cara agar pesan yang disampaikan dapat diterima.
Prinsip 2
Orang tua memberikan penghargaan (reward) yang bervariasi, anak mempunyai motivasi untuk menghasilkan karya yang terbaik
Pemberian penghargaan yang paling
sederhana adalah memberikan pujian. Misalnya dalam kegiatan belajar mengenal
buah-buahan dalm bahasa inggris. Ketika anak mampu mengelompokkan buah-buahan
berdasarkan rasanya, menyebut nama buah dengan bahasa inggris yang benar, kita
dapat memberikan penghargaan. Penghargaan dapat diciptakan dalam bentuk kretif,
misalnya jika anak dapat memberikan jawaban yang benar, maka ia berhak
mendapatkan pin dari buah-buahan itu.
Prinsip 21
Orang tua mengembangkan cara inovatif dalam mengajar, anak belajar berfikir luas
Belajar hampir sama dengan makan.
Bila makan yang disantap adalah bahan makanan agar menjadi energy untuk
pertumbuhan, maka belajar adalah proses menyantap berbagai informasi menjadi
pengetahuan yang terstruktur. Jika makanan disajikan tanpa variasi, akan
menyebabkan bosan, begitu pula dengan belajar. Anak perlu mendapat perlakuan
variatif dalam belajar, agar ia terhindar dari rasa bosan. Orang tua hendaknya
mengembangkan cara-cara baru atau inovatif dalam menyampaikan pesannya kepada
anak. Hal lain selain untuk menghindari kebosanan anak dalam menerima pesan,
juga melatih anak untuk berfikir divergen, tidak terpaku pada satu cara tetapi
mampu melihat cara-cara lain yang mungkin diterapkan.
Prinsip 2
Orang tua menggunakan ekspresi mimik dan gerak, anak belajar untuk menghayati pekerjaan
Raut muka atau mimik wajah sanggup
menceritakan apa isi hati kita, dan tidak pernah bohong. Kita bisa mengetahui
anak kita sedih jika raut mukanya ditekuk, mata mulai berair, meski ia tidak
mengatakan apa-apa tentang kesedihannya. Sebaliknya ekspresi wajah suka cita
juga akan terlihat jelas, misalnya bila anak menerima hadiah dari kita dengan
suka cita. Raut wajah, mimik memang bisa memperkuat suasana yang tercipta, dan
ini menjadi modal kita dalam berkomunikasi dengan anak. Orang tua dapat
menggunakan ekspresi wajah, mimik, dan gerakan, ketika berkomunikasi dengan
anak. Ekspresi ini berfungsi untuk membangkitkan suasana, membuat anak memjadi
bagian dari komunikasi yang tengah dibangun.
Sumber :
Junita,
Ekomadyo. 2009. 22 Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Anak. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar